Trouble

953 133 36
                                    

  Mingyu menatap lekat foto sepasang kekasih yang terletak di kamarnya. Ia tersenyum miris lalu merebahkan tubuhnya.

  "Gadismu sudah menikah. Jadi lupakan dia!" Celetukan itu membuatnya mengerang kesal. "Diamlah." Eunwoo hanya tertawa kecil.

  Eunwoo merebahkan badannya disebelah Mingyu. "Hhh, kurasa mereka sedang melakukan itu malam ini." Ujar Mingyu.
  Eunwoo terkekeh. "Kau mau melakukannya denganku?" Seketika Mingyu berubah menjadi datar.

   "Belajar merelakan itu penting. Jadi kau harus bisa belajar dari itu semua." Mingyu menghela nafas pelan. "Ya, aku akan merelakannya."

  Lalu kemudian Mingyu mendengus.

   "Kukira aku yang akan berakhir dengan Yein. Ternyata takdir mengatakan Jungkook yang akan bersama Yein." Helaan nafas pasrah itu membuat Eunwoo menatapnya tak suka.

   "Salah siapa yang memutuskan gadis itu hanya karena gadis lain?" Ujar Eunwoo.

    Ah terlalu kena, batin Mingyu.

    "Aku salah. Ya, aku akui memang. Jeong Ye In mantan terindahku. Aku tak bisa mengindahkan itu." Eunwoo menatap cemas ke arah Mingyu.

   "Kau tidak berniat untuk merebut gadis itu 'kan?" Tanya Eunwoo. Mingyu menggeleng sambil tersenyum.

   "Tidak." Mingyu menghela nafas.

   "Tapi lihat saja apa yang akan terjadi jika Jungkook menyakiti gadis itu. Kupastikan ia takkan bisa makan untuk beberapa hari ke depan."

____










  Ji soo menatap ke seluruh penjuru bandara. Ia menghela nafas sambil menatap lamat jam tangannya.

  "Enam tahun aku di Amerika sama sekali tidak ada yang merindukanku?" Gumamnya sambil mengecek ponselnya.

   Beberapa panggilan dari gadis itu tertera di ponselnya. Jisoo hanya tersenyum lalu menyimpan ponselnya kembali. Jisoo menarik kopernya lalu berjalan menuju deretan parkiran taksi.

   "Perempatan Gangnam." Ujarnya. Ji soo tersenyum melihat negrinya yang sudah berkembang bak indah ini.

   "Aku merindukanmu Yein." Senyuman itu tak lepas dari bibirnya. Mengingat gadis yang tumbuh bersamaan dengannya itu kata Ibunya sudah menikah.

   Huh, anggap saja Jisoo iri dengan adik perempuannya yang kelewat baik itu. Tapi kira - kira siapa yang menjadi suami si adik? Apa ia baik? Apa pekerjaannya? Mungkin ia rasa setelah bertemu Yein, ia akan menanyakan hal itu. Dan beberapa hal lagi yang menyangkut tentang kehidupannya selama di Seoul.

   "Aku tidak menyangka kau sudah besar," tatapannya beralih pada sebuah figura foto yang ia simpan ditasnya. Mengingat kejadian beberaa tahun silam membuatnya berhenti untuk menatap Negri Ginseng ini. Ia juga sadar perlahan - lahan ia menghancurkan Yein yang sudah terlalu banyak menderita. Mungkin ini saatnya ia akan membalas kebaikan gadis itu. Ya.

   Jeong Ye In tidak pantas untuk mendapati kesedihan. Ialah yang seharusnya.

   Mobil taksinya yang berhenti disebuah perempatan yang disisinya terdapat Mini Market.

    "Hm, baiklah. Kurasa aku harus berhenti disini."


   ______



    Yein terduduk manis di sofanya. Ia melirik jam dinding yang berbunyi. Menandakan waktunya makan siang. Gadis itu menghela nafas lalu mematikan televisinya dan membuat makanan.

If YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang