Part 18

2.4K 498 26
                                    

Mereka honeymoon di hotel selama 3 hari. Steven selalu memberikan kejutan yang tidak terduga seperti makan malam yang romantis, dansa dan juga membuat surat dengan kata-kata manis. Wanita mana yang tidak luluh jika diperlakukan seperti itu. Steven sangat memuja istrinya.

Mobil mereka terpakir di depan rumah. Essa yang dikursi sebelah dengan raut wajah yang cemberut. Ia sebal dengan tingkah Steven yang selalu melirik wanita lain. Entah kenapa dadanya di bakar api cemburu. Baru kali ini ia merasakan perasaan seperti tersebut selama dengan Steven. Essa turun dari mobil sendiri tanpa memnunggu Steven membukakan pintu untuknya.

“Essa!!” panggilnya. Essa tidak berbalik atau mengubris panggilan itu. Ia bergegas masuk ke dalam rumah. Steven terkekeh geli melihat sikap Essa yang menurutnya ajaib. Kadang menangis terharu dan kadang suka ngambek. Ia mulai menikmati itu semua.

“Daddy, mommy kenapa?” tanya Andrew saat Steven berjalan ke ruang tamu.

“Hati-hati langkahmu, sayang!” seru Steven ketika Essa menaiki tangga dengan tergesa-gesa. Ia melirik Andrew. “Mommy mu sedang ngambek sama daddy.”

“Apa honeymoon nya berhasil?”

“Lebih baik kamu belajar!” ucapnya. “Kecil-kecil mau tahu saja.” Ia mendengus. “Bagaimana tinggal di rumah Jhon?”

“Tentu saja menyenangkan. Disana ramai.”

“Sebentar lagi di rumah ini juga ramai,” ucap Steven dengan senyum mengembang.

Dikamar Essa masih dengan perasaan kesalnya. Ia duduk di ranjang sambil menetralkan napasnya yang menderu-deru. Perasaaan apa ini?. Kenapa ia menjadi emosi jika melihat Steven melihat wanita lain. Hey, tidak mungkin kan perasaannya berubah hanya beberapa hari saja. Bagaimana dengan Eros. Ia sampai tidak mengingatnya selama honeymoon kemarin. Yang ada dipikirannya hanya Steven dan Steven tidak ada yang lain.

“Dasar pria bule!”

“Jangan mengumpat seperti itu Essa,” Steven sudah ada di ambang pintu lalu menutup pintu kamar mereka.

Essa mendelik, “Aku tidak mengumpat. Kamu salah dengar.” Steven menaruh koper mereka di sudut kamar sebelum memindahkannya ke walkin in closet.

“Kamu ini aneh, tiba-tiba marah tidak jelas.”

“Aku tidak marah!” elaknya.

“Bohong,” Essa berdiri dan kaki Steven melangkah sampai tepat di depan Essa. “Kamu tidak bisa membohongiku.” Istrinya menatap sengit.

“Untuk apa aku berbohong dan untuk apa aku marah?”

“Untuk…” Steven tergelak. “Aku tidak bisa memberitahumu. Tapi yang aku tahu kamu merasakannya, kan?”

“Merasakan apa?” tanya Essa menutupi.

“Sesuatu yang baru dalam hatimu.”

“Kata-katamu membuatku tidak mengerti.”

“Mungkin kamu belum menyadarinya saat ini, Essa. Pengalamanku dalam wanita tidak diragukan lagi.”

“Aku tahu kamu seorang play boy tanpa perlu kamu jelaskan.”

“Masa?” tanyanya seakan meledek.

“Iya, kamu suka menggombal dan memberikan kejutan agar wanita yang kamu incar itu terpesona. Dan memilikinya dengan mudah di ranjang karena terjerat dengan semua perlakuaanmu.” Sudut bibir Steven berkedut ingin tertawa hambar. Ia menatap serius. Jadi selama ini Essa menilai dirinya tetap brengsek? Pikirnya.

“Wow, aku tidak percaya kamu bisa menafsirkan semuanya seperti itu. Hanya ada satu yang kamu perlu tahu. Yang aku lalukan itu semua karena aku mencintaimu, Essa. Memang aku pernah melakukannya dengan wanita lain tapi aku tidak pernah menggunakan perasaaanku di dalamnya. Berbeda denganmu.. semuanya berbeda karenamu, Essa. Aku melakukannya pakai hati hanya untukmu.”

Remember Him (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang