Chapter 3 :Sekali Menyebalkan Tetap Menyebalkan

99 8 1
                                    

Aku terisak, air mataku keluar dengan sendirinya. Rasa ketakutanku membuatku mengeluarkan air mataku. Siapa coba yang enggak jantungan ketika larut dalam cerita menyeramkan plus dengan suasana sekitar yang sangat mendukung, ketika mencapai puncak cerita dikejutkan dengan jeritan dan kilatan petir yang menyambar menambah kesan seolah apa yang diceritakan benar-benar nyata. Begitu nyatanya membuatku kini meringkuk dalam bantal dengan air mata mengalir disudut mataku.

Aku mendengar suara mengaduh kesakitan dan aku tau suara siapa itu. "Ayah, apa salahku?"ucap Zein

"Kau masih bertanya apa salahmu? Kau sudah membuat seorang gadis menangis ketakutan begitu. Dimana harga dirimu sebagai laki-laki Zein?" ucap paman

"Aduh...aduh. iya, iya Ayah. Aku tidak akan melakukannya lagi,"ucap Zein

"Sudah sayang jangan nangis lagi yah, sudah,"ucap bibi sambil memelukku dan mengusap punggungku dengan lembut.

Aku pun melepaskan pelukan bibi dan mengusap air mataku.

"Minta maaf sana sama Anna," ucap Paman

"Maafkan aku Annabelle,"ucap Zein yang mendapat jitakan dari Ayahnya.

"Aduh! Ayah!"seru Zein

"Namanya Anna, bukan Annabelle. Jangan nambah-nambahkan nama orang. Minta maaf yang benar," ucap paman

" Maaf Anna,"ucap Zein dengan tampang datar tanpa dosa. Ini anak minta maaf tapi tampangnya itu loh. Datar tanpa dosa seolah dia tidak bersalah dan terpaksa meminta maaf padaku. Dari pada ini semakin memperpanjang aku mengangguk saja sebagai jawaban. Zein pun beranjak dari ruang tengah.

"Lebih baik kamu istirahatlah. Apa bibi harus menemanimu tidur ?"ucap bibi.

Aku hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. "Kalau ada apa-apa beritahu bibi yah,"ucap bibi

"Anna, kalau Zein berulah lagi beritahu paman, paman akan segera menghajarnya." aku pun tertawa kecil dan kuanggukan kepalaku.

" Kembalilah ke kamarmu sayang, good night,"ucap bibi sambil mencium keningku.

"Good night bibi, paman,"ucapku sambil tersenyum

Aku pun berjalan menuju kamarku. Ketika ijakan tangga terakhir Zein telah berdiri di depanku sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Nih pria songong mau apalagi coba.

"Apa?"ucapku sarkas.

Mendadak Zein menarik daguku dan mencium keningku. Jantungku langsung berpacu kencang, wajahku terasa memanas. Ini anak kesambet apa lagi. Zien menatapku dengan tersirat wajah penyesalan.

"Maafkan aku sudah membuat takut, Anna "ucapnya dengan tatapan matanya tidak menatap diriku. Aku terbengong melihat ekspresi wajahnya itu. Zein pria songong pantat wajan menyebalkan itu minta maaf padaku dengan ekspresi malu-malu begitu? Mimpi apa aku semalam? Rasanya aku ingin sekali tertawa melihat ekspresinya yang terlihat malu-malu begitu, tapi ku tahan agar moment ini bertahan lama.

"Anna?"

" Ugh? Um...iya,"ucapku.

Zein pun langsung pergi meninggalkanku yang masih mematung. Seketika aku membungkam mulutku dan berlari menuju kamarku. Aku tertawa kencang di kamarku. Sungguh ini moment yang benar-benar cukup sangat langka. Seorang Zein yang tak pernah mengakui kesalahannya, selalu buat onar meminta maaf dengan tulus dengan bonus ekspresi malu-malunya itu. Mengingat itu aku tidak berhenti untuk tertawa. Aku tidak menyangka dia memiliki sisi manis yang tak pernah terlintas dipikiranku untuk seorang Zein Rendy Arffick.

Setelah aku puas tertawa mengingat moment tadi, aku pun menganti bajuku dengan pakaian tidur. Aku menatap diriku di cermin, tanpa sadar aku memegang keningku. Seketika bayangan Zein menciumku tadi membuatku jadi salah tingkah sendiri. Aku pun mengelengkan kepalaku dari asumsi-asumi aneh yang akan memenuhi kepalaku. Teringat dengan bantal kecil yang kutinggalkan diruang tengah tadi membuatku mau tidak mau harus kembali lagi ke ruang tengah untuk mengambil bantal kecil itu.

Ketika aku kembali dari ruang tengah. Zein sudah berada di kamarku sambil memegang kostum yang akan ku kenakan malam halloween nanti. " Jangan memeriksa barang orang pantat wajan," ucapku sambil merampas kostum yang dipengangnya.

"Kau akan mengenakan kostum itu saat Halloween besok?"ucap Zein sambil menunjuk kostum yang kupengang.

"Haruskah aku menjawabnya pantat wajan?"ucapku

Seketika Zein menyeburkan tawanya membuatku menyirit heran. "Apa yang lucu bodoh!"seruku

"Annabelle yang tampangnya udah seram gini memakai baju nenek sihir? Annabelle jadi nenek sihir...hahaha..." spontan aku memukul badannya.

"Keluar! Keluar dari kamarku pantat wajan!"seruku masih memukulnya dan mendorongnya keluar dari kamarku.

"Woy...sakit tau! Jangan marah-marah, nanti makin keriput tuh wajah Annabelle nenek sihir,"ucapnya dengan nada mengejek sambil tersenyum yang menurutku sangat menyebalkan.

Aku benar-benar geram melihatnya. Ketika sampai di ambang pintu aku pun mendorong kuat dirinya dan membanting pintu kamarku dengan keras. Tadi dia terlihat begitu manis dan sekarang? Gezz... Memang, Sekali menyebalkan tetap menyebalkan.

Dan Emangnya siapa dia? Seenak jidatnya masuk ke kamarku dan melihat kostum yang akan ku kenakan besok. Argh!!! Melihat tampang songongnya itu loh bikin naik darah melulu. Mungkin bagi cewek yang belum kenal pria songong itu pasti akan terkagum-kagum melihat tampangnya yang menurutku songongnya kayak pantat wajan yang item itu. Iya, yang item itu. Aku pun mengambil bubuk masker di koperku dan berjalan keluar dari kamarku sambil mengacak rambut gusar dan melangkahkan kakiku ke arah dapur. Aku ambil mangkok kecil dan menuangkan bubuk maskerku kedalamnya. Lalu, aku menuangkan sedikit air dan mengaduknya dengan sendok. Aku pun mulai memoles wajahku dengan masker sambil menatap cermin yang kini ku pegang.

Ketika sedang asiknya memoles wajahku dengan masker mendadak listrik mati. "Aish...sial! Kenapa mati lampu pula sih. Gimana nih, mana maskerku belum rata. Aduh... Bodohnya aku gak bawa ponsel, terpaksa deh aku harus jalan ke kamar kayak orang buta." dengan langkah berat, aku pun berjalan pelan sambil meraba-raba sekitar.

Aku pun akhirnya bisa keluar dari dapur walaupun sedikit menabrak meja. Mendadak aku mendengar suara benda jatuh terdengar dari arah sembilan.

"Siapa itu?"gumanku. "Hik! Aduh..." Aku mengusap lututku yang tak sengaja menabrak sebuah guci besar. Aku pun lagi-lagi mendengar suara, tapi kali ini suara derap langkah kaki seseorang seperti di hentakan.

Siapa itu? Apa itu paman atau bibi? Atau jangan-jangan yang di ceritakan bibi tadi... Seketika aku merinding membayangkan kalau yang tadi itu... Hantu tanpa kepala ihhhh...gila! naik semua bulu kudukku. Mendadak atmosfer di sekelilingku menjadi begitu dingin. Aku pun berusaha membuyarkan lamunanku yang tidak-tidak dan berjalan buru-buru ke arah kamarku, tidak peduli aku akan menabrak sesuatu lagi yang penting aku sampai ke kamar dan segera mengunci kamarku. Hingga aku tidak sengaja menubruk tubuh tegap. Apa ini hantunya? Pekikku dalam hati. Badannya pun berputar. Sebuah sinar senter menerangi wajahnya.

"AAAA!!!!!"

" SETAN!!"jeritnya

Aku langsung lari terbirit-birit hingga diriku menabrak sesuatu yang dingin dan keras, sepertinya aku menabrak dinding. Aku mengaduh kesakitan, sialan tuh setan. Aku pun mendengar suara benda terjatuh. Tunggu, sepertinya aku mengenal jeritan menyebalkan itu. Lampu pun kembali hidup dan aku melihat posisiku sekarang.

"Ada apa ini? "ucap Paman sambil membawa senapannya.

"Anna, kau baik-baik saja?"ucap bibi sambil menghampiriku.

"Iya, aku baik-baik saja," ucapku sambil melihat ke arah tangga dan disana Zein tersungkur dengan ekspresi lucu yang membuatku tertawa terbahak-bahak.

"Haha...Zein, kau lucu sekali. Seharusnya kau melihat eksresimu itu. Konyol"ucapku kembali tertawa.

Bibi tertawa kecil sementara paman membantu Zein untuk berdiri. "Oi Annabelle, siapa suru memasang lumpur diwajah jelekmu itu."

"Suka-suka aku. Dan lagi ini bukan lumpur tapi masker. Lihat, siapa yang ketakutan sekarang ini hm?"ucapku sambil menyeringai.

Zein berdecak sebal dan berjalan menaiki tangga. Aku tertawa melihatnya. Yah ampun dalam satu hari aku bisa melihat berbagai macam ekspresi yang tidak pernah di perlihatkan Zein kepadaku selama ini. Kelihatannya Halloween nanti tidak seburuk yang aku bayangkan. Zein Rendy Arffick sepertinya aku punya senjata khusus untukmu dimalam Halloween nanti. Aku jadi tidak sabar menunggu malam Halloween tiba.

Bersambung...

Hello HalloweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang