"Yerim-ah, bisa cepat tidak atau kau akan terlambat."
"Oppa, aku lupa meletakan buku gambarku di mana," teriak adiknya dari dalam rumah.
Jungkook berjalan kesana-kemari di teras rumah menunggu adiknya yang sedang menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Sudah hampir lima belas menit Jungkook menunggui adiknya. Tapi, Yerim tidak kunjung keluar.
Jungkook melirik benda yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia sudah tidak tahan lagi, Jungkook masuk kedalam rumah dan menghampiri adiknya.
"Semalam kau melupakan tempat pensilmu dan pagi ini kau melupakan buku gambarmu, aish," kata Jungkook saat sudah berada di hadapan adiknya. "Ini." Jungkook mengambil sebuah buku yang terselip di bawah bantal. "Kau meletakannya di bawah bantal, dan kau melupakannya. Dasar ceroboh."
"Aku tidak melihatnya." Yerim mengambil dengan cepat buku yang berada di tangan kakaknya lalu memasukannya ke dalam tas.
"Sudah cepatlah, kau bisa terlambat."
Jungkook berjalan keluar dari kamar adiknya, dan adiknya mengekor di belakang.
Sepanjang perjalanan ke sekolah mengantar adiknya Jungkook hanya diam, meninggalkan Yerim berjalan di belakangnya. Sesekali ia memperlambat langkah agar Yerim bisa menyusul langkahnya. Tapi, di belakang, adiknya memilih berjalan mengekorinya dengan menundukan kepala.
Mereka terus berjalan melewati deretan toko-toko. Dan Jungkook memperlambat langkahnya, sangat lambat saat ia melewati sebuah toko roti, hanya untuk menghirup aroma roti yang baru saja diangkat dari oven.
Saat akan menyeberangi jalan Jungkook menghentikan langkahnya. Melihat ke sisi kanan dan kiri memastikan tidak ada kendaraan yang melintas dan di belakangnya, adiknya memanggil.
"Oppa."
Jungkook memutar tubuh menghadap adiknya. Dari tempatnya hanya berjarak tiga langkah, adiknya mengulurkan tangan ke arah Jungkook.
"Kau tidak ingin menggandengku."
Adiknya menundukan wajah saat mengatakan kata-kata itu. Ia melangkah menghampiri adiknya dan meraih tangan adiknya. Menggenggam erat dan mereka menyeberangi jalan bersama.
Yerim membuka suara, "Oppa, sebenarnya kau tidak perlu mengantarku setiap hari, aku bisa naik bus sekolah."
"Ah, jadi kau lebih memilih bus daripada oppa yang mengantarmu."
"Aniya," protes Yerim cepat. "Setelah mengantarku kau harus bekerja. Setelah bekerja kau akan pergi menjemputku, oppa pasti sangat lelah."
"Baiklah. Oppa akan berhenti mengantarmu," kata Jungkook seraya menganggukkan kepala. "Menjemputmu, bekerja." Jungkook menghentikan ucapannya, memandang adiknya yang sedang menatap ke arahnya. "Menyiapkan makanan, bercerita, menc—"
"Tidak boleh," potong Yerim.
"Jadi kau masih ingin naik bus?"
Yerim menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AKAN DIREVISI] CIGARETTES • JJK
Fanfic[completed] Jeon Jungkook perokok berat yang harus hidup dengan mewarisi penyakit keturunan. Tidak ada yang menarik di hidupnya. Gelap. Tidak, nihil. Kosong. Ia hanya tinggal bersama adiknya Jeon Yerim, yang bercita-cita ingin seperti Pablo Picasso...