Bonus (?)

107 7 0
                                    

Suara chainsaw memenuhi indra pendengaran. Seorang pria yang tergeletak di lantai sambil mendongak menatap seorang pria yang sedang memegang chainsaw . Suaranya terasa semakin menggema ketika pria itu mengangkat chainsaw ingin menghujam pria yang tergeletak di lantai.

"ZEIN !" jerit Anna langsung terbangun dari tidurnya.

Keringat dingin bercucuran di pelipis dan juga punggungnya. Nafasnya terasa tersengal. Anna pun menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Berusaha menarik nafas dalam-dalam dan di keluarkannya perlahan.

Suara ketukan pintu terdengar membuat Anna tersentak kaget. "Si-siapa?." ucapnya dengan nada gentir.

"Hoi Annabelle, Apa terjadi sesuatu? Anna." itu suara Zein.

Anna pun langsung menyibak selimut yang menutupi kakinya dan berjalan cepat ke arah pintu kamar. Anna pun segera memutar kunci pintu dan menarik kenop pintu. Terlihat postur tubuh tegap Zein yang di tutupi dengan kaos berwarna abu-abu dengan model rambut yang sedikit acak-acakan.

Anna menatap Zein dengan nafas lega. Tanpa sadar Anna menangkup wajah Zein dengan kedua tangannya. Zein yang melihat gelagat Anna menatapnya dengan tatapan bingung.

"Hei, ada apa dengan-" ucapan Zein terpotong ketika Anna langsung memeluk Zein.

Zein semakin dibuat bingung melihat gelagat Anna. Mungkinkah Anabelle kerasukan sesuatu?. Pikir Zein.

Suara isak tangis keluar dari mulut Anna. Anna semakin menengelamkan wajahnya ke dada bidang Zein. Zein pun perlahan membalas pelukan Anna dengan lembut.

"Tenanglah, pasti itu cuman mimpi buruk, "ucap Zein dengan lembut. Tanpa sadar Zein mencium puncak kepala Anna.

Zein pun perlahan melepaskan pelukan Anna darinya. Zein menarik dagu Anna pelan, mengusap air mata dengan tangan satunya.

"Sudahlah, jangan menangis lagi. Kau semakin mengerikan jika menangis." spontan Anna langsung memukul pelan badan Zein sementara Zein mendengus geli.

"Sialan kau,"ucap Anna parau akibat habis menangis.

"Kembalilah tidur, kupikir kau sedang kerasukan apa. Selamat tidur."

Ketika Zein hendak pergi, Anna menarik kaos Zein, membuat Zein kembali berbalik pada Anna
.

"Temani aku," ucap Anna sambil merunduk.

Ucapan Anna barusan membuat desiran aneh menjalar di seluruh tubuh Zein terutama di bagian jantung.

"Bukankah ini masih-"

"Bukan begitu dasar bodoh. Cukup temani aku sampai tertidur baru kau boleh kembali ke kamarmu bukannya mengajakmu tidur di kamarku. Dasar pantat wajan bego!."

Zein mendengus geli dan kembali berpura-pura bodoh. "Padahal aku tidak mengatakan akan tidur di kamarmu. Oh... Apa kau ingin tidur bersamaku?"
"Dasar pantat wajan songong. Kalau tidak mau yah sudah aku-"
"Iya, iya. Ayo, masuklah dan kembali tidur. Aku sudah capek mendengar omelanmu,"ucap Zein sambil mendorong Anna masuk ke kamar dan menutup pintu kamar Anna.

Tanpa permisi Zein membaringkan tubuhnya di atas kasur Anna, membuat Anna menatap tajam Zein. Zein yang menyadarinya langsung memasang wajah polosnya.

"Apa?."

"Turun. Itu kasurku."

"Bukannya kau memintaku untuk menemanimu tidur?."

"Iya, tapi bukan berarti kau juga tiduran di atas kasurku. Turun."

"Kau pikir aku mau duduk sambil menatapmu yang seperti hantu itu. Kau pikir aku sedang menjenguk orang sakit?."

Hello HalloweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang