"Hubungan suami-istri maksudku itu hubungan yang lain, Essa. Aku mau kita pernikahan ini berjalan dengan semestinya. Aku suamimu dan kamu istriku. Kita jalani perannya masing-masing tanpa harus ada jarak diantara kita. Dan tanpa ada rahasia.." wajahnya berubah serius saat kata terakhirnya. "Aku tidak mau main-main dengan pernikahan ini. aku tidak mau melepaskan apa yang sudah yang menjadi milikku. Kamu tidak bisa pergi dariku, Essa."
Essa yang ada di bawahnya menelan saliva dengan susah payah. Ucapannya sungguh-sungguh. Ia tidak akan bisa melepaskan diri dari Steven. Ia yang memulainya. Dirinya tidak bisa berkutik sama sekali. Ia sampai menahan napas sembari matanya menatap ragu Steven.
"Walaupun, aku belum bisa melupakannya?" tanyanya lambat-lambat.
"Mulai saat ini lupakan dia dan lihatlah aku. Hanya ada aku di matamu, Essa." Ucapannya penuh penekanan. Baru kali ini Essa tahu ekspresi lain dari Steven. Sisi gelapnya yang ia sembunyikan rapih.
"Aku akan berusaha, Steven," sahutnya pelan meskipun dalam hatinya masih ragu.
"Terimkasih, kita tidur sudah malam." Steven berguling ke sisi Essa. Dadanya masih berdebar kencang.
***
Pria bule itu masih meringkuk di atas ranjang. Setelah shalat subuh ia tidur kembali. Pak Darma memaklumi menantunya tidak shalat di masjid. Mungkin kelelahan, pikirnya. Essa yang sudah mandi dan rapih ingin membangunkan suaminya yang memunggunginya. Dengan perlahan ia membangunkan Steven. Tangannya menepuk pundak Steven.
"Stev, bangun sudah siang." Suaminya tidak bergerak sama sekali. Ia menepuk lebih keras. "Steven! Bangun!" tanpa di duga Steven menariknya dan berguling menindihnya. Essa terpekik kaget dengan gerakan Steven yang tiba-tiba.
"Kamu mengangguku,"
"Tapi ini sudah siang," Essa membela diri. Steven mendesah. Semalam ia tidur pukul 02.00 tidak bisa tidur hanya memandangi wajah Essa yang tertidur pulas. "Stev, bisa kamu menyingkir dari atasku?" tanyanya risih.
"Boleh aku menciummu satu kali saja?" pintanya.
"Di pipi,"
"Iya,"
Cuppp
Matanya melebar itu bukan pipi namun nyaris mengenai sudut bibirnya. Sepertinya Steven sengaja, batinnya. Essa menggeram lalu mendorong Steven. Ia buru-buru keluar kamar. Ia sempat menyembunyikan pipinya yang merona. Di dalam kamar Steven tertawa puas. Ia berhasil mengerjai sang istri.
Tidak berselang lama Steven keluar dari kamar dengan keadaan yang sudah rapih. Sebenarnya ia ingin mengerjai Essa kembali. Tetapi Essa tidak masuk ke kamar padahal ia menunggunya.
"Selamat pagi semuanya," sapa Steven kemudian duduk di meja makan. Wajahnya begitu sumringah.
"Pagi daddy," Andrew membalas sapaannya. Pak Darma melirik rambut Steven yang basah lalu tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Him (GOOGLE PLAY BOOK)
Ficção GeralSekuel Love Is Simple Steven iri pada Jhon yang mempunyai istri dan anak banyak. Dia ingin merasakannya juga. Ketika Steven bertemu gadis cantik berhijab bernama Essa Stefani seorang bidan. Jantungnya berdebar-debar. Inikah sebuah harapan untuk diri...