"Hai..!" aku menoleh begitu mendengar sebuah suara menyapaku di ruang tunggu bandara yang walaupun masih pagi tapi sudah dipenuhi oleh orang-orang yang juga akan bepergian, sama denganku.
Aku mencoba tersenyum begitu melihat siapa yang menyapaku. Pak Jan. dan dengan santainya dia langsung mengambil duduk tepat disampingku. mengenakan kemeja kantor warna biru langit dengan dasi yang sepadan, Yup memang begitu kami sampai di Surabaya nanti kami akan langsung ke kantor cabang dan mengadakan meeting, jadi kami langsung mengenakan setelan formal.
"udah lama?" tanyanya. Kuangkat wajahku yang sedang asyik membaca novel.
"baru 20 menit, Pak!" jawabku sambil melirik arlojiku.
Dia mengangguk, lalu melihat sekeliling bandara. Aku kembali melanjutkan bacaanku.
"Karra..!" panggilnya lagi.
"Ya?" kuangkat wajahku dan mendapati Pak Jan mengajukan jari kelinkingnya padaku.
"gencatan senjata.." katanya lagi seakan-akan menjawab kebingunganku. "buat yang kemarin-kemarin karena saya udah membuat kamu sedikit emosi.." lanjutnya
Aku tersenyum melihat kelingking yang diarahkan kepadaku lalu melirik wajah Pak Jan. dan tawaku kemudian meledak begitu melihat tampang memelas yang sedikit dibuat-buat Pak Jan.
'apaan sih, kayak anak kecil saja.." kataku sambil menautkan jari kelingkingku bersama jari kelingkingnya.
'menurutku apa yang terjadi dengan kita kemarin-kemarin itu sangat childish." Ujarnya dengan penuh kelegaan. " So... kita berteman kan sekarang?"
"demi proyek di Surabaya ini.." kataku
"No... Karra saya betul-betul ingin berteman sama kamu."
"wow... hebat banget yah aku bisa berteman aman Bos kayak bapak, jadi minder saya hehehehe.." kataku setengah bercanda.
"apa karena saya atasan kamu, jadi kamu segan berteman dengan saya?" tanya pak Jan dengan suara serius, berbeda sekali dengan suaranya beberapa menit yang lalu.
Kupukul pelan bahunya, "ah..bapak ini terlalu serius ah, saya tadi kan Cuma bercanda doang.."
"Dasar kamu.."katanya pura-pura jengkel. Lalu dia menyadarkan kepalanya di kursi, menurunkan setengah badannya dan memanjangkan kakinya kedepan sambil kepalanya menghadap atap ruang tunggu. Kulanjutkan aktifitas bacaku lalu samar-samar kudengar suara Pak Jan sedang berbicara sama dirinya sendiri
"Karra..Karra... kenapa gue harus selalu begini yah di depan lo.."
***********************
Dua hari yang benar benar melelahkan. Tiba di Surabaya dua hari yang lalu aku dan Pak Jan langsung disibukkan dengan sejumlah agenda meeting dan meninjau beberapa lokasi proyek, yang seharusnya tidak perlu aku kunjungi, tapi Pak jan selalu memaksaku untuk ikut bersamanya kemanapun dia pergi. Padahal jauh sebelum ini, aku sudah punya rencana jalan-jalan untuk wisata kuliner. Dan hari ini adalah hari terakhir kami di Surabaya, malam nanti kami akan kembali ke Jakarta. Sebenarnya sih urusan kantor sudah selesai sejak sebelum makan siang tadi, dan sekarang aku sedang bermalas-malasan di kamar hotelku sebelum ke bandara malam nanti. Aku tidak punya rencana buat keluar kamar, semua mood buat jalan-jalan begitu urusan kerjaan disini selesai sudah hilang dan digantikan dengan rasa capek yang luar biasa. Yang ingin kulakukan sekarang hanyalah tidur, aku butuh tidur setidaknya satu jam saja. Aku baru saja hendak memejamkan mata ketika handphone ku berdering, langsung kuraih handphone, dari nada deringnya aku sudah bisa menebak siapa yang menelponku.
"apa.?" Kataku tanpa basa basi
"oh..gitu yah sekarang jawabnya.." kata suara dari seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST FRIEND
Romancemau tidak mau Kara harus menerima perhatian ekstra dari sahabatnya sendiri Kay. Sesuatu yang menurutnya sangat asing. Walaupun begitu justru perhatian Kay yang akhirnya bisa membuat Kara tenang. Apakah mereka benar-benar hanya seorang sahabat, atauk...