Jungkook duduk bersandar pada dinding di beranda rumah Hoseok, melipat kakinya dan memejamkan mata. Malam ini dia, dan adiknya, dan Juga Lee Saera akan menginap di rumah keluarga Jung.
Jungkook merasakan dingin menembus kulitnya tapi, dia tidak lebih peduli. Pikirannya melayang pada hal-hal yang berada di luar kemampuannya.
Jungkook merasa bibirnya kering, mulutnya terasa kecut, pikirannya sedang memusuhinya.
Dia mengeratkan mantel lalu mengeluarkan sebungkus kotak rokok dari dalam kantong celananyan dan menyulutnya.
Jarinya bergetar, tidak yakin dengan apa yang dilakukannya. Ia teringat dengan apa yang dikatakan adiknya saat salju pertama turun dan juga bahagia yang diinginkan Saera sebagai hadiah Natal.
Napasnya memburu, asap putih melenggang keluar dari hidungnya. Jungkook terdiam. Pemuda itu menghisap rokoknya, terus merokok hingga batang rokoknya hanya tersisa seukuran setengah telunjuknya.
Jungkook menghisap batang rokoknya dengan cepat, terbatuk, dan menghisapnya lagi.
Jarinya masih gemetar. Batang rokok yang dipegangnya bergerak naik turun dengan ritme yang mengerikan. Ia dapat mendengar suara pintu berderit yang dibuka dari dalam dan langkah kaki mendekat tapi Jungkook tidak menghiraukan. Dia menghisap batang rokoknya lagi, lalu melemparnya sembarang ke arah gumpalan salju di depannya.
"Kau tahu rumah ini bebas asap rokok," kata Hoseok, mengambil tempat duduk di sebelah Jungkook.
"Di luar kepalaku," sahut Jungkook.
Hoseok sempat melihat jari Jungkook bergetar saat memegang batang rokok tadi, merasa aneh dengan tingkah sahabatnya itu, mau tidak mau Hoseok memberanikan diri membuka suara lagi, "Ada masalah, bung?"
"Kau bertanya seperti baru mengenalku," kata Jungkook.
Hoseok tertawa mendengar jawaban sahabatnya itu. "Jadi?"
"Kau lihat buku oranye milik Seungyeol tadi?" Jungkook menyandarkan kepalanya pada dinding di belakangnya.
Hoseok menganggukkan kepalanya mantap sebagai jawaban.
"Itu milikku, aku yang memberikannya kepada Seungyeol. Aku tidak tahu kalau dia akan memberikannya kepada Yerim," aku Jungkook.
"Heh." Hoseok membulatkan matanya, napasnya nyaris tercekat mendengar yang dikatakan sahabatnya. "Maksudmu... Tidak, tidak." Hoseok mengibas-ibaskan tangannya di udara, masih tidak mengerti dengan yang dikatakan sahabatnya. "Jadi, itu milikmu... Daftar itu kau yang menulisnya?"
Jungkook mengangguk samar. Jari-jarinya kembali bergetar, bukan karena dinginnya udara. Tapi, tiba-tiba Jungkook merasa khawatir dengan keadaanya. "Aku tidak yakin, aku bisa melakukan hal-hal itu," kata Jungkook lirih.
Hoseok tersenyum miring mendengar jawaban Jungkook. Tidak percaya, bahwa sahabatnya si culas, sekarang kehilangan kepercayaan dirinya.
"Aku menolak, ah, bahkan adikku tahu persis apa yang harus ia lakukan," ujar Hoseok, lagi pemuda itu tersenyum miring, bukan meremehkan. Hanya saja dia tidak menyangka Jungkook akan bertingkah seperti pecundang. Hoseok menghembuskan napasnya kasar, kemudian melanjutkan. "Baiklah, aku melarang Seungyeol melakukan hal itu untukmu, laku-"
KAMU SEDANG MEMBACA
[AKAN DIREVISI] CIGARETTES • JJK
Fanfiction[completed] Jeon Jungkook perokok berat yang harus hidup dengan mewarisi penyakit keturunan. Tidak ada yang menarik di hidupnya. Gelap. Tidak, nihil. Kosong. Ia hanya tinggal bersama adiknya Jeon Yerim, yang bercita-cita ingin seperti Pablo Picasso...