Part 3

5.1K 489 27
                                    

Author

Di sebuah perumahan elit di kawasan Bali, seorang wanita masih pulas meringkuk di dalam selimut hangat yang turut menghantarkannya ke alam mimpi semalam. Beberapa menit kemudian, wanita itu terbangun oleh suara alarm dari handphonenya. Eka membuka matanya yang terasa amat berat. Biasanya ia tidak akan bangun jika matanya terasa seperti ini, tetapi entah mengapa ia merasakan adanya dorongan yang sangat kuat untuk membuka mata.

"Sudah, bangun?" Tanya seseorang yang bersedekap di sisi ranjang.

"Jhon.." Eka menenggelamkan wajahnya ke bantal tanda masih mengantuk.

"Hari ini ada sahabatku datang, sayang," sang istri mendesah, ia duduk sembari menggelung rambutnya. Eka menguap lebar.

"Aku masih ngantuk, Jhon," keluhnya sembari mengembungkan pipi. Jhon mencondongkan tubuhnya untuk mencium keningnya. Refleks Eka memejamkan matanya.

"Anak-anak sudah aku mandikan tadi. Sekarang mereka menunggu mamanya sarapan," Eka tersenyum.

"Makasih, Jhon. Aku mandi dulu kalau gitu." Jhon menemani anak-anaknya selama Eka mandi.

Ke delapan anak mereka sangat menggemaskan. Stevhany, putri tertua mereka sangat menjaga adik-adiknya di usianya yang ke tujuh tahun. Ia selalu mengalah pada adik-adiknya. Alvino dan Clarissa si kembar kini berusia sembilan bulan. Mereka sedang lucu-lucunya. Winnie, putri ke enam kadang iri dengan si kembar. Jhon lebih sering menggendong Alvino atau Clarissa.

Stevhany, Fayzahra, Nova, Rini, Alena, Winnie, Alvino dan Clarissa berkumpul di meja makan. Eka tersenyum karena pemandangan pagi itu. Ia bahagia tiada tara. Eka menarik nafas panjang dalam sebelum menemui keluarga tercintanya.

"Pagi anak-anak," sapa Eka ceria. Ia mencium satu persatu anak-anaknya dan juga Jhon. Ada dua babysister yang berdiri dibelakang Alvino dan Winnie. Mereka membantu anak yang balita seperti Alvino dan Clarissa harus di suapi. "Kita sarapan dulu ya, nanti kita kedatangan tamu spesial," Eka mengedipkan mata kirinya ke Jhon. Tanpa banyak bicara mereka sarapan dengan tenang. Hanya Dincan dan Made sibuk menyuapi Alvino dan Clarissa.

Pukul 10. 45 WITA Jhon menunggu di depan pintu. Sedangkan Eka dan anak-anaknya ada di ruang tv. Raut senang terpancar di wajah Jhon. Bertahun-tahun ia tidak berjumpa dengan sahabatnya itu. Lost kontak, setelah Steven pulang ke negaranya London. Ia tidak sabar menunggu Steven.

Harmony Residence ternyata jauh lebih hebat dari yang dibayangkan Steven. Perumahan itu, lebih mirip sebuah kota kecil yang sangat teratur dan rapi. Jalan utama yang membagi blok demi blok sangat bersih dan ditata dengan indah. Pohon-pohon besar berdiri tegak di tepi kiri kanan jalan untuk menaungi para pejalan kaki, rumah-rumah mewah menjulang tinggi dengan gerbang dan pagar yang tampak sangat memukau, dan mobil-mobil sport maupun mobil keluarga mahal berjejer rapi di tempat parkir yang disediakan.

Steven sama sekali tidak menyangka bahwa Harmony Residence adalah tempat yang begitu menyenangkan. Walaupun saat itu sekitar pukul sebelas siang, tidak ada satu tetes pun keringat yang membasahi wajahnya karena tempat itu begitu teduh dan nyaman.

Steven akhirnya menemukan rumah yang menjadi tujuannya. Rumah sahabat lamanya, hampir sebelas tahun mereka tidak bertemu. Mereka sempat hilang kontak. Syukurlah Steven dan Jhon di pertemukan oleh yang namanya jejaring sosial. Tanpa ragu ia melangkah maju ke depan pintu rumah. Rumah yang mewah dan besar.

Ceklek. Tiba-tiba pintu rumah terbuka. Eka menoleh heran mencari tahu siapa yang datang, sedangkan Jhon hanya tersenyum saja karena sudah tahu siapa yang datang, bahkan ia memang sudah menunggunya.

"Apa ini rumah Jhon Ericsson?"

"Steven?!" Jhon memeluk pria itu. Mereka saling tertawa. Eka mengeryitkan dahinya, bingung. Bertanya-tanya dalam hati, ini dia sahabat Jhon?. "Dari tadi aku sudah menunggu mu,"

Remember Him (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang