Part 8

37 3 0
                                    

Steven segera masuk ke mobil bergegas menuju rumah Jhon. Ia sampai menaikkan kecepatan mobilnya. Ide ke kebun binatang hanyalah ide terlintas diotaknya. Sebenarnya Eka tidak ke kebun binatang karena musim hujan. Steven harus memberitahu Eka dan Jhon. Ya disinilah, ia memohon dihadapan Eka dan Jhon. Mereka menyipitkan matanya.

"Ide mu sangat bagus, Steven. Ke kebun binatang dimusim hujan?. Kita bisa melihat semua binatang memakai jas hujan atau payung," ucap Jhon menyindir. Steven meringis.

"Ayolah, Jhon. Aku sudah bilang ke Essa, kalau minggu kalian mau ke sana." Steven menangkupkan kedua tangannya memohon. Ia mengalihkan pandangannya pada Eka. "Eka, tolonglah aku, ya.. Please.."

Eka menghela napas sebelum menjawabnya, "baiklah, Steven." Jhon menatap Eka mengartikan 'apa tidak apa-apa?'. Istrinya malah tersenyum seraya kepalanya mengangguk.

Jhon mendekat ke pipinya, "terimakasih, sayang." Ia berterimakasih untuk sahabatnya.

"Aku akan melakukan itu kalau sudah menikah sama Essa," celetuk Steven.

"Ya, itu pun kalau Essa mau menerima mu." Dengan santainya Jhon menyeringai.

"JHON!" teriak Steven kesal. Eka terkikik disebelah suaminya.

Steven berdiri angkuh, "kita lihat saja nanti! Essa akan menjadi milikku!" ucapnya dengan penuh percaya diri. Eka dan Jhon menahan tawanya. "Aku pulang dulu, nanti malam aku ke sini lagi untuk makan malam."

"Apa setiap makan malam kamu akan datang kemari?" tanya Jhon memasang wajah malas.

"Tentu saja, sebelum aku mempunyai istri. Aku akan makan disini."

"Baiklah, nanti setiap bulan aku akan datang ke rumahmu untuk memberikan tagihannya." Steven melongo. "Di dunia ini tidak ada yang gratis. Memangnya makanan yang kamu makan itu aku boleh minta!"

"Ya ampun Eka!! Suamimu ini keterlaluan!" seru Steven marah. Hatinya dongkol dengan tingkah Jhon.

"Aish, Steven! Kamu didengarin aja. Dia memang selalu seperti itu. Jangan didengarkan! Nanti malam aku menunggumu." Eka tersenyum manis.

"Ya, beserta tagihannya," lanjut Jhon. Eka mencubit perutnya.

"Memang kamu malaikat Eka, sayang." Jhon melotot ketika Steven menyebut kata 'sayang'. Dengan gerakkan cepat Steven berhasil kabur dengan selamat. Jhon mendengus.

"Awas kalau dia datang, aku beri pelajaran!" gerutunya. Tangan Jhon merangkul pinggang Eka. "Aku tidak suka dia menyebutmu 'sayang'!"

"Aku tau, tukang pencemburu." Dielusnya pipi Jhon. "Aku harap Essa mau menerima Steven. Aku agak ragu soalnya."

"Kenapa?" dahi Jhon mengerut. "Ada rahasia?" Eka mengangguk lemah. "Bisa kamu ceritakan?"

"Sebaiknya kita bicara di ruang kerja mu aja. Gimana?"

"Baiklah,"

Di ruang kerja Jhon menunggu istrinya bercerita. Eka merasa bersalah karena akan menceritakan hal pribadi Essa pada Jhon. Akan tetapi ini adalah yang terbaik. Ia takut Steven akan ditolak oleh Essa.

"Essa punya seseorang dalam hatinya, Jhon. Pria yang sangat dia cintai namun hubungan mereka kandas dua tahun yang lalu. Tapi sampai sekarang Essa selalu mengingatnya. She always remember him.."

"Dua tahun kan sudah lama Eka?" tutur Jhon yang ditanggapi kegelisahan.

"Masalah hati nggak ada yang tau, Jhon. Kamu tidak tau kalau perasaan wanita itu lebih rumit. Dimulut berkata nggak tapi dalam hati berkata iya. Menurutku cintanya terlalu dalam. Aku takut Steven akan patah hati." Eka berkata dengan wajah muram. "Steven, sudah aku anggap kakakku sendiri dan Essa sudah aku anggap saudara. Misalkan diantara mereka terjadi sesuatu yang nggak.."

Remember Him (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang