"Ali meninggal, Pril."
Deg!
Rasanya, saat itu juga, Prilly ingin mati saja. Benarkah, Ali-nya telah tiada? Benarkah? Siapapun, tolong katakan pada Prilly jika ini bohong! Naya hanya membercandainya!
"GAK! GAK MUNGKIN! LO PASTI BOHONG, 'KAN, SAMA GUE? Biar gue mau balik lagi sama Ali. Aduh, Nay, ha ha ha. Itu sama sekali gak mempan." suara Prilly yang semula keras, melemah di akhir diiringi dengan tawa getir. Prilly sama sekali tak bisa membayangkan jika itu... beneran terjadi. Gak mungkin! Naya pasti bohong!
Naya melangkah maju, memeluk Prilly erat. Prilly menumpahkan tangisannya ke bahu Naya. Menangis sejadi-jadinya. Pikirannya menolak. Namun, tidak dengan hatinya. Hatinya berkata... bahwa Naya serius dengan perkataannya.
"Tolong bilang ke gue, Nay, kalau ini bohong! Ayo, bilang!" Prilly mengguncang kuat bahu Naya, memaksa Naya untuk berkata jika ini hanya kebohongan semata.
Prilly dan Naya sama-sama terisak tanpa memikirkan jika mereka masih berada di pinggir jalan dan menjadi pusat perhatian semua orang yang melintas. Ah, perduli setan dengan mereka semua.
Tanpa berkata apapun, Naya menarik pelan lengan Prilly agar mengikuti kaki kecilnya melangkah. Hati Prilly tak menentu sekarang. Ia... takut.
Deg!
Pemakaman.
Di sana, 1 meter di depannya, banyak orang dengan baju serba hitam mengelilingi satu gundukan tanah yang masih terlihat basah dan baru. Dan... Prilly mengenali satu orang yang berada disana!
"GAK, NAY! INI GAK MUNGKIN, ENGGAK!" Prilly berteriak kencang. Tangannya menarik rambutnya sendiri. Ia masih tak percaya. Sangat tidak percaya.
Cewek yang Prilly kenali itu, menghampiri dirinya lalu memeluknya erat. Sangat erat. Seolah menyalurkan kekuatan untuk Prilly yang sedang rapuh saat ini.
"Mau ke sana?" tanya cewek itu lembut.
Tangis Prilly semakin pecah. YaTuhan, ini gak mungkin.
"Kak Syifa, please, bilang sama aku kalau ini bohong. Ayo, Kak, bilang ke Prilly kalau Ali masih ada!" Prilly menjerit histeris.
Dengan sigap, Syifa memeluk erat Prilly. Ia mengerti bagaimana perasaan Prilly. Sangat mengerti. Karena ia pun, merasakan hal yang serupa. Di belakang sana, Naya tersenyum sedih melihat Prilly seperti itu.
"Yaudah, yuk, kita tengokin Ali." baru saja Syifa ingin menarik pelan lengan Prilly, Prilly menahannya.
"Aku... takut, Kak."
"Ayo, sayang. Ali mau ketemu." tak bisa di sembunyikan, Syifa sangat sedih saat ini. Ia benar-benar gak nyangka kalau Ali harus pergi secepat ini.
Syifa menarik pelan lengan Prilly ke arah gundukan yang masih basah itu. Satu-persatu, orang-orang mulai meninggalkan tempat pemakaman. Tinggallah mereka bertiga—Prilly, Naya, dan Syifa.
Deg!
Prilly menggelengkan kepalanya kuat-kuat, tangan kanannya membekap mulutnya sendiri. Gak mungkin, yaTuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My [Bad] Boyfriend
FanficBagaimana rasanya mempunyai pacar yang sangat acuh terhadap kita? Rasanya ingin segera mengakhiri saja bukan? Tapi, bagaimana jika kita benar-benar telah jatuh hati padanya? Lalu apa yang akan Prilly lakukan terhadap Ali yang seakan tak pernah menga...