Pt. 9 Lakuna

9.8K 1.5K 94
                                    

Seperti malam Natal pada umumnya, sukacita terasa sampai kesudut-sudut tiap kota.

Lampu berwarna-warni dipasang melintang sepanjang jalanan utama, salju-salju  menutupi trotoar dan atap-atap rumah, serta pasangan kekasih saling bergandeng tangan di sepanjang jalan depan pertokoan.

Salju turun cukup lebat kemarin dan menggumpal di tepian jalan setelah dikeruk oleh mobil snowplower. Aspal jalan tampak basah, dan gelap, dan di sana-sini ada lapisan es yang tertinggal. Di sekelilingnya, salju mulai mencair, kuning dan kecokelatan bercampur dengan tanah.

Jungkook berhenti di ujung jalan dan melanjutkan langkah melewati orang-orang yang sedang menunggu bus umum, yang duduk berhimpitan di kursi panjang di bawah atap halte. Mereka mengenakan jaket tebal dan sepatu boot. Pelindung telinga dan syal. Topi dan sarung tangan.

Jungkook membawa langkahnya memasuki salah satu toko pernak-pernik. Memilih beberapa hadiah kecil, yang kemudian di bungkus dengan kertas kado bermotif ceria.

Seperti dua hari yang lalu, hari ini Jungkook merasa dirinya sangat baik. Sangat baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dia khawatirkan.

Pemuda itu menenggelamkan tangan pada kantong mantelnya, mengelus kotak kecil berwarna hitam selembut beludu yang dibelinya tempo hari, dan yang tidak pernah ia keluarkan dari kantong mantelnya.

"Agashi, apa yang kau inginkan sebagai hadiah Natalmu?" Kata Jungkook pada pelayan yang sedang membungkus hadiah pesanannya.

Pelayan itu nampak ragu, tapi kemudian menjawab dengan kikuk, "Libur, dan mengunjungi orangtuaku di Ilsan."

Jungkook mengangguk-angguk mengerti.

"Terima kasih," kata Jungkook, saat pelayan itu memberikan kantong belanjaannya.

"Ah, satu lagi kau harus mengunjungi orangtuamu besok pagi," tambah Jungkook kemudian keluar dari toko pernak-pernik itu.

Jungkook merasa Natalnya kali ini sangat mengagumkan, sampai-sampai dia merasa langkahnya terasa ringan saat menapaki trotoar yang tertutupi salju dan pemuda itu tidak ada henti-henti menarik sudut bibirnya.

Jungkook berjalan menuju ke sebuah rumah yang cat pagarnya sudah mengelupas dengan dua lampu taman yang berdiri kokoh di sisi kanan kirinya.

Jungkook menghembuskan napasnya dengan teratur ketika sampai di depan pagar bercat merah bata itu. Dia menekan bel yang berada di samping pagar. Tapi, tidak mendapat jawaban.

Satu menit. Dua menit. Jungkook masih menunggu.

Hingga dengan tidak sabaran Jungkook menekan bel itu sekali lagi.

Kenapa lama sekali? Aku tidak mau membeku di luar, Batin Jungkook.

Tepat ketika Jungkook akan bertindak lancang membuka paksa pagar itu, seseorang lebih dulu membuka pagar dari dalam.

"Kenapa lama sekali?" Kata Jungkook pada Saera yang sekarang berdiri di depannya.

"Sudah berapa kali kukatakan kau bisa langsung masuk ke dalam rumah," kata Saera.

"Jadi, sudah siap?" kata Jungkook lagi, mengalihkan pembicaraan.

"Sebentar," sahut Saera kemudian melesat masuk kedalam rumah, dan tidak terlalu lama gadis itu keluar lagi.

Jungkook mengulurkan tangannya yang kosong ke arah Saera. Gadis itu menerimanya dengan senang hati.

Mereka berjalan berdampingan dengan Jungkook yang terus menggenggam tangan Saera layaknya seorang kekasih, menyusuri trotoar yang ramai di depan pertokoan.

[AKAN DIREVISI] CIGARETTES • JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang