Chapter 1 : Ultimate Sage dari Celah Dimensi

121 15 23
                                    

Chapter 1

Magiral sejak dulu dikenal sebagai kota sihir terbesar di benua datar Assiagland. 90% penduduknya adalah penyihir yang di sebut Maggi. Benua datar assiagland telah dikuasai sepenuhnya oleh ras high human. Semua itu berkat perjuangan dari 7 order ras human yang mampu mengusir seluruh ras lain dari benua assiagland ke benua gelap di bawah tanah, Underland. Para pemimpin dari Seven Order yang dikenal sebagai Seven Lord diakui sebagai pahlawan perang.

100 tahun kemudian tiba-tiba sesosok cahaya terang berwarna-warni muncul di puncak menara Katedral yang merupakan symbol persatuan dari seven order. Dari cahaya penuh warna pelangi itu muncul suara menggema keseluruh benua datar Assiagland.

"Wahai para manusia naif, para manusia yang telah menghancurkan keseimbangan alam, para manusia yang tidak mau hidup berdampingan! Akan datang malapetaka kepada kalian akibat ulah dari keserakahan masa lalu".

Semua orang kebingungan dan tidak percaya mendengar suara itu akan tetapi terus memperhatikan apa yang terjadi. Namun mereka semua yakin kalau itu adalah suara dari sang Ultimate Sage yang telah hidup ribuan tahun di celah dimensi.

"7 raja iblis telah berhasil menundukan semua ras terusir, sebagai gantinya Bangsa iblis akan membantu ras terusir untuk merebut kembali tanah perjanjian."

Terdiam cukup lama sang Ultimate Sage melanjutkan syairnya.

"Dulu aku adalah manusia, sekarang aku hanya sebagian manusia. Demi sebagian manusia dalam diriku telah kuturunkan kitab sihir yang ditulis dengan tanganku sendiri. Manusia yang menemukan dan mempelajari kitab itu akan mewarisi kekuatanku."

Kata-kata di atas berjalan perlahan dari atas kebawah dengan gaya tulisan eropa kuno, setelah semuanya habis dibaca tiba-tiba muncul sebuah tanda [[Press Start]].

"Kitab sang Ultimate Sage itu benar-benar ada?"
"Hei Mana! jadi kau masih memainkan benda kuno itu?"

Rukmana menjawab dengan acuh pertanyaan itu sambil mengklik pilihan [[ Load game ]] di atas tombol [[New game]]. Karena merasa diacuhkan, Gadis itu terpaksa mengalihkan topik.

"Menurutku kitab itu sama sekali tidak ada, meskipun itu dijelaskan di game MAO tapi tidak ada bukti kalau ide itu juga dipakai di MAOU?"

Karena akhirnya temannya itu membuka topik yang menarik baginya, Mana terpaksa buka mulut.

"Senja, Kau tau kan? Game Magic art of urban ceritanya sepenuhnya diangkat dari game lawas Magic Art online. Itu artinya kitab itu sudah pasti ada di dunia ini!" Jelas Mana tanpa memalingkan tatapannya dari layar psp.

"Sebaliknya, tidak ada yang mengatakan kalau itu sudah pasti, karena MAOU juga memiliki banyak perbedaan dari Mao." Balas Senja tak mau kalah.

"Meski begitu, ada isu yang pernah mengatakan kalau buku itu pernah ditemukan." Rukmana yang tak mau kalah berdebat mengabaikan layar sejenak dan menatap balik Senja. Namun pupil Senja juga menyala merah tak mau kalah.

"Itu sudah lama sekali, dan tidak ada bukti nyata kalau itu pernah ditemukan, jangan membuang waktu-mu untuk hal tidak berguna semacam itu."

"......."

Diceramahi seperti itu membuat Rukmana sedikit merengut, jadi dia menatap balik layar PSP dikedua genggamannya. Seorang yang sedari tadi diam berbaring dikasur paling atas tiba-tiba meloncat ke lantai dengan riang, Rukmana yang sedang bermain PSP berada dipaling bawah karena dia takut ketinggian. Kemudian sambil memutar sebuah staff aneh ditangannya, gadis tadi ikut menyambung percakapan yang sempat terhenti.

"Kalau kitab itu ada, aku harus mendapatkannya kukuku."

Meski tawa gadis itu terdengar jahat bagai nek lampir, dia sebenarnya adalah ketua party alias pemimpin kelompok ini, Raisa Vindaria. Ngomong-ngomong, karena hanya bisa mengontrak rumah yang tidak terlalu besar jadi para gadis kota ini terpaksa harus berbagi kamar. Tidak ada yang bisa diharapkan dari sebuah desa yang jauh dari kota.

Magic Art of Urban [MAoU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang