Chapter 4 : INN De Kos

48 8 3
                                    


Kami sudah sampai didepan sebuah rumah yang terbuat dari batu (semen) sebagai dinding dengan besi sebagai atap (seng), rumah ini 3 kali lebih besar daripada rumah kami di gunung. Lalu didepan rumah itu terdapat sebuah papan bertuliskan.

"Rumah kontrakan khusus putri".

Aku bersyukur diajarkan membaca, menulis dan berhitung oleh kakek jadi aku bisa mengerti apa yang tertulis disana. Selain itu ada juga tulisan (INN) di atas pintu.

"Benar, ini kos khusus putri jadi kau tidak bisa datang sembarangan kesini!"

"Jangan khawatir."

Mana memperingatkan kalau itu bahaya bagi nyawaku jadi aku hanya mengangguk dalam kebingungan, kemudian Mana segera mengetuk pintu lalu dia membuka pintu dan masuk kedalam.

"Aku pulang..."

"Selamat datang."

Dari dalam ruangan ada bunyi suara halus yang mirip dengan Mana, dia pasti seorang wanita juga. Saat aku masuk, aku melihat 3 orang gadis sedang duduk dikursi bantal (sofa).

Pakaian mereka semua berumbai-rumbai dan sangat cerah, bahkan ada yang memakai celana pendek (Note : rok mini, Author : maaf main character kita terlalu polos untuk memahami hal semacam ini). Aku tidak tau apa aku juga boleh masuk jadi aku hanya berdiri dibelakang pintu.

"Ayo masuk."

"Ya..."

Saat aku masuk ketiga gadis itu segera berdiri dan menyapa, kupikir itu sangat sopan. Apa semua penyihir itu seperti ini, kakek bilang mereka semua adalah bangsawan terhormat kecuali orang yang telah membunuh orangtuaku.

"Mana pakaianmu berantakan sekali!?"

"Yah...ini semua ulah serigala itu."

"Apa pria tampan ini yang menolongmu?"

"Ketua apa maksud... cih...bisa dibilang begitu."

Mana kelihatan ingin menyangkal tapi akhirnya dia menelan ludahnya.

"Jadi kau kak Mana yang hebat itu, perkenalkan namaku Ayu Ningsih."

"Kau pasti si calon Cleric kami, namaku Rukmana salam kenal."

Setelah sambutan singkat itu aku dipersilahkan duduk sebagai seorang tamu dan Mana masuk kedalam kamar untuk mengganti bajunya.

"Jadi siapa namamu?"

Gadis dengan pupil berwarna hijau daun memulai pembicaraan, kalau tidak salah Mana memanggilnya ketua.

"Namaku Cendikia Kelana, panggil saja aku Ken, ketua?"

"Oh maaf, aku belum memperkenalkan diri, namaku bukan ketua tapi Raisa.... Raisa Vindaria. Gadis bermata merah seperti iblis itu Ulivia Putri Senja, selama kau tidak membuatnya marah kau tidak perlu khawatir lalu gadis yang sangat cantik ini adalah anak kepala desa..."

"Ayu Ningsih, salam kenal."

"Hai salam kenal."

Perkenalan itu berjalan dengan baik tidak seperti yang kuduga, mereka semua adalah wanita yang sangat ramah lalu tak lama kemudian Mana muncul dari balik tirai kamarnya.

Kali ini Ia muncul dengan baju tipis dan celana panjang (piyama).

"Maaf tapi aku sangat lelah dan aku harus tidur dulu untuk memulihkan semua statusku."

"Tapi kau bilang mau menemaniku keliling desa?"

Mana tampak lupa dengan janjinya tapi saat aku ingin mengeluh ternyata ada suara yang bisa menenangkanku.

Magic Art of Urban [MAoU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang