Part 20

3K 548 40
                                    

Steven tidak henti-hentinya memandangi wajah sang istri yang begitu cantik dimatanya. Mereka menghabiskan malam bersama. Baru kali ini ia merasakan bermalam dengan perasaan cinta dari Essa. Tanpa Essa mengucapkannya, ia sudah tahu. Bahwa istrinya mencintai dirinya. Tidak perlu dijabarkan dengan jelas. Cinta itu misteri hanya dalam waktu singkat sudah bisa merasakannya.

“Bangun, sayang..” ucapnya berbisik ditelinga. Essa merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku. Ia kelelahan.

“Eum, jam berapa ini?” tanyanya enggan membuka matanya.

“Sudah mau subuh. Kita mandi dulu,” akhirnya Essa membuka matanya secara perlahan. Steven tersenyum manis dan Essa membalasnya. Dikecupnya pipi Steven lalu dibalasnya dengan mengecup bibirnya. “Jangan seperti ini nanti kita akan terus di atas ranjang,” geramnya. Essa terkiki geli.

“Masa?”

“Jangan menggodaku, sayang.” Essa hendak bangkit namun ditahannya. “Satu ciuman lagi?” ia memajukan bibirnya.

Cuppp

Essa segera beranjak dari ranjangnya dengan menggunakan selimut. Ia terburu-buru hampir saja terjatuh. Steven menertawakannya. Ia pun meledek untuk mandi bersama. Tentu saja Essa mengunci pintu kamar mandi. Steven shalat subuh di masjid dekat rumahnya karena disampar oleh Jhon. Essa menjadi seorang diri di rumah. Setelah selesai shalat Steven mengganti pakaiannya untuk olahraga. Ia mengajak Essa namun ditolaknya. Istrinya sedang tidak enak badan wajahnya sedikit pucat. Entah kelelahan karena semalam atau banyak pikiran sebelumnya.

Sekembalinya Steven berolahraga. Ia membawakan sesuatu yang membuat pipi Essa merona. Suaminya memberikan bunga mawar merah banyak sekali.

“Bunganya indah, terimakasih?’

“Apa tidak ada imbalannya?” tanya Steven seraya matanya mengerling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Apa tidak ada imbalannya?” tanya Steven seraya matanya mengerling. Dengan malu-malu Essa mencium pipinya. Ia ke dapur mencari vas bunga. Di isinya air agar bunga-bunga itu tetap segar. Steven memeluknya dari belakang.

“Steven,”

“Eum,”

“Tidak jadi,” Steven mengeratkan pelukannya.

“Hari ini kita pergi jalan-jalan, kamu mau?”

“Tidak mau.” Essa memasukan bunga ke dalam vas.

“Kenapa?” dahinya mengerut.

“Pasti ke pantai, aku tidak mau!. Disana pasti kamu melirik wanita berbikini lagi!” ucapnya ketus.

“Jadi kamu cemburu?”

“Siapa bilang?” elak Essa. Ia belum siap untuk mengakui bahwa sangat cemburu. Steven tertawa kecil.

“Aku tahu kamu cemburu, tidak usah malu untuk mengakuinya. Jujur saja, memang kejujuran itu kadang membuat malu. Tapi setelahnya kamu akan merasakan kelegaan yang luar biasa.” Essa cemberut.

Remember Him (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang