Aku hanya diam ditempatku, ketika mendengar Kay membanting pintu kamarnya dengan keras. Aku masih bingung, kenapa Kay mempermasalahkan kalimatku tadi, padahal aku hanya bercanda mengatakannya. Kutatap mangkuk mie ku, masih ada setengah, tapi aku nafsu makanku langsung hilang gara-gara kejadian barusan. Aku membanting diriku di sofa setelah sebelumnya membawa mangkuk mie ku kembali ke dapur. Ingin kususul Kay ke kamarnya, tapi ku urungkan niat itu. aku tahu Kay masih marah, kalau aku menyusulnya sekarang, yang ada aku hanya akan merusak makin merusak moodnya saja.
Kulirik jam di handphoneku, sudah hampir pukul 12 malam, sudah sejam berlalu, dan sepertinya tidak ada tanda-tanda Kay akan keluar kamar. Apakah dia sudah tidur? Tanyaku dalam hati.
Kumatikan TVnya lalu dengan segenap keberanianku, aku melangkah masuk ke kamar Kay. Lampu kamarnya sudah dipadamkan, yang tersisa hanyalah sedikit cahaya dari luar. Samar-samar kulihat bayangan Kay terbaring di tempat tidurnya. Aku bingung dan heran dengan keberanian diriku sendiri, ini pertama kalinya aku masuk ke kamar seorang pria seorang diri. Walaupun Kay sahabatku dan aku cukup lama mengenalnya, tapi aku tidak masuk ke kamarnya sendiri, biasanya aku akan masuk kesini bersama yang lain. Apalagi mengingat fakta aku berani datang dan menginap disini sendiri. Aku berdiri di samping tempat tidur Kay, sampai Kay berbalik dan kaget melihatku.
"Astaga..Ra..lo hampir bikin gue jantungan tau nggak?" dia bangun dan duduk ke arahku.
"Lo ngapain berdiri disitu? Gue kirain tadi hantu..Lo udah mau tidur yah?"
Aku mengangguk. Kay menepuk kasur kosong disampingnya dan memberiku tanda untuk ke tempat tidur.
Aku masih belum beranjak dari tempatku.
"Kay...maafin gue!" ujarku. Kay beranjak dari tempat duduk dan menuju ke tempatku berdiri.
"Gue yang minta maaf Ra, nggak seharusnya gue tadi marah-marah ke lo.." ujarnya lalu meraih tanganku menarikku ketempat tidur. Aku mengikuti Kay, berbaring di tempat tidurnya dan kemudian dia menyusulku berbaring disampingku. Aku berbalik ke Kay dan wajahku dan dia kini saling berhadapan.
"Kenapa tadi lo marah?"
Kay tidak menjawab, dia hanya memberiku senyuman, sambil tangannya merapikan rambutku yang menutupi mataku.
"Sorry" hanya itu katanya. Kulepaskan tangannya dari wajahku, lama-lama aku merasa aneh dengan diriku sendiri yang merespon perlakuan Kay padaku.
"Gue tidur dulu yah.." kataku seraya berbalik membelakangi Kay, aku tidak bisa tidur berhadapan dengannya, itu hanya membuatku salah tingkah. Kurasakan Kay memelukku dari belakang, erat, sangat erat, seakan dia tidak ingin aku lepas. Dan dagu Kay berada di atas kepalaku. Aku menarik napas panjang. Kututup mataku berusaha untuk melupakan apa yang terjadi malam ini, yang kubutuhkan sekarang hanyalah tidur tenang. Aku tidak ingin bertanya tentang ini ke Kay , itu karena aku tidak ingin mendengar apapun jawaban Kay.
******************************
Paginya, ketika aku membuka mata, Kay sudah tidak ada disampingku. aku bangkit dari tempat tidur, duduk di tepi ranjang, kuambil handphoneku yang berada di meja samping tempat tidur, sudah jam 6 pagi. Kurentangkan kedua tanganku sambil menghirup udara pagi di kamar Kay. tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Aku menoleh dan mendapati kay baru saja keluar dari kamar mandi, dengan mengenakan celana boxer pendeknya dan kaos oblong warna putih sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk.
"Lo mandi gih.. di dalam kamar mandi ada handuk bersih kok.." ujarnya sambil berjalan menuju lemari pakaiannya lalu membuka pintu lemari, dia tampak sedang bingung memilih pakaian yang akan dia pakai hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST FRIEND
Romancemau tidak mau Kara harus menerima perhatian ekstra dari sahabatnya sendiri Kay. Sesuatu yang menurutnya sangat asing. Walaupun begitu justru perhatian Kay yang akhirnya bisa membuat Kara tenang. Apakah mereka benar-benar hanya seorang sahabat, atauk...