MBB-4

10.8K 868 2
                                    

Setelah memarkirkan motor kesayangannya di lahan parkir yang memang sudah di sediakan oleh pihak sekolah, Ali berjalan malas memasuki gedung yang di depannya tertera jelas tulisan 'SMA Garuda Jakarta'. Jujur saja, sebenarnya Ali benar-benar malas untuk masuk ke sekolah. Tapi ya, seperti yang kalian tahu. Syifa benar-benar bawel. Tadi saja, saat Ali masih asyik berkelana dalam mimpi, Syifa sudah sibuk memukul panci menggunakan spatula guna membangunkan Ali yang kebonya minta ampun. Setelahnya, Ali hanya memberikan tatapan tajam pada Syifa yang membuat Syifa hanya dapat tersenyum lebar.

Puluhan pasang mata menatap Ali dengan pandangan yang berbeda-beda. Ada yang menatapnya lapar, lah. Ada yang menatapnya dengan tatapan memuja. Bahkan ada yang menatapnya iri dan sinis. Oh, tentu saja para pria lah yang melemparkan tatapan iri atau sinis dan semacamnya. Karena ya, seperti yang kalian ketahui. Ali benar-benar tampan. Sepertinya, Tuhan sedang bahagia saat menciptakan Ali untuk lahir ke dunia ini. Lihat saja, sepasang alis yang hitam tebal, sepasang bola mata yang hitam mengkilap di hiasi dengan bulu mata yang lentik abis itu. Serta hidung yang runcing, rahang pipi yang kokoh. Dan bagian yang paling penting yang tak boleh terlewatkan adalah.. bibir tipisnya yang merah banget! Ketahuilah, Ali adalah perokok aktif. Namun entah bagaimana caranya, bibirnya tetap saja berwarna merah alami seakan ia sama sekali belum pernah menyentuh rokok. Orang yang belum mengenal Ali, pasti akan mengira Ali adalah pria baik-baik. Alias, tidak begajulan atau bad boy. Tapi, siapa sangka jika paras sempurna bagaikan malaikat seperti Ali mempunyai sisi yang kelam?

Ali sama sekali tidak menghiraukan setiap tatapan yang ditujukan untuknya. Ya, memang. Ali tipikal pria yang acuh terhadap sekitarnya. Ali tetap berjalan santai ke arah ruang kepala sekolah guna mengantarkannya ke kelas baru.

Tiba-tiba saja, 3 cewek yang dandannya menor abis untuk kalangan pelajar menghalangi jalannya. Tentu saja Ali geram melihatnya. Namun, Ali bukanlah pria tidak waras yang berani kasar terhadap wanita. Ya, Ali memang bad boy. Tapi, itu tidak berlaku untuk wanita. Ia masih menjunjung tinggi harga diri seorang wanita.

Dengan tatapan acuh, Ali menatap ketiganya. Ditatap seperti itu oleh Ali, tentu saja membuat ketiga wanita itu seketika berteriak histeris. Sepertinya, keberuntungan sedang berpihak padanya. Begitulah pikiran ketiga wanita itu.

Ali hanya menatap sinis ketiga wanita itu. Mereka kenapa?

"Minggir. Gue mau jalan." kata Ali ketus.

Baru saja Ali ingin melangkah pergi, gadis yang berdandan paling menor di antara kedua temannya yang lain mengenggam pergelangan tangan kanan Ali. Hal itu sontak membuat Ali menghempaskan tangannya hingga genggaman itu terlepas.

"Aw, jangan kasar-kasar dong, Bep." kata wanita itu dengan nada yang dibuat selembut mungkin. Bukannya tergoda, Ali malah bergidik ngeri. Sepertinya ketiga wanita itu sudah gila?

"Awas!" ucap Ali lagi yang kini suaranya naik 2 oktaf.

Ketiga wanita itu hanya menaikkan sebelah alisnya, seolah menganggap ucapan Ali tadi hanyalah sebuah lelucon semata.

"Kasih tau dulu nama kamu, baru kita bertiga akan minggir. Deal?" ucap sang leader yang diangguki oleh kedua temannya yang lain.

"Ga akan. Udah, minggir!"

Dengan gerakan kasar, Ali melangkah melewati ketiga gadis yang kini menatapnya dengan pandangan geram. Tapi, apa peduli Ali? Toh, yang cari masalah duluan kan, mereka.

Samar-samar, Ali masih dapat mendengar teriakan sang leader, "ih! Awas aja lo anak baru yang ketengilan! Gue bakal buat lo bertekuk lutut di hadapan gue! Lihat aja."

My [Bad] BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang