6.Titan's New Family

1.3K 65 0
                                    

   Titan melangkah santai memasuki ruang tamu rumahnya,disana di shofa ruang tamu seorang pria bule paruh baya tengah duduk membaca koran.
   "Titania Johnson!duduk disini!".
Titan hanya mendesah pelah lalu memutar langkah mendekati ayahnya.
   "Nanti malam kita akan bertemu dengan calon mama barumu di restaurant Prancis dekat Royale hotel,ayah mau kau datang kesana tepat waktu"ucap ayah tegas.
   Titan hanya menatap ayahnya datar dan melangkah meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya di lantai 3.
   Pria bule itu tersenyum samar di belakang punggung Titan yg melangkah meninggalkannya.
  
   Titan membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk lalu membuka lemari pakaian,mencari pakaian ganti.
   Setelah mengganti seragam sekolahnya dengan kaos putih tulang dan celana boxer diatas lutut,Titan duduk di depan meja televisi dan meraih play station.
   "Lu gak ada kegiatan siang ini?".
Titan hanya diam,tanpa menoleh dia sudah tau siapa orang yg seringkali memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu lebih dahulu,Zhou.
   "Gua bosen di rumah...mau ngajakin Sandra jalan motor gua masuk bengkel...gua boleh pinjem motor elu Tan?".
   "Kuncinya diatas meja"ucap Titan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi.
   "Thanks...lu emang sahabat terbaik gua".

                                     **********

   Titan merapikan jas hitam yg dikenakannya lalu melangkah santai memasuki restaurant yg dimaksud ayahnya tadi siang.
   "Sudah pesan ruangan tuan?".
Restaurant Prancis ini memang menyediakan konsep ruangan-ruangan untuk para tamu,memberikan privacy bagi para tamunya.
   "Sudah...atas nama Alexander Johnson".
Pelayan wanita itu membolak-balik buku kecil di tangannya lalu tersenyum tipis.
   "Ruang no. 113 di lantai 2 tuan...silakan".
Pelayan restaurant itu melangkah lebih dulu menuju lift diikuti Titan di belakangnya,lalu keluar di lantai 2 dan melangkah melewati koridor dan berhenti di pintu ruangan dengan no. 113.

   Titan memutar handle pintu dan melangkah masuk lalu duduk di salah satu-satunya kursi yg tersisa,sementara 3 kursi lain telah diisi oleh ayahnya dan 2 orang wanita.
   "Kau terlambat 35 menit,nak"ucap ayah tegas.
Titan hanya menatapnya dingin dan mengalihkan pandangannya ke atas meja yg telah tersedia berbagai jenis makan pembuka dan utama.
   "Baiklah.Ini calon mamamu Delilah dan ini putrinya Tiara yg akan menjadi adikmu"ucap ayah bijak.
   Titan mengangkat pandangannya malas dan menatap 2 orang cewek berbeda umur di hadapannya bergantiaan.
   Cewek yg muda sudah sangat familiar baginya,cewek yg sering dilihatnya bersama Adelia Miska.
   "Ini putraku,Titania Johnson"lanjut ayah.
"Aku sudah mengenal kak Titan,yah...kami satu sekolah"ucap Tiara bersemangat.

   Titan menatap Tiara tajam,seenaknya saja cewek itu memanggil pria yg merupakan ayah kandungnya dengan sebutan ayah?dia kira dia siapa?
   Tiara yg menyadari tatapan menusuk Titan padanya menunduk takut.
   "Ayah yg menyuruhnya Titan...lagipula 2 minggu lagi kita berempat akan menjadi satu keluarga,tak ada salahnya jika Tiara mulai membiasakan diri memanggilku dengan sebutan ayah.Sebaiknya kau pun juga memanggil Delilah dengan sebutan mama mulai sekarang"ucap ayah lembut.
   Titan terdiam,pria yg duduk di hadapannya saat ini seperti bukanlah pria yg dikenalinya sebagai ayahnya selama belasan tahun,pria yg tidak pernah tersenyum apalagi berkata lembut padanya,Tan juga bunda.
   Tapi malam ini pria itu berkata lembut padanya membela cewek yg bukan siapa-siapa,Titan pun sempat melihat pria itu tersenyum walaupun samar saat menyebut nama Delilah.

   "Gua gak akan pernah panggil cewek itu dengan sebutan mama apalagi mengakuinya sebagai pengganti bunda"ucap Titan datar,wajahnya dingin tanpa ekspresi.
   Setelah mengucapkannya Titan berdiri dan merapikan jas yg dikenakannya lalu melangkah pergi tanpa mempedulikan ayahnya yg berteriak memanggil namanya.

                               **********

   Titan melangkah cepat menuju alphard hitam metalicnya dan masuk ke dalam bangku kemudi kemudian menyandarkan punggungnya seraya memejamkan kedua matanya,berusaha menetralisir nafasnya yg naik-turun tak beraturan.
   "Tok...tok...tok...".
Suara ketukan di jendela sebelahnya,membuat Titan menurunkan kaca jendela mobilnya dengan emosi yg sudah hampir mencapai batasnya.
   Kemarahannya menguap melihat siapa pelaku yg baru saja mengganggu ketenangan yg sedang ingin didapatkannya.
   Seorang cewek dengan dress selutut motif bunga.
"Ada perlu apa?"tanya Titan malas.
   "Lu kenapa?gak biasanya gua liat muka lu sekusut ini"cewek itu balik bertanya.
   "Bukan urusan lu neng"jawab Titan datar.
Cewek itu hanya tertawa pelan.
   "Masuk...gua mau pergi"ucap Titan datar.
Cewek itu hanya diam tak bergerak dengan kening berkerut.
   "Gua mau pergi...kalau lu mau ikut cepet masuk!kalau gak mending lu cepet minggir"ucap Titan tegas.
   Walaupun tampak masih bingung cewek dengan dress selutut motif bunga itu menurut dan melangkah memutar lalu membuka pintu penumpang sebelah kemudi dan masuk.
   Seakan mengerti keadaan Titan,cewek itu memasang seatbelt tanpa menunggu perintah lagi.
   "Kita mau kemana?"tanyanya seraya menoleh pada Titan yg menyalakan mesin.
   "Kita...?"ulang Titan sarkatik.
"Oke.Lu mau pergi kemana?atau lebih tepatnya lu mau bawa gua kemana?".
   "Tempat favorit gua...lu masih inget kan Miska?".

                                      *********

   Titan terdiam menatap langit berbintang di atas,pikirannya kembali pada kejadian di restaurant beberapa jam lalu.
   Hatinya seakan terus berontak dan berteriak pada dirinya,meminta agar dirinya menggagalkan rencana ayahnya.
   Entah kenapa,firasatnya merasakan sesuatu yg tidak beres dari Delilah.

   Titan memiringkan wajahnya ke arah Miska yg juga berbaring beralaskan rumput di sebelahnya.
   Sepasang matanya menatap Miska tajam sebelum kemudian kedua belah bibirnya terangkat membentuk seulas senyum tulus,bukan senyum pahit atau senyum terpaksa yg selama ini ditunjukkannya.
   "Makasih...lu udah mau nemenin gua"bisik Titan tulus,senyumnya semakin lebar.
   "Aduhh..."Titan meringis,dia lupa bibirnya sobek karena kejadian di sekolah tadi pagi.
   Miska yg semula terpejam terbangun dengan kening berkerut.
   "Lu kenapa?"tanya Miska khawatir.
"Gak..."Titan memalingkan wajahnya sementara tangannya menutupi bibirnya yg terasa perih.
   "Biar gua liat luka lu"Miska memegang tangan Titan yg menutupi bibirnya dan menyingkirkannya.
   "Bibir lu sobek...berdarah.Gua obatin yah"Miska bergerak hendak berdiri tapi dicegah oleh Titan.
   "Gak usah.Tadi siang udah dibersihin bi'Arum kok"ucap Titan.
   "Gua bukan mau bersihin Titania Johnson...gua mau ngobatin"Miska tetap bersikeras.
   "Gak usah Adelia Miska...biar pulang ini gua suruh bi ' Arum obatin gua"tolak Titan tegas.
   "Oke...kalau lu gak mau gua obatin muka lu...biarin gua liat semua luka di badan lu"Miska tetap tak menyerah.
   Titan terdiam kaget mendengar ucapan Miska.
"Maaf...gua gak bermaksud...lupain aja omongan gua tadi"Miska yg menyadari dirinya kelepasan bicara memalingkan wajahnya yg memerah.
   Titan masih terdiam tanpa ekspresi.
"Maaf..."ucap Miska lagi.
   Titan memalingkan wajahnya,menatap keatas langit cerah berbintang.
   "Makasih..."ucap Titan datar tapi terdengar tulus.
Miska memiribgkan wajahnya,menatap Titan yg terpejam disampingnya,sebuah senyuman terukir di wajahnya.
   "Gua ingetin lagi...gua harap lu gak mencintai gua"ucap Titan dingin.
   Miska memalingkan wajahnya yg kembali memerah.

Sorry I Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang