Suasana bandara pagi masih belum terlalu ramai, tapi tidak bisa dibilang sepi juga. Aku sangat menyukai suasana bandara, entahlah ada banyak perasaan yang terkadang kita bisa temukan di bandara. Kadang sedih bisa melihat ada perpisahan sepasang suami istri yang mengantar kepergian suaminya bertugas, dan ada pula perasaan bahagia ketika orang yang kita sayangi dating dan berkumpul kembali dengan kita. Untuk saat ini, aku mungkin adalah salah satu dari orang yang sedang mengalami perasaan sedih karena akan berpisah dengan salah satu orang yang aku sayangi.
Ya pagi ini, aku, Biyan, Lila, dan Kay berkumpul di bandara untuk mengantarkan kepergian shandy ke Belanda. Untungnya hari ini adalah hari sabtu jadi kami tidak perlu buru buru waktu untuk pergi ke kantor. dank arena ini adalah weekend, semalam Lila menginap di kost aku agar tidak merepotkan Kay yang menjemput kita di kostku. Lila sendiri akan berangkat minggu depan. Makanya kita menghabiskan sisa waktu yang tersisa ini dengan Lila aku paksa menginap di kostanku sampe hari keberangkatannya dia. Sayang biyan gak bisa ikutan dengan kita, tapi kita sih memakluminya secara biyan sekarang kan gak sebebas dulu lagi. Rencananya juga sih Kay bakal ikutan nginap juga di kosan ku.
Kalau mengingat nginap nginap bareng ini, rasanya mengembalikan memori2 aku ke masa masa saat kami masih sekolah dulu. Dimana kalau hari sabtu kami berlima akan menginap di rumah salah satu dari kami. Ngobrol dan bercanda sampai pagi. Walaupun rutinitas itu akhirnya jarang kami lakukan ketika kami kuliah dan akhirnya mempunyai pekerjaan masing2.
Kami berempat mengantar shandy sampe pintu keberangkatan luar negeri, gak usah ditanya deh, kita berlima dari tadi udah jadi tontonan orang orang disini karena tingkah laku aku dan Lila yang gak bisa berenti nangis sesengukan karena bakal ditinggal shandy, Biyan masih bisa mengontrol emosinya, tapi begitu dia tetap gak nahan buat ngeluarin air mata, kalo Kay mungkin karena dia itu cowok jadi malu kan kalo nangis disini, bisa bisa hancur reputasi dia, tapi aku bisa ekspresi yang sangat sedih dari raut wajahnya dia. Aku tahu sekali shandy dan Kay bagaimana, walaupun karakter mereka bisa dibilang sangat bertolak belakang, tapi hubungan mereka sangat erat, layakya 2 orang saudara.
“kalian berdua itu udah donk nangisnya, gak usah segitunya deh, gimana gue bisa pergi dengan tenang kalau kalian nangisnya kek gini, gue udah kayak laki laki yang ninggalin 2 istrinya deh” canda shandy ketika akan masuk ke pintu keberangkatan.
“ iya.,,gak malu apa diliatin orang dari tadi” tambah Kay kali ini.
“gue gak peduli !” kata Lila
Kay hanya geleng geleng liat tingkah kami berdua. Kami berlima akhirnya berpelukan layaknya teletubbies saja, disaat itu aku benar benar tidak bisa berhneti menahan air mataku, rasanya sesak banget. Semua kenangan selama hampir 7 tahun persahabatan kami rasanya seperti terulang kembali, saat dimana kami pertama kali bertemu dan sekarang hari ini, kami harus berpisah, atau lebih tepatnya salah satu dari kami akan pergi hari ini dan minggu depan satunya lagi kita akan berpisah lagi.
Sepulang mengantar shandy, aku, lila dan Kay yang semobil langsung meninggalkan bandara, biyan berpisah dengan kami karena dia tadi ke bandara di antar dengan sopir pribadinya.
“cari sarapan dulu yuk ?” Kay memecah keheningan diantara kami bertiga. Mungkin dia kagok sendiri melihat aku dan Lila yang sedari dari bandara tadi hanya diam saja. Entahlah aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Lila, aku menebaknya mungkin dia sedang memikirkan gimana suasana ketika minggu depan, giliran dia yang meninggalkan kami. Sedang yang ada di pikiranku saat ini adalah mungkin hampir sama dengan apa yang dipikiran Lila, membayangkan seperti apa suasana mengantar dia minggu depan. sementara laki laki disampingku ini yang sedang serius menjelajah jalanan ini, tidak pernah bisa aku tebak pikirannya. Kay selalu bisa mengontrol dirinya, sama dengan shandy. Tapi walaupun begitu, kadang aku berfikir 7 tahun mengenal dia sebagai sahabat, aku lebih sering tidak mengenal dia. Aneh memang, aku menyebutnya sahabat tapi tidak mengenalnya. Hmm tapi bukankah dalam suatu persahabatan yang lebih dari 2 orang selalu ada sub persahabatan lain di dalamnya kan? Dalam hal ini, di persahabatan kami, aku lebih dekat dengan shandy, dan biyan. Kay dekat dengan Lila dan shandy. Jadi aku dan kay memang bisa dibilang tidak terlalu dekat, sedekat aku shandy dan biyan. Dan Kay ke aku tidak sedekat hubungan dia dengan Lila.
“heiii..kok gak ada yang jawab sih? Mau sarapan gak sih? Gue jujur kelaparan nih?” omel Kay ketika aku dan Lila tidak mengubris pertanyaannya tadi.
“iya..iya..gue juga lapar tau! Yaudah kita ke tempat biasa aja deh” jawabku asal.
“gue mau pulang kerumah aja, turunin gue di depan aja, rumah gue kan udah deket” sahut lila pelan. Aku menoleh kebelakang.
“lo ikut kita sarapan dulu yah La, baru kita antar pulang”
Lila menggeleng,” gak usah ra, gue masih kenyang kok” katanya berusaha tersenyum. Aku berusaha memaksanya untuk ikut sarapan bersama kami, tapi Lila bersikeras pulang kerumahnya, setelah menyakinkan aku dan Kay kalau dia baik baik saja.
Dan disinilah aku dan Kay sekarang, di bubur ayam langganan kami. Dulu waktu jaman kami masih sekolah dan kuliah, tiap minggu pagi kami berlima selalu menghabiskan waktu disini. Tapi sayang ketika kami sudah bekerja, rutinitas ini makin jarang kami lakukan lagi karena kesibukan masing masing.
Bubur ayamku sudah hamper habis setengahnya, aku dan Kay sejak datang tadi hanya ngobrol2 pendek dan begitu pesanan kami dating, kita berdua pun larut dalam diam, semabari menghabiskan bubur di depan kami.
“jadi lo apa kabar Ra?” Tanya kay tiba tiba memecah diam diantara kami
Aku mengangkat wajahku melihatnya dengan ekspresi kebingungan dengan pertanyaannya.
“maksud gue, lo masih komsumsi obat tidur itu gak?”
Ah shit, Kay mengangkat topic itu lagi, setelah aku berusaha menghindari topic ini, seminggu yang lalu pagi setelah kay menemukan obat itu, pagi ketika dia menjemputku, aku berusaha untuk tidak membahasnya, begitu pula dengan kay, aku pikir hari itu dia akan mencecarku dengan pertanyaan tentang itu, tapi ternyata tidak.
“udah nggak lagi kok” jawabku sedikit berbohong. Memang nggak lagi hanya sesekali saja, walaupun imsonia aku masih sering datang, tapi aku berusaha melawannya, aku tahu kalau aku terus menerus meminum obat, itu hanya akan membuat ketergantungan untukku nanti.
“beneran?” Tanya Kay dengan sedikit selidik
Aku mengangguk.
“tapi lo masih sering susah yah tidurnya?”
“yah gitu deh. Masih sesekali saja kok, gak separah kek 2 minggu yang lalu”
Kay mengangguk angguk mendengar penjelasanku, kemudia diam sebentar lalu melanjutkan sarapannya lagi. Aku menghela nafas lega.
“Ra…” panggil kay
”ya..”
Kay memandangiku lama, ingin mengatakan sesuatu tetapi tampaknya dia ragu
“apa Kay?”
“hmm..kalau misalnya lo susah tidur, lo butuh teman ngobrol atau apa, lo hubungin gue yah”
Aku tersenyum mendengarnya. “gue janji deh nggak bakal kayak dulu lagi” katanya berusaha menyakinkanku.
“hahaha..iya iya ntar gue hubungi lo deh, siap siap aja gue bakal gangguin lo tengah malam” jawabku sambil bercanda
“gue serius Ra !”
Aku menghentikan makanku, meletakkan sendokku lalu menatap Kay,” yang bilang lo gak serius siapa emanknya? heh? ” tawaku
Kay ikut tertawa dan mengacak acak rambutku,” sekarang shandy kan udah gak ada, jadi gue pengen gantiin shandy, iya sih gue mungkin gak bakal sama dengan shandy, tapi karena sisa gue cowok satu2nya di antara kita berempat, gue pengen ngelindungin sahabat2 gue aja”
“Lila bakal berangkat minggu depan, jadi lo sisa jagain gue ama biyan dong”
“biyan udah punya suami, dia udah ada yang jagain, jadi sisa lo yang gue jagain”
Aku diam mencerna setiap kata kata Kay.
“thanks yah Kay” hanya itu yang bisa keluar dari bibirku saat itu, sementara di saat yang bersamaan di otakku penuh dengan pertanyaan yang aku sendiri tidak bisa menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST FRIEND
Romancemau tidak mau Kara harus menerima perhatian ekstra dari sahabatnya sendiri Kay. Sesuatu yang menurutnya sangat asing. Walaupun begitu justru perhatian Kay yang akhirnya bisa membuat Kara tenang. Apakah mereka benar-benar hanya seorang sahabat, atauk...