Part 4

4.8K 493 26
                                    

Author

Steven memutuskan untuk menetap lagi di Bali bersama putranya. Mantan kekasih Steven menikah dengan pria lain. Dan Steven memilih untuk tidak menikah. Ia membeli rumah didekat Jhon hanya beda blok saja. Ia sudah nyaman tinggal disana. Terlebih ada Jhon dan keluarga besarnya. Steven tidak merasa kesepian. Ia larut akan kebahagiaan bersama keluarga Jhon.

"Daddy, aku mau main ke rumah om Jhon ya?" Andrew menuntun sepedanya. Steven duduk di depan rumah sembari merokok.

"Iya, hati-hati. Kenapa kamu sering kesana sih?. Daddy jadi tinggal terus sendirian dirumah!" Omel Steven pada anak semata wayangnya.

"Disini sepi, daddy." Jawabnya yang sudah nangkring di jok sepeda.

"Dasar mau enaknya sendiri!" Gumam Steven. "Ya sudah hati-hati!" Teriaknya. Andrew sudah hilang dari pandangannya. Steven mendesah, andai saja ia punya istri dan anak lagi?. Dirumah pasti ia betah seperti Jhon. Saat ia meratapi nasibnya yang malang. Jhon sudah berdiri di gerbang pintu.

"Selamat sore, Mr. Steven," senyumannya mengembang. Jhon pasti ingin menemaninya yang kesepian.

"Sore, Jhon.. aku senang kamu datang." Steven menyambutnya gembira Jhon.

"Disini aku kesepian," keluhnya. Jhon duduk dikursi kayu seberangnya.

"Makanya menikah, Stev. Kamu masih muda, carilah istri yang bisa merawat Andrew dan menemanimu. Pembantu sepertinya cocok untukmu," pemikiran Jhon dan ucapan yang terakhirnya adalah sebuah ledekan untuk Steven. Jhon masih ingat dulu sahabatnya itu menyuruhnya menikah dengan pembantu. Jhon menyeringai.

"Kira-kira pembantu siapa yang ingin aku nikahi, Jhon?" Jhon terkejut sampai matanya membeliak. Tidak percaya. Apa Steven begitu putus asanya mencari seorang istri. Steven warga negara London bermata biru. Perawakannya tinggi dan kurus. Namun tubuhnya bersixpack. Rambut bergelombang ia sisir kebelakang dengan sedikit gel. Untuk penampilan tidak ada masalah. "Eum, yang menjaga anak-anakmu siapa namanya?"

"Yang mana?" Jhon masih memandanginya tidak percaya.

"Yang rambutnya sebahu dan kulitnya kuning langsat," tanyanya lagi tersipu.

"Dincan maksudmu?"

"Itu nama aslinya?"

"Bukan, namanya Dinna asalnya dari kupang. Kenapa?" Steven berdehem.

"Apa dia sudah bersuami?"

"Belum," Jhon menggeleng.

"Aku menyukainya," wajah Steven memerah.

"APA?!" Jawabannya membuat refleks Jhon berteriak. Steven benar-benar putus asa mencari jodoh. Babysister pun dipilih. Ia tidak habis pikir. Memang Dincan alias Dinna sangat cantik untuk ukuran babysister. Gadis mungil namun ia gesit dalam bekerja. Dan ramah ke setiap orang.

***

Sesampainya di rumah Jhon mempertimbangkannya. Steven dan Dinna cocok juga, pikirnya. Ia belum memberitahu Eka. Pasti istrinya sama terkejutnya. Jhon tertawa geli, saat Steven ingin dikenalkan lebih dekat dengan Dinna. Bukannya Jhon tidak mau tapi ia ingin mencari tau dulu tentang status Dincan.

Jhon menuruni tangga, ia berpapasan dengan Made. Ia mencari Dincan. Made bilang Dincan berada di kolam renang. Ia segera menemui Dincan. Disana ia sedang menjaga Rini dan Alena yang berenang dikolam kecil.

"Dincan!" Panggil Jhon. Dincan menoleh ke belakang.

"Iya, pak," ia segera menghampiri.

"Ada yang mau saya bicarakan."

Remember Him (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang