MBB-23

8.3K 705 51
                                    

"Raf, Rel, ngeliat Ali gak?" seingat Prilly, Rafi dan Verrel adalah teman dekat Ali di SMA Garuda ini. Jadi, kayaknya, gak mungkin banget kalau Rafi dan Verrel gak tahu keberadaan Ali saat ini. Orang mereka kalalu kemana-mana selalu bertiga.

Rafi dan Verrel menggelengkan kepalanya dengan kompak. Mereka benar-benar tidak tahu Ali tengah berada dimana sekarang. Bukan bermaksud ingin menyembunyikan Ali dari Prilly. Sejak lonceng istirahat berbunyi tadi, Ali langsung melenggang pergi tanpa menghiraukan Rafi dan Verrel yang sedari tadi memanggili dirinya. Karena mereka berdua yakin Ali sedang ada masalah, mereka tidak ingin mengusik. Mungkin Ali butuh privacy.

"Gue tahu lo bohong, Raf, Rel." Prilly mendelik tak suka melihat tanggapan Rafi dan Verrel. Prilly sangat yakin kalau kedua makhluk yang sedang asyik menyantap bekal mereka di kursi masing-masing, tahu keberadaan Ali, tapi mereka menyembunyikannya dari Prilly.

"Yaampun, gak percaya banget sih lo sama kita berdua. Sumpah demi Allah, deh, Pril, kita gak tahu Ali dimana sekarang. Orang pas bel istirahat dia langsung kabur gitu aja. Kita panggil gak nyahut-nyahut. Iya, 'kan, bray?" Rafi mencolek bahu Verrel menggunakkan bahunya. Seolah minta pembelaan kalau apa yang di omonginnya itu benar.

Verrel hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Mulutnya yang masih sibuk mengunyah membuatnya malas berbicara. Rasa lapar yang sudah menguasainya itu, membuat ia makan tanpa mengingat tempat dimana ia berada. Asal kalian tahu aja, Verrel itu di jukuki 'perut karet' oleh teman-temannya. Itu karena Varrel memikiki porsi makan yang sangat banyak, di atas rata-rata manusia normal. Tapi, herannya, dia tidak gemuk-gemuk. Cacingan kali, ya?

"Ih, yaudah, ah. Nanya lo berdua emang gak ada gunanya! Mending nyari sendiri!"

"Hush... hush..." Rafi dan Verrel mengusir Prilly layaknya mengusir anak Kucing. Hal itu membuat Prilly mendengus sebal lalu segera meninggalkan 2 makhluk yang menyebalkan itu. Kok, bisa-bisanya, sih, Ali punya teman yang macemnya kayak gitu? Gak abis pikir gue.

Prilly lelah.

Sudah 15 menit Prilly memutari tempat yang mempunyai kemungkinan untuk Ali datangi di sekolah ini saat jam istirahat. Tapi, nihil. Prilly tidak berhasil menemukan Ali.

Prilly juga sudah nanya-nanya pada teman-teman terdekatnya dan juga Ali. Kali saja mereka tahu Ali kemana. Bisa saja, bukan?

Prilly hanya ingin menjelaskan semuanya. Ali salah paham. Dirinya sangat cinta pada Ali. Kalau ada kata yang lebih dari sangat, Prilly akan menggunakan kata itu untuk mendeskripsikan perasaannya pada Ali. Memang, sih, kalau di pikir-pikir, kata-katanya begitu keterlaluan. Aurel pun berkata seperti itu. Tapi, ayo, lah. Itu hanya refleks. Prilly hanya ingin berusaha hubungannya dengan Cherry membaik. Namun, ia tak menyangka kalau Ali mendengar hal itu dan semuanya menjadi seperti ini. Prilly menyesal dan merutuki mulut bodohnya ini. Tapi, percuma kalau hanya menyesal tanpa ada usaha untuk menjelaskan semuanya kepada Ali. Makanya, ia ingin sekali bertemu dengan Ali saat ini. Ah, Ali, kamu dimana? Maafin aku. I need you now, Li.

Dahi Prilly mengkerut saat mengenali sosok yang baru saja melewatinya. Prilly buru-buru berdiri dan berlari kecil menghampirinya.

"Eh, eh! Siapa, sih, nama lo? Berhenti dong! Lo yang sama Ali itu, 'kan?"

Merasa dirinya yang di panggil, apalagi ia mendengar Prilly menyerukan nama Ali, gadis itu berhenti. Gadis itu berbalik, menatap Prilly yang masih mengatur napasnya karena berlari kecil.

"Lo manggil gue?" kata cewek itu pada Prilly.

Prilly mengangguk. "Lo yang sama Ali itu, kan? Siapa nama lo, btw?" Prilly mengulurkan tangannya yang di sambut uluran tangan pula dari cewek itu.

My [Bad] BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang