Sepulang dari kantor, aku langsung menuju ke kedai kopi langganan kami. Tadi siang aku menelpon Biyan untuk bergabung bersama aku dan Kay untuk sekedar ngopi atau ngobrol-ngobrol, tapi sayang banget Biyan nggak bisa datang karena dia ada janji untuk check kandungan dia. Yup sahabatku itu, akhirnya hamil juga, kandungannya baru masuk usia sebulan, dan parahnya semenjak hamil muda, dia berubah menjadi manja banget, sampai-sampai suaminya heran sendiri dengan perubahan Biyan yang selama ini mandiri banget.
Begitu tiba di kedai kopinya, aku buru-buru mencari sosok Kay, yang sedari tadi sibuk ngasih kabar kalau dia udah nyampe disini duluan. Kulihat dia mengambil meja di sudut, dia membelakangiku, tapi melihat punggungnya saja, aku sudah bisa menebak kalau itu Kay.
“Sorry banget yah Kay, gue telat..” ujarku begitu aku tiba dan langsung mengambil kursi di depannya. Kay mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk memainkan ipad di tangannya.
“nggak papa kok, Cuma telat 5 jam mah udah biasa…” jawabnya sambil bercanda
“ihh..lebay deh lo, gue Cuma telat 30 menit yah..” belaku. Aku segera memanggil pelayan dan memesan minuman kesukaanku orange juice, aneh yah aku memesan orange juice di kedai kopi ini, tapi itulah aku, kopi nggak cocok buatku, dan lagipula jika sekarang aku memesan kopi yang ada aku semakin tidak bisa tidur nantinya.
“nah..sekarang gue siap ngedengerin cerita lo..” kataku sembari memperbaiki posisi dudukku lalu dengan menopang tanganku di dagu aku mencondongkan tubuhku sedikit kedepan ke arah Kay. Kay yang sedari tadi hanya memandang keluar jendela ketika aku bicara ke pelayan, menoleh ke arahku, lalu tersenyum memamerkan giginya yang rapi itu sambil mengacak-acak rambutku.
Aku mendengus kesal karena ulah Kay, lalu kembali duduk normal sambil merapikan rambutku.
“lo nyuruh gue kesini bukan Cuma untuk mengacak –acak rambut gue doang, kan?”
‘nggaklah…kurang kerjaan banget gue kalo gitu”
“trus apa?”
“gue bilang kangen, kok lo nggak percaya sih?”
Aku mencibir mendengar kalimatnya barusan.
‘yah..gimana gue percaya, kalau tuh kalimat keluar dari mulut gombal lo itu..”
“teteup yah..” katanya
“to the point aja deh..” kataku
“lah tadi gue udah to the point, lo malah nggak percaya ama gue..”
“yaudah…gue balik aja kalau gitu..” ujarku sembari pura-pura beranjak dari kursiku, sebelum Kay menahanku.
“lo kenapa sih? lagi PMS yah..?” tanyanya masih tetap santai tanpa merasa bersalah. Aku mendengus kesal.
“gue capek, mau pulang terus tidur, kalau tau lo ngajakin gue kesini buat hal hal yang nggak penting kayak gini, mending nggak usah datang aja sekalian…”
Kulihat kay membuka salah satu aplikasi di ipadnya, entah mencari apa, kemudian tanpa melihat ke arahku dia berujar dengan sendirinya
“oh..beneran lagi PMS ternyata..”
Ihhh..mendengarnya aku semakin kesal dengannya, aku tahu apa yang dia lihat di aplikasi ipadnya itu. Dan inilah alasan aku sering kesal dengan Kay, yah kalau dia udah kayak gini, bikin aku jadi gondok aja. Kusandarkan punggungku ke sandaran kursi sambil melipat tanganku di dada, dan memasang tampang paling bête.
“udah..gue minta maaf deh kalau becandaan gue kelewatan ke lo” ucapnya kemudian “nggak usah pasang tampang kayak gitu, lo nggak ada cantik-cantiknya sama sekali tau nggak “ katanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST FRIEND
Romancemau tidak mau Kara harus menerima perhatian ekstra dari sahabatnya sendiri Kay. Sesuatu yang menurutnya sangat asing. Walaupun begitu justru perhatian Kay yang akhirnya bisa membuat Kara tenang. Apakah mereka benar-benar hanya seorang sahabat, atauk...