1 bulan kemudian..
Aku meninggalkan komplek kostanku. Sebuah kompleks, jika dari jalan raya terdapat gang masuk. Luasnya hanya 1 mobil sangat sempit. Di ujung gang terdapat sebuah perempatan, kekiri adalah arah kostanku yang dapat dilihat dari perempatan. Kalau ke kanan adalah arah rumah Pak RT menghadap langsung ke pos ronda. Ya itulah kostanku, hanya dua rumah itu yang aku tahu.
Sore itu, seperti biasa kedua rumah yang saling menyambung itu tampak lengang. Hanya ada beberapa pembantu yang tampak sedang menyelesaikan tugas rutinnya. Kostanku khusus untuk putri.
Hari ini aku libur bekerja. Aku di undang Eka untuk makan malam di rumahnya. Ini kesempatanku untuk refreshing dari bekerja kegiatan sehari-hariku. Semenjak kejadian yang memalukan itu jika bertemu Pak Angga aku kabur. Rasanya aku tidak sanggup mengangkat kepalaku. Kalau pun kepergok pasti Pak Angga tersenyum miring dan aku membalasnya dengan senyum yang dipaksakan. Biarlah itu menjadi pengalaman hidup yang tidak akan pernah terlupakan.
Aku mengeluarkan motor yang ada di dalam gerbang kost. Aku naik lalu menyalakam motorku ke perumahan elit tempat tinggal Eka. Aku menikmati sinar senja yang menerpa tubuhku. Cahaya kekuningan menghiasi langit sore. Aku melewati pantai, sungguh menakjubkan pemandangannya. Saat memasuki area perumahan aku dimintai tanda pengenal. Yang masuk ke perumahan itu tidak boleh sembarangan karena dijaga ketat. Yang aku tau banyak orang asing yang tinggal disini.
Jalanan berkelok-kelok sebelum aku sampai di rumah Eka. Rumah Eka sangat bagus sekali. Dari segi interiornya dan juga halamannya yang membuatku menganga. Andai saja aku punya rumah sebesar ini, aku akan giring Ibu, Bapak dan Adikku untuk tinggal bersama. Dasar bodoh, bagaimana caranya aku mempunyai rumah seperti Eka. Apa harus ngepet?.
Aku menaruh helm di atas kaca spion. Tak lupa aku selalu membawa ransel kemana pun pergi. Aku mengetuk pintu rumahnya yang keluar pembantu Eka. Ia menyuruhku masuk dan mempersilahkan untuk duduk. Mataku mengendar ke sekeliling, ada foto besar di tengah ruangan ini. Foto keluarga Eka dengan anggota lengkap. Aku tersenyum melihatnya. Eka dan Jhon dikelilingi 8 anaknya. Itu sangat manis sekali. Aku iri dengan Eka kini. Suami yang mencintainya tulus dan anak-anak yang lucu.
"Essa?" panggil Eka yang mengenakan apron. Aku berdiri, ia memelukku. "Aku kira kamu tidak datang,"
"Maaf, tadi aku ketiduran maklum libur kerja," aku nyengir tidak jelas.
"Ya, udah kita ke dalam ya. Tolong bantu aku menyiapkan makan malam spesial." Ajak Eka sambil menarik tanganku.
"Apa tidak apa-apa?" Tanyaku tidak enak.
"Anggap saja rumah sendiri." Kelakarnya. Benar tidak ya, kalau iya sekalian aku mau tidur disini. Aku tertawa dalam hati. Siapa yang tidak mau tinggal di rumah ini.
"Berarti aku boleh tinggal disini?"
"Boleh kalau kamu mau,"
"Kamu ada-ada saja, Ka. Oia, Jhon kemana?" Eka memberikan apron, aku mengenakannya. Ia pun membantuku mengikatkan talinya.
"Dia lagi main dibelakang sama anak-anak." Bibirku membulat. Aku membantu Eka menyiapkan beberapa makanan. Eka sangat ahli memasak. "Essa, apa kamu sudah punya pacar?" Tanganku terhenti mengaduk tumis buncis. Bukannya menjawab aku malah menghela napas. "Essa?" Ulangnya.
"Eoh, maaf, aku fokus sama ini buncis," jawabku sekenanya. Aku tidak mau terlalu terbuka untuk masalah pribadi. Tapi Eka sudah mengetahuinya. Susah menyembunyikan rahasia.
"Apa kamu belum bisa ngelupain Andi?" Aku refleks menoleh padanya. Senyuman Eka mengandung arti jika itu benar kapan kamu bisa move on?.
"Aku tidak tau, Eka. Semakin aku ingin ngelupain malah semakin kuat kenangan itu aku ingat," desahku mengutarakan apa yang ada di dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Him (GOOGLE PLAY BOOK)
General FictionSekuel Love Is Simple Steven iri pada Jhon yang mempunyai istri dan anak banyak. Dia ingin merasakannya juga. Ketika Steven bertemu gadis cantik berhijab bernama Essa Stefani seorang bidan. Jantungnya berdebar-debar. Inikah sebuah harapan untuk diri...