Tiiinnnnnnnnn Tiinnnnn
Aku berlari keluar dari rumah menuju sumber suara bising tak tau diri. "Etdahh, berisik bego. Nggak sabar mah ga usah jemput gue segala," omelku ketika duduk di jok samping sopir, eh Bastian maksudnya.
Kenapa gue bisa dijemput sama bastian? Jawabannya simple, karna paksaan. Pagi buta sekali dia menelvonku. Bahkan ayam saja tak berani membangunkanku. Tak punya otak rupanya. Yeah, beginilah akhirnya.
"Laah lu lama sih, dasar keong." Aku melotot ke arahnya tapi dia tanpa berdosa malah mengeraskan musik genre rock di dalam mobilnya. Lihat! Bahkan sekarang dia mengangguk angguk, menikmati alunan musik rock itu.
Oh Ya Tuhan, kutukan apa lagi ini. Aku bisa mati berdiri kalo begini terus, batinku.
"BASTIANNN!! MATIIN MUSIKNYA. KUPING GUA SAKIT BEGO!!" Teriakku sambil menutup kedua telingaku. Dia pun menurut.
Sesampainya di sekolah, segera kubuka pintu mobil dan bergegas untuk turun. Menghiraukan seseorang yang telah berbaik hati mengantarkanku ke sekolah.
Dia menyusulku dan kini berjalan sejajar denganku. Oh ya Tuhan, apa dia cowok famous sampe-sampe banyak tatapan maut bagai singa kelaparan yang siap menerkamku.
"Tuh cewek melet Bastian pake apaan?"
"Ehh. Mereka berdua udah jadian bego. Dan tuh cewek malah yang nembak duluan, jablay emang.
"Issh.. Dasar cabe tuh cewek. Kemaren nempel sama Aldi. Sekarang nyosor bastian."
"Maluu woyy.. Punya malu ga sih tuh cewek. Hih"
"Kita kasih pelajaran aja sama tuh ular gatel."
Kalian dengar kan? Aku jadi bahan bullyan gegara cowok sialan ini. Aku harus apa? Mutusin Bastian? Kemarin aku udah minta putus, tapi apa? Dia malah mengancamku. Mulai dari mengancam untuk bunuh diri, menyakiti keluargaku, membuat bisnis papa bangkrut, Bakar sekolahan, bahkan dia juga mengancam akan gulung-gulung di jalan. Ya Tuhan!
_~~_
Di koridor aku hendak memasukkan buku ke dalam loker.
"Aaaaaaaaaa" ku banting loker sialan itu dan berteriak, menutup mata dan menjatuhkan buku yang kupegang. Seluruh badanku lemas. Lututku seolah tidak kuat menopang lagi, speechless.
"Fla lo gapapa?" suara Bastian mengintrogasi. Aku harus bilang apa? Cukup kubalas dengan anggukan.
"Gua takut Bas, " keluhku saat aku memeluk Bastian.
"Udah.. Gua bakal jagain lo kok." Kubiarkan air mata menetes dan membasahi seragam bastian. Jujur, kali ini aku sangat takut. Sangat! Kemarin dapat boneka bersimpah darah, hari ini aku mendapat boneka jalangkung bertusuk jarum dimana-mana. Besok apa lagi?
"Oh jadi ini Bas. Lo mutusin gua cuman gegara Flarissa?" suara seorang siswi yang tiba-tiba datang dan tak lain adalah Ariska. Dengan cepat aku melepas pelukan ku dan aku benar-benar kaget.
"Mak-Maksud lo apa sih Ris? Gua ga ngerti." timpalku seraya menghapus sisa air mata di pipi.
"Ga usah drama deh riss. Sahabat macam apa lo, tega nge hianatin sahabatannya sendiri. MULAI SEKARANG LO BUKAN LAGI SAHABAT GUE!"
"Tapi tung-tunggu Ris, gue-" ucapku ketika Ariska pergi menjauh.
"Udah lah riss. Biarin aja. Ntar juga baikan" Aku melotot ke arahnya. Dengan entengnya dia berbicara seperti itu. Ini semua gegara dia. Persahabatanku hancur, dan lo juga kenapa salah paham sama gue Riss.
Aku berlari mengejar Ariska. Maafin gue Ris. Tapi gue juga ga mau ini semua terjadi.
Sesampainya di kelas, aku melihat semua teman kelasku berkumpul di meja Ariska. Sekarang mereka menatapku dengan penuh kebencian. Dan Aldi duduk di sampingnya mencoba menenangkan.
"Huuuuuu.. Flarissa PHO!"
"GA TAU DIRI YA LO!"
"ANJING LO!"
"Bener- bener ga nyangka gue"
"Lo nggak lebih dari bangke"
Mereka semua menghinaku, melempariku dengan kepalan kertas, menyiramku dengan minuman. Aaaaaa...
"Ariska.. PLEASE KASIH GUE WAKTU BUAT NGE JELASIN SEMUANYA!" teriakku yang dibalas dengan sorakan-sorakan teman-teman. Bahkan Aldi juga berada di pihak mereka.
Sakit, sesak. Semuanya hancur. Bahkan ga ada yang mau ngedengerin gue. Lagi-lagi air mata ku mengalir. Kali ini mengalir sangat deras.
"Huuuuu.. Lo nggak lebih baik dari tikus got!"
"Sok suci. Padahal busuk!"
"Pergi sana. Disini gak ada yang mau temenan sama tikus got, babi!"
"MATI AJA SANA!
"Huuuuu"
Praaaaang
"Aaawwww," rintiku ketika masih sadar. Sebuah kaleng mengenai kepalaku. Sakit, kepalaku pusing dan pandanganku mengabur. Cairan kental berwarna merah menetes dari dahi mengalir deras.
"Flarissaaaaaaa" aku masih mendengar teriakan itu. Itu suara.. Aldi. Kepalaku sakit tak tertahan. Gelap.
***
Dimana aku. Kenapa disini semuanya putih.
"Flarissa.... Sini nak." Suara seorang ibu dan bapak memanggilku.
"Si- siapa kalian? Flarissa mohon jangan sakiti Flarissa." Tubuhku gemetar.
"Jangan takut. Ini Tante Sinta sama Om Romi, orang tua nya bastian. Kamu ga inget?" Kata Tante Sinta. Mereka berdua berpakaian serba putih.
"Tante Sinta dan Om Romi?" Entah dorongan dari mana aku memberanikan diri mendekat ke arah mereka dan memeluk mereka.
Aku melepas pelukan lalu berkata "lalu?"
"Begini Fla sayangku. Ada kesalahpahaman yang membuat Bastian membencimu. Suatu saat kau akan tahu. Tapi kumohon, buat Bastian seperti dulu lagi. Sadarkan dia." Suara Tante Sinta lembut menghipnotisku sehingga dengan sendirinya aku memejamkan mataku. Setelah itu aku membuka mata. Tak ada siapa pun.
"Tante? Tante Sinta? Om Romi? Tante dimana?" Aku melihat ke sekeliling, mencoba mencari keberadaan mereka.
***
"Di-dimana Aku?" dengan pelan aku mencoba membuka mataku. Semua badanku kaku. Ingin kugerakkan tanganku, tapi sangat berat. Aku tidak bisa.
"Flarissa sayang. Kamu udah bangun nak?" suara seorang lelaki berperawakan kekar, putih, mancung, manik mata biru, tinggi. Ituuuu..
"Papah?" Hanya kata itu yang bisa aku ucapkan.
"Iyaa Nak. Ini Papah sayang. Flarissa udah tidur selama 3 hari. Flarissa kangen kan sama Papa? Papa kangen sama Flarissa" Papa memelukku dan pipiku basah, Papah nangis? Aku pun ikut menangis, menangis bahagia karena Papa ada di sampingku.
Selama itu kah aku tidur? Dan tadi apakah aku bermimpi? Tapi tadi nyata. Bahkan aku masih merasakan hangatnya dipeluk mereka.
"Ja-jangan tinggalin Flarissa lagi Pa, Flarissa sendirian." Ucapku.
"Iyaah. Flarissa cepat sembuh ya. Papah akan selalu ada di samping Flarissa." Suara Papah membuatku tenang. Cupp. Berkali kali papa mengecup kepalaku.
Kepalaku sakit, mataku kembali terasa berat. Gelap.
Tbc
Maaf jika ada salah ketik atau salah tutur kata. Masih belajar ini. Fast update kok.. Asal vote + coment aja :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kelabu
Teen FictionDetik demi detik telah berlalu. Fajar bergantikan senja, mentari muncul lalu bersembunyi lagi. Burung-burung berkicauan seolah saling bercengkrama satu sama lain. Aku hanyalah seorang gadis yang haus akan kasih sayang. Ketika seorang ibu adalah mala...