Setelah terdiam beberapa saat, Sehun masih merasakan suasana tegang antara dirinya dan Rae. Itu membuatnya tidak nyaman. Ia tidak tahu mengapa Rae masih belum mengeluarkan sepatah kata pun setelah permintaam maaf tadi, 'bukan seperti dirinya', ya itu yang Sehun pikirkan. Satu hal yang Sehun tidak tahu adalah Rae hanya ingin mendengar satu kata keluar dari mulutnya, yang mungkin ia sendiri mengetahuinya, tapi ia tetap memilih untuk tetap diam.
"Boo?" untuk pertama kalinya, Sehun akhirnya membuka mulut untuk mencairkan suasana. "Ada apa? Apa kau baik – baik saja?"
Kalimat sederhana tersebut sukses membuat jantung Rae berdebar.
"Ya, aku baik – baik saja. Tidak perlu khawatir." Rae mencoba yang terbaik untuk menutupi apa yang ia rasakan sekarang dan berkata pada dirinya sendiri kalau Sehun akan mengatakannya secepatnya.
"Aku sudah lama mengenalmu. Dengan diam seperti ini, aku tahu kau menyembunyikan sesuatu. Katakan, apa yang kau pikirkan?"
Rae bergumul dengan dirinya sendiri, saat hatinya berkata untuk bertahan dengan apa yang ia percaya, namun otaknya berkata untuk meyerah sekarang juga. Pilihan seperti ini, sama seperti memilih rasa es krim mana yang lebih enak, cookies and cream, atau cotton candy. Tidak ada satu pun dari pilihan tersebut, baik untuknya. Itu akan menyakitkan, dia tahu itu.
"Hey," suara berat, namun menenangkan dari seorang pria, yang sekarang berdiri tepat di hadapannya, menyadarkannya.
"Apa yang begitu menganggumu sampai membuatmu seperti ini?"
"Sehun," nada yang membuat bulu kuduk Sehun berdiri, datang kembali.
"Ya?" Sehun mencoba untuk tidak membiarkan suaranya terdengar bergetar.
"Sampai kapan kau akan seperti ini?"
"Apa maksudmu, Boo?"
"Apa ini hanya aku, yang terlalu menaruh harapan padamu? Atau, memang kau yang tidak mengerti sama sekali?"
Sehun dapat merasakan rasa kecewa yang masih tersimpan di dalam diri Rae. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang harus ia lakukan jika sudah seperti ini. Sebenarnya, Sehun ingin sekali mengatakannya, tapi seperti ada yang menahannya.
"Sehun, apakah kau tahu? Aku tidak mempermasalahkan kau mau pergi ke klub malam, dengan siapa pun itu, jam berapa pun, hari apa pun itu; dan aku juga tidak peduli denganmu yang tidak memberiku kabar. Aku tidak akan marah, karena aku tahu, kau juga pasti butuh waktu untuk kesenanganmu sendiri. Tapi yang membuatku kecewa adalah kau berbohong dan memliih untuk tidak mengangkat telepon dariku, seperti kau tahu kalau kau sedang berbuat salah padaku dan memilih untuk menghindar."
Sehun yang mendengar jelas semua perkataan Rae hanya tertunduk dan tidak berani untuk menatap mata wanita di hadapannya. Ia sadar, semua yang dikatakan Rae, benar adanya. Ia sadar, apa yang dilakukannya sudah keterlaluan. Ia tahu kalau Rae bukan wanita yang akan mempermasalahkan hal kecil menjadi besar. Sehun sudah mengetahuinya, sejak lama.
"Kau tidak bisa menyelesaikan masalah seperti ini. Mungkin ini tampak kekanak – kanakan bagimu dan berbanding terbalik dengan apa yang ku katakan barusan, tapi ini bukan seperti yang kau kira. Apa salah, seorang wanita dan terlebihnya lagi adalah kekasihmu, untuk khawatir dan mempermasalahkan hal ini?" ujar Rae.
Sehun masih saja terdiam. Baru kali ini, ia melihat Rae marah seperti ini. Diamnya Sehun, membuat Rae merasa kesal.
"Jawab aku, Oh Sehun. Apa aku salah?" suara Rae sudah terdengar bergetar dan matanya yang mulai berkaca – kaca.
Sejujurnya, Sehun tidak tega melihat Rae seperti itu. Dia tak pernah menyangka kalau Rae seperti ini karena dirinya, karena kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Ia tidak mau liburannya harus seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boo Love
Fanfiction"Just because someone looks happy, doesn't mean they are; Because even a white rose has a dark shadow."