Entah kenapa jantungku terasa ikut berhenti berdetak. Pikiranku kalut tak menentu, nafasku terasa tercekat, air mataku semakin membanjiri di pelupuk mataku. Ini bohong kan ? Iya, kan. Zein Si pria songong pantat wajan yang selalu membuatku menderita tujuh turunan tidak mungkin matikan?. Ini salah, ini tidak benar, ini... Yang tergeletak ini bukan Zein kan. Bukan kan?. Bohong....bohong....BOHONG ! ZEIN TIDAK MATI ! TIDAK!!
"Hiks...ZEEINNN!!!!" jeritku dalam tangisku.
"Zein katakan ini bohong...Zein bodoh! bego! Pantat wajan! bangun! BANGUN! ZEIN!!" seruku sambil menuncang tubuhnya
Aku menangis kencang di tubuhnya. "Zein...jangan mati. Hiks...Aku tidak sanggup melihatmu mati begini. Bego!"
Aku masih belum berhenti menangis. Bagaimana aku bisa menceritakan ini pada paman dan bibi? Pasti bibi akan sangat syok mendengarnya, itupun kalau aku bisa selamat dari pria psikopat ini. Dan mengherankannya kenapa dia belum sadar juga ? Seharusnya balok kayu itu tidak akan membuatnya pingsan selama ini-kan. Lemah sekali dia kalau cuman sebuah balok kayu kecil membuatnya tidak sadarkan diri. Apa lemparanku sedahsyat itu?. Dan setelah dia bangun mungkin-
Hm? Tunggu dulu... Aku mendengar suara detak jantung yang berpacu kencang. Aku tidak salah dengarkan. Ini bukan suara perutku yang demo di depan lapangan lambungku karena aku belum makan dari tadi siangkan. Apa aku salah dengar? Tidak, aku bukan gadis bego, tolol dan bodoh walapun kadang-kadang aku rada bodohnya juga. Aku pun mengangkat wajahku dengan tampang bodoh menatap wajah Zein yang berusaha menahan tawanya.
Rasanya kalau di kartun anak-anak akan ada semacam perempatan ganda di samping keningnya. Oh SHIT! dia mempermaikanku!
"SIALAN KAU ZEIN ! KAU MEMPERMAINKANKU ! PANTAT WAJAN BERKARAT SONGONG MENYEBALKAN ! LEBIH BAIK KAU MATI SAJA!! MATI!! MATI SAJA KAU SANA!!" jeritku mencekiknya sambil menguncang tubuhnya.
Aku melepaskan cekikanku dan berganti dengan memukul badannya terus menerus. Ini anak pantas mendapatkan hukumannya, Pantas!
"Aku membencimu! Benci! kau dengar! AKU MEMBENCIMU !" mendadak Zein menahan tanganku untuk memukulnya dan menarik tanganku hingga tubuhku menubruk tubuhnya.
" Hello Halloween," bisiknya sangat halus.
Aku tersikap mendengar ucapannya dan tanpa ku sadari aku tidak lagi mengeluarkan air mataku. Zein memelukku dengan lembut seolah aku adalah benda rapuh jika sedikit saja tidak hati-hati maka akan hancur. Mungkin lebih cocok ditunjukan kepada hatiku yang kini begitu rapuh karena ulah pria songong pantat wajan menyebalkan.
"Kau ingat bukan. Kata itu adalah kata pertama yang kau ucapkan padaku di malam halloween pertama kali kita bertemu dan malam ini aku ingin merayakan kenangan itu bersamamu, Anna," ucapan lembut Zein membuatku luluh seketika. Ini makhluk terbuat dari apa sih, sebentar-benar menyebalkan, lalu marah-marah, lalu dingin, lalu sikapnya mendadak begitu manis, lalu kembali menyebalkan, kenapa sikapmu begitu rumit Zein.
Aku membalas pelukannya dan semakin ku tengelamkan wajahku di badannya. "Konyol! Aku membencimu! "
Aku mendengar Zein mendengus geli mendengar ucapanku dan aku merasakan tangan Zein mengelus rambutku dengan lembut.
"Maaf sudah membuatmu takut Anna,"ucapnya lagi.
Entah kenapa otakku malah lari ke pada pembalasan dendam karena sudah membuatku mati ketakutan tadi. Dengan sengaja aku membuang ingusku ke bajunya, bodo amat dengan omelannya. Ini salah siapa yang membuatku menangis begini, hah?. Ketika ku lancarkan aksiku, spontan dia melepaskan pelukannya dan menjauh dariku.
" Apa yang kau lakukan Annabelle?!" serunya sambil melihat bajunya yang terkena ingusku
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Halloween
HumorPertengkaran konyol, misteri, keanehan dan kekonyolan lainnya di malam Halloween .