Kami bertiga kini berdiri di luar gudang. Sebenarnya aku masih kesal dengan kelakuan mereka tadi terutama Zein. Masa mau ngerayakan hari pertama kali bertemu saja harus ada acara drama bunuh-bunuhan sih, itu ngerayain apa ngerjain orang, sebel.
"Alexsander kenapa kau mau ikut rencananya si Zen hah? Emangnya kau di bayar berapa sama dia?" aku melirik tajam Zein yang kini bajunya telah berganti dengan kemeja berwarna merah. Sementara yang kulirik malah pura-pura tidak tahu.
"Oh iya, Alex bukannya kau-" ucapan Zein terhenti ketika suara ayah memanggil namaku.
"Ayah? Ke-kenapa Ayah ada disini? Dan Ibu... " ucapku sedikit terbata
" Anna ..." ibuku berlari menghampiriku langsung memelukku. Gawat pelukan maut ala ibu.
"Ibu kagen banget sama kamu sayang. Aih... Imutnya anak ibu pakai kostum ini. Loh? Mana topinya Anna?"ucap ibuku setelah melepaskan pelukan mautnya. Akhirnya aku bisa bernafas lega. Gila! badanku bisa remuk dibuat Ibuku.
"Eh? ..." aku meraba puncak kepalaku. Pantesan, ketika aku sembunyi di belakang lemari tadi tidak ada kesulitan apapun. Kemana tuh hilangnya topiku?
"Anna, ini topimu. Tadi topimu jatuh saat mengejar pria yang mengenakan kostum belalang," ucap Amelia sambil berjalan mendekatiku.
Ketika Amelia ingin memberikan topi penyihirku. Ibuku sudah mengambilnya diluan dan memasangkan topinya padaku.
"Nah, ini baru pas. Anna ayo senyum," ucap Ibuku sambil memfoto diriku yang hanya memasang wajah lesuku.
" Anna, kenapa wajahmu lesu begitu sayang. Ayo, yang bagus,"ucap Ibuku
Aku hanya memasang fake smile. "Oh, iya. Semuanya ayo kumpul foto bareng sama Anna. Zein, kenapa tidak pakek kostum? Dimana kostummu? Ibumu bilang kamu mengenakan kostum Vampir."
"Ah, kostumku sudah ternodai oleh ulah seseorang, Bibi," ucapnya sambil melirik ke arahku. Aku hanya memasang wajah polosku.
Semua pun merapat ke arahku. Zein berada di sisi kiriku, Amelia berada di sisi kananku, sementara Ayah berada di belakangku.
" Jangan berfoto tanpa kami yah,"ucap paman Arffick yang kini menegankan kostum Joker sambil membawa senapan kesayangannya
"Ah, pas sekali. Ayo,ayo, semua berkumpul kita foto bersama,"ucap Ibuku
"Cristina, apa kau tidak ingin berfoto juga?" ucap bibi
"Jika aku ikut berfoto siapa yang akan memfoto kita?"ucap Ibuku
"Tenang, Aku membawa ini karena aku tau kau pasti akan sibuk memfotoi putrimu itu." Ibuku hanya tertawa garing.
Semua pun membuat barisan untuk berfoto. Paman, bibi, dan Ayah berada di belakangku, Zein, dan Amelia berada disisi kiri dan kananku.
"Semua siap," ibuku mulai menghidupkan timer-nya dan segera berlari ke arah kami.
"Aku tidak menyangka bahwa kau akan mengatakan 'aku tidak sanggup melihatmu mati' kau mencintaiku kan?"guman Zein spontan aku menoleh ke arahnya.
Sinar kamera secara cepat menyilaukan mata. Akhirnya aku berfoto dengan pose terkejut melihat Zein sementara Zein tersenyum sok manis di depan kamera. Sialan, kenapa juga aku mengatakan itu tadi.
***
Keesokan paginya aku sudah siap dengan barang-barangku yang akan kubawa pulang. Yap, aku akan kembali ke rumah tercintaku. Syukurlah aku akhirnya terbebas dari gangguan pria songong menyebalkan. Kejadian semalam membuatku frustasi sendiri, gimana tidak. Aku telah mengatakan perkataan bodoh di depan Zein, mengingat itu desiran aneh menjalar di seluruh tubuhku terutama di kedua pipiku dan detak jantungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Halloween
MizahPertengkaran konyol, misteri, keanehan dan kekonyolan lainnya di malam Halloween .