#3 Makan Malam

366 33 1
                                    


Shin Jinka. Wanita paruh baya itu sengaja keluar dari apartement anaknya. Sejak keputusannya untuk keluar sementara dari rumah terkutuk itu secara diam-diam. Suaminya sampai sekarang belum menghubunginya, ya mungkin dia terlalu asik dengan mainan barunya.

Ia menghelah nafas. Setelah mendapat kursi yang cocok jinka memesan makanan juga minumnya untuk mengganjal perut. Wanita paruh baya ini memang tak berniat untuk makan berat jadi hanya beberapa cemilan yang ia pesan untuk menemaninya dicafe favoritnya.

Dengan umur yang sudah tua ini bahkan tak mengurangi kecantikkan ibu satu anak ini. Ia memang mantan model dulu jadi tentu saja ia menjaga betul berat badan yang ada ditubuhnya. Tapi karena sudah senja ia tak mau terlalu membatasi makanan toh nantinya ia akan mati.

Ah bicara soal mati. Kalau ia tengah sendiri seperti ini, dunianya seolah kabur darinya. Gemerlabnya dunia yang dulu ia jumpai sekarang hanya tinggal kenangan dan itu semua memang kesalahannya sendiri yang begitu serakah dengan apa yang ia lihat.

Pria yang dijodohkan dengannya. Yang ternyata adalah buruan para wanita sebayanya dulu. Dan betapa beruntungnya dia ternyata pria itu adalah calon suaminya yang sudah dijodohkan oleh orang tua mereka.

Pernikahan memang berjalan baik-baik saja. Tapi beberapa tahun setelah kelahiran anaknya, lee donghae. Sikap pria itu berubah, selalu pulang malam bahkan kadang pulang dalam keadaan mabuk dan itu cukup membuat jinka curiga.

Beberapa tahun setelahnya. Donghae yang sudah berumur 15 tahun melihat dengan jelas apa yang ayahnya lakukan pada ibunya. Dengan begitu kejam ayahnya memukuli ibunya sambil menggandeng wanita lain.

Terpukul memang mengetahui kalau anak semata wayangnya itu melihat pertengkaran orang tuanya. Tapi mau bagaimana lagi, ini memang sudah terlanjur jauh dari kata kembali. Kembali untuk mengulang semuanya dan memperbaikki. Kalau ia tahu akan seperti ini, bisa saja dulu ia membatalkan perjodohan itu dan melupakan pria yang tengah diincar-incar para wanita.

" eh bukankah itu jessica ..." mata jinka menerka-nerka gadis yang baru saja masuk kedalam cafe sendiri. Dengan anggunnya ia berjalan layaknya model di atas catwalk.

" aigoo apakah dia model ?" gumamnya berdecak kagum. Waniat paruh baya ini semakin membayangkan bagaimana kalau anak laki-lakinya lah yang menjadi suaminya.

" jessica ... Jung jessica" panggil jinka dengan begitu keras membuat gadis itu menoleh kearahnya. Dengan cepat ia pun melambaikan tangan dan mengarahkan gadis itu untuk menghampirinya.

" ah senang bertemu nyonya kembali" ucap jessica dengan ramah pada jinka.

" apa aku mengganggu mu nak ... Aku ingin kau duduk disini"

" okay dengan senang hati" jessica pun duduk dimeja bundar cafe itu. Tak selang beberapa lama kemudian pelayanpun pesanan yang sudah dipesan sebelumnya pada jessica.

" hanya white coffe saja ?"

Jessica mengangguk dengan senyum manisnya. " nyonya sendiri saja ?" jinka tersenyum lembut. Ia yakin yang dimaksud gadis ini adalah suaminya.

" ah jangan panggil saya nyonya ... Maukah kamu panggil saya dengan bibi saja. Mungkin itu dengar lebih akrab" pinta jinka pada jessica. Sepertinya dia memanh menginginkan jessica untuk masuk lebih dalam kedalam keluarganya. Setidaknya jika ada jessica ia bisa mempunyai teman perempuan.

" bolehkah ?"

" tentu saja sayang ... Kalau mau aku juga ingin kamu panggil saya dengan sebutan eomma mungkin"

Jessica terbelak. Tak pernah ada yang menawarinya seperti ini. Bahkan banyak dari mereka yang malah mengolokinya dengan kalimat kasar nan pedas. Tapi wanita ini, dengan senang hatinya mempersilakan dirinya memanggilnya dengan sebutan "eomma". Padahal mungkin kalau ia tahu siapa ibunya mungkin wanita ini akan melakukan hal yang sama seperti 14 tahun yang lalu.

Just One Day  [ Lee Donghae X Jung Jessica ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang