This Is How It Ended

244K 9.2K 517
                                    

Winnie's POV

Kabar burung sepertinya terdengar sangat cepat. Kabar tentang aku dan Harris pacaran sudah menyebar luas keseluruh antero sekolah. Kok bisa? Jelas, Harris.

Harris. Laki-laki nomor 1 di sekolah karena sikapnya yang selengek-an dan juga karena wajahnya yang (katanya) ganteng. Desas desusnya sih, Harris ini seorang playboy. Dia juga suka ngelakuin ha-hal aneh dan kadang nggak waras. Harris hobinya itu cabut pelajaran atau sekalian cabut sekolah. Tapi nggak semua yang dilakuin Harris itu nggak waras, ya. Pernah beberapa hari yang lalu, Harris kabur dari rumah. Semua juga karena ada masalah di keluarganya, bukan emang Harris yang nggak waras main keluar-masuk rumah seenaknya.

Dan aku, perempuan yang bisa dibilang biasa-biasa aja, nggak populer, nggak berani ngelakuin hal-hal yang aneh, dan hidupnya flat gitu-gitu aja, sekarang jadi pacarnya Harris.

Kenapa bisa?

Semua berawal dari tawaran Harris yang gila. Sangat gila malah.

Kita buat sebuah perjanjian yang mungkin terdengar sedikit gila. Siapa yang jatuh cinta duluan, kalah. Dan yang kalah, harus nurutin satu permintaan yang menang.

Padahal poisinya disitu aku dan Harris sama sekali belum kenal. Bahkan Harris sepertinya nggak pernah liat mukaku selama 1 tahun lebih sekolah disini. Yah derita anak nggak populer dan nggak cantik.

Dan disinilah aku, duduk berdua bersama Harris yang daritadi lagi sarapan nasi goreng dengan lahapnya.

"Kamu kenapa sih daritadi ngeliatin aku mulu? Yaa, aku tau aku ganteng. Mau foto sekalian nih, biar bisa ngeliatin lebih lama?"

Harris menatapku sambil senyum-senyum, dan menyuap nasi gorengnya lagi.

Aku hanya menggeleng sambil memberi senyum simpul. "Pede banget sih, hobi kamu ya?"

"Hehe, pede itu gapapa, harus malah" jawab Harris sambil nyengir lebar. "Kamu mau? Aaaaa" Harris menyuapkan nasi gorengnya kepadaku sambil membuka mulutnya.

Aku menggeleng dengan cepat, "Nggak, aku gak mau. Udah kenyang duluan ngeliatin kamu makan lahap banget"

Harris menyengir lalu mengerahkan jari telunjuknya kepadaku, "Tuuhkaann, kamu jujur kalo tadi kamu ngeliatin aku. Saking gantengnya yaa?"

Aku hanya bisa pura-pura membuang muka, menahan ingin tertawa. Harris memang selalu seperti itu. Antara membuatku ingin tertawa atau ingin muntah.

"Bel lima menit lagi, abis ini aku ulangan fisika, mau belajar sebentar. Aku ke kelas duluan yaa?" kataku meminta izin.

Harris mengerutkan bibirnya, cemberut seperti anak kecil. "Yaah.. Sendirian dooongg?" katanya sambil memasang tampang melas.

Entah sejak kapan Harris berubah menjadi manja seperti ini. Yang kutahu, Harris begitu cuek dan ogah-ogahan pada siapapun. Bahkan pada ketiga sahabatnya Harris terkadang masing menampangkan sifat cueknya. Tapi kenapa hanya didepanku ia berlagak seperti ini?

"Aaaah.. Loverbirds emang bikin envy yaaaa..!"

Aku dan Harris menoleh kearah sumber suara. Andre dan Dimas sedang berjalan kearah kami. Mereka menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menyengir lebar.

"Kok ceweknya gak dikasih makan, Ris? Gimana Winnie mau gemuk coba, ternyata cowoknya gak ngasih makan" ledek Andre.

"Pergi deh lo berdua, bacot banget. Jadi gak napsu makan gue" balas Harris. Sedetik kemudian Harris bangkit dan menarik tanganku dengan lembut, "Ayo, kita ke kelas aja. Kamu mau belajar fisika kan?"

Aku hanya mengangguk mengiyakan. Aku melirik kearah piring nasi goreng Harris, yang untungnya memang sudah habis.

"Yaelaah.. Baperan amat bos" kata Dimas.

30 Days With The Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang