Sepasang mata itu menatap tajam kedua orang yang sedang duduk di hadapannya; yang satu berusaha mengalihkan pandangannya, namun yang satunya lagi bersikap tak acuh –menganggapnya seolah tidak ada sama sekali. Hembusan napas menjadi terdengar sangat jelas di tengah kebisuan pada pagi hari itu. Sudah dua hari dan sepertinya ia tidak tahan lebih lama lagi bila harus berada di tengah – tengah kondisi yang penuh akan ketidak-nyamanan ini.
"Rae, kemasi barangmu. Kita pulang hari ini juga." ujar Chanyeol dengan nada yang tegas.
Rae yang sedari tadi kesulitan mengalihkan pandangannya dari kakak lelakinya tersebut, terkejut akan pernyataannya itu. "Huh?" serunya pelan, kebingungan.
Tanpa menggubris kebingungan adiknya, ia mengalihkan perhatiannya kepada Sehun yang sama terkejutnya. "Kau tidak akan keberatan kan, Sehun? Kau juga tidak mengajak Rae pergi atau beraktivitas sama sekali dari kemarin. Aku bahkan tidak mendengar adanya rencana untuk hari ini."
Kata – katanya membuat Sehun tersadar bahwa Chanyeol kecewa pada dirinya; sadar bahwa ia sama sekali tidak berusaha memperbaiki hubungan dengan Rae sampai selesai. Keduanya masih merasa canggung satu sama lain sehingga secara tidak sadar mereka sudah mempengaruhi suasana hati kedua orang lainnya yang ada di rumah ini.
Harin yang sedari tadi duduk di pinggir memilih untuk diam sambil memperhatikan satu – satunya orang yang sedang berbicara sambil melipat lengannya di depan dada. Wajahnya terlihat sangat kesal, sama sekali tidak ada garis bercanda yang biasanya ia lihat dalam kesehariannya. Dalam hal ini, Harin lebih memilih untuk diam sementara waktu daripada nanti Chanyeol juga ikut melemparkan amarah kepadanya.
"Hyung," ujar Sehun perlahan. "Jangan seperti itu."
"Jangan memberitahuku apa yang harus kulakukan, Sehun," ujar Chanyeol, lagi – lagi dengan nada yang tegas. "Kalau seperti ini terus, lebih baik kita semua pulang."
'Dengan kau seperti ini, bukankah malah makin memperumit keadaan, Park Chanyeol?' Harin bergumam dalam hati, namun tetap memperhatikan keadaan. Rae sekilas melemparkan tatapan meminta tolong kepada Harin sebelum Chanyeol memanggilnya.
"Kau juga, jangan keras kepala," tegur Chanyeol kepada adiknya. "Haruskah kali ini aku yang ikut campur dalam permasalahan kalian? Aku sama sekali tidak melihat gunanya kau datang ke sini."
Baik Sehun maupun Rae terdiam mendengar hal ini. Tentu saja ada yang berubah di antara mereka, namun tidak signifikan sehingga bagi Chanyeol yang kurang peka akan sulit melihat hal itu.
Melihat pasangan tersebut bungkam, Harin berinisiatif untuk menjadi penengah sebelum Chanyeol membuka suara untuk kesekian kalinya.
"Berikan mereka kesempatan," ucap Harin perlahan namun cukup untuk membuat ketiga pasang mata di ruang tamu tersebut beralih menatapnya. "Tidak semudah itu memperbaiki keadaan. Kau seperti yang belum pernah berpacaran saja, Chanyeol." ujarnya sambil bercanda, mencoba untuk membelah suasana yang sudah semakin panas ini.
Chanyeol hanya menghela napas mendengar kata – katanya. Otaknya mulai mempertimbangkan kata – kata Harin untuk memberikan mereka kesempatan.
"Baiklah," suara berat Chanyeol mengejutkan Rae dan Sehun yang masih menunggu keputusannya. "Aku akan pergi dari sini."
Kalimat terakhir dari Chanyeol hampir membuat Rae makin merasa bersalah. Di sisi lain, Sehun sangat menyesalkan perbuatannya yang tidak tegas terhadap masalah yang ia buat sendiri.
Chanyeol berjalan ke arah Harin –tidak melepaskan pandangannya dari wanita itu, membuat Harin bingung. Dengan satu gerakan, Chanyeol menarik lengannya –memaksanya untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boo Love
Fanfiction"Just because someone looks happy, doesn't mean they are; Because even a white rose has a dark shadow."