MBB-14

9.9K 693 11
                                    

Dugaan Prilly tentang akan turunnya hujan, salah besar. Saat ini, langit kembali terang. Walaupun masih ada sisi yang telihat sedikit gelap.

Prilly semakin mengeratkan pelukannya kepada Ali kala angin bertiup kencang meninggalkan hawa dingin yang cukup membekas.

Jalanan mulai terlihat sepi saat motor yang Ali dan Prilly tunggangi mulai memasuki daerah taman yang terlihat indah namun senggang.

Prilly mengkerutkan keningnya. Ia benar-benar tidak tahu daerah sini. Mau kemana Ali membawanya?

"Li, kita mau kemana, sih? Lama banget, dah, perasaan. Udah mau maghrib, nih." seru Prilly.

Ya, Ali dan Prilly sudah menempuh jarak yang cukup jauh dalam waktu sekitar 2 jam lebih. Maka, tak heran jika Prilly mengeluh karena merasa pegal. Bagaimana tidak mau pegal kalau selama 2 jam lebih hanya duduk diam diatas motor?

"Bentar lagi sampe. Sabar dikit kek, elah." sahut Ali acuh.

Mendengar ucapan Ali, Prilly hanya mendengus sebal. Enggan bertanya lebih banyak lagi tentang dirinya akan dibawa kemana oleh Ali. Prilly memilih untuk menikmati angin yang menerpa wajah cantiknya serta hamparan rumput hijau yang tumbuh subur di sisi kanan dan dan kiri jalan.

Ali memberhentikan motornya tepat di depan taman bungan Dandelion. Bunga yang terlihat sangat indah dan memiliki arti kehidupan yang cukup dalam. Prilly benar-benar tak menyangka Ali akan membawanya ke sini. Ke tempat ini.

Prilly mengangkat kepalanya agar bisa menatap Ali yang tubuhnya jauh lebih tinggi dibanding tubuh Prilly. Sedetik kemudian, Prilly memeluk Ali erat. Prilly bahagia. Sangat bahagia.

Dulu, Prilly memang berharap sekali bisa melihat bunga Dandelion secara asli dan nyata. Tapi, keinginan itu, harus Prilly kubur dalam-dalam. Itu dikarenakan, keluarga Prilly, sangat alergi terhadap bunga. Jadi, pupuslah sudah harapan Prilly untuk bertemu Dandelion secara nyata saat itu.

Tapi, sekarang, saat ini, Ali mampu mewujudkan mimpi kecilnya saat dulu. Dan Prilly, sangat senang!

Dulu, Prilly hanya bisa memandang bunga Dandelion hanya lewat media. Tapi sekarang, bunga Dandelion, berdiri nyata di hadapannya. Ribuan bunga itu, mampu memanjakan mata Prilly.

Prilly melepaskan pelukannya. Namun, kedua tangan Prilly masih melingkar indah di pinggang Ali. Prilly menatap Ali dalam. Hingga tak sadar, mata Prilly mengeluarkan isinya, air mata. Air mata kebahagiaan.

"Makasih, Li! Makasih banget! Gue ga tau mau ngomong apa lagi. Gue udah lama banget pengen ngeliat bunga Dandelion. Tapi, ga pernah kesampaian. Sampe akhirnya, lo mewujudkan impian kecil gue. Gue bahagia banget! Gue sayang lo, Li."

Prilly kembali memeluk Ali. Menumpahkan tangisan bahagianya ke dada bidang Ali. Ali tersenyum kecil. Tangannya mengusap lembut punggung Prilly.

"Udah, ah. Jangan cengeng! Masa pacar gue cengeng, sih? Kan, engga banget! Yuk, ah. Ke sana."

Ali menggandeng tangan Prilly menuju hamparan bunga Dandelion. Dan sepanjang Prilly menelusuri jalan setapak ditengah-tengah taman, mata Prilly menatap haru ke arah bunga Dandelion yang ada disekelilingnya.

Tepat di tengah taman, Ali mendudukkan tubuhnya. Yang diikuti Prilly disampingnya. Mata keduanya, menatap jauh ke arah Dandelion. Lebih tepatnya, benih-benih Dandelion yang menyerupai bola-bola kapas.

Keduanya tersenyum bahagia. Tangan kanan Ali meraih bahu Prilly, mengikis jarak yang ada. Prilly menaruh kepalanya di bahu Ali yang membuat Ali mengecup pucuk kepala Prilly lama. Prilly menghangat diperlakukan seperti ini. Satu kata yang mampu mendeskripsi perasaan Prilly saat ini; bahagia.

My [Bad] BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang