"Aku sama sekali tidak mengerti jalan pikirnya!"
Suara komplain yang sangat keras dan mendadak itu membuat Harin terlonjak kaget. Ia baru saja menyibukkan dirinya dengan memeriksa kembali tiket pesawatnya waktu Rae, sahabat baiknya memutuskan untuk berteriak – teriak tidak karuan seperti itu.
"Bisakah kau pelankan suaramu? Orang – orang mulai memperhatikanmu." ia memutar bola matanya sambil memasukkan kembali kedua tiket pesawat ke kantong kardigan tanpa lengannya.
"Sehun, Harin. Ini Sehun!"
"Ya, ada apa dengannya?" Harin bertanya, sebenarnya lebih berpura – pura tertarik dengan apa yang akan dikatakan. Rae sudah mengungkit topik ini berulang kali sejak seminggu terakhir dan Harin sudah mulai muak atas keluhannya itu. Bahkan dengan mendengar nama kekasihnya itu saja, sudah mulai membuatnya kesal.
"Aku tidak mengerti, kenapa ia berbohong padaku tentang pesta itu? Ia sudah mengabaikanku sejak upacara kelulusan, Harin." Ia mengeluh lagi saat mereka berjalan ke arah pintu masuk keberangkatan pesawat mereka. "Dan kau tahu? Sehun tidak pernah melakukan itu!" ia lagi – lagi berteriak dan mengerang putus asa. "Bagaimana kalau ternyata ia bertemu dengan wanita lain?"
Harin yang sudah dengan berbagai asumsi liar sahabatnya itu, memukul kepala Rae dengan buku – buku jarinya dengan kencang. "Berhenti berasumsi. Kau tahu, semua orang tahu kalau Sehun bukan orang yang seperti itu. Ia sudah sangat sabar bersamamu selama bertahun – tahun. Jika aku menjadi dia, aku bahkan sudah memutuskan hubungan denganmu, 2 minggu setelah kita menjalin hubungan."
Rae mengusap kepalanya yang sakit sambil menarik bibir bawahnya dengan kesal; membuat Harin hampir saja mengeluarkan isi perutnya melihat tingkahnya. "Tapi dia bohong."
'Dasar keras kepala. Aku yakin kau akan berhenti bilang seperti itu begitu kita sampai di sana', pikir Harin sambil memutar bola matanya.
"Buang pikiran itu. Kita di sini untuk liburan musim panas. Jangan mengacaukan rencanaku, Rae."
Rae akhirnya menutup mulutnya dari komplain berkepanjangannya tentang Sehun dan memutuskan untuk mengalihkan topik ke rencana liburan mereka yang telah mereka diskusikan selama seminggu terakhir. Harin mengusulkan liburan pendek ini, untuk melepaskan kepenatan dan tentu saja untuk pengalihan bagi Rae. Pada akhirnya, Harin bisa merespon semua antusiasme Rae mengenai liburan kali ini karena ia juga merasakan hal yang sama. Tetapi, Rae tidak mengetahui apa yang sudah menunggunya pada liburan kali ini. Semua itu akan terkuak setelah mereka sampai di villa yang telah Harin sewa.
Oh, tunggu dulu.
Villa sewaan yang akan mereka tempati; bukan Harin yang menyewanya.
~o~o~o~
Rahang Rae terbuka lebar saat pandangannya terpaku pada rumah dua tingkat di hadapannya. Perpaduan warna coklat dan broken white memberikan kesan dan aura yang hangat dan nyaman. Dua buah pohon kelapa yang menjulang tinggi menghiasi pekarangan kecil rumah tersebut. Pohon – pohon khas pinggir pantai pun menghiasi pekarangan tersebut, membuat pemandangan sangat asri dipandang. Udara yang tercium sedikit asin, anehnya sangat merelaksasi seluruh syaraf di tubuh mereka.
Di sebelahnya, ekspresi Harin tidak jauh berbeda dengan Rae. Tentu saja, ia sudah lebih dulu melihat foto dari rumah –atau villa yang akan disewanya sewaktu ia akan melakukan reservasi. Tetapi rumah ini sangat jauh berbeda dengan ekspetasinya. Jauh lebih baik. Bahkan foto yang dilihatnya tidak dapat menangkap seluruh keindahannya. Ia dapat merasakan aliran kesenangan yang sangat menggebu – gebu sampai ia merasa sedikit pusing.
"Ayo kita lihat bagian belakang rumah ini. Kau bilang itu langsung terhubung dengan pantai, bukan?
Suara Rae menyadarkan Harin dari lamunan singkatnya. Ia dengan cepat mengangguk dan mengikutinya ke arah belakang rumah. Sekali lagi, mereka takjub dengan apa yang mereka lihat. Pantai yang sangat dekat dengan rumah mereka. Tangga – tangga kecil yang sebagian sudah tertutup oleh pasir putih, menghubungkan rumah langsung dengan pantai. Kehangatan dari sinar matahari yang terletak tepat di atas kepala membuat pakaian yang mereka kenakan menempel; layaknya kulit kedua mereka. Di dekatnya, suara deburan ombak yang halus bersautan dengan kicauan burung camar di kejauhan serta celotehan pengunjung pantai sekitar. Tawa dan pekik kegirangan memenuhi udara di sekitar. Bahkan kedua wanita yang tengah berdiri di tangga tersebut ikut meramaikan suasana dengan terpekik girang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boo Love
Fanfiction"Just because someone looks happy, doesn't mean they are; Because even a white rose has a dark shadow."