A GAME : PART 1.5 - Tes - Tes

168 11 0
                                    

      Tes pertama membuat jantungku berdebar serasa mau copot. Kami di tes seperti ujian di sekolah mengisi lembar jawaban soal matematika, biologi, kimia, dan lain sebagainya.
Aku melihat Ben mengisi jawaban dengan serius, demikian denganku.
Tak lama sejak tes dimulai dari balik pintu terlihat seorang pria paruh baya di kursi roda, posisinya diikat di kursi roda.
Terlihat juga seorang perempuan mengenakan pakaian layaknya seorang perawat. Pria itu hanya melewati ruangan kami dan berlalu melewati ruangan sebelah kami.
      "Siapa dia?" Bisikku ke laki-laki yang tak kukenal disampingku.
     "Oh, namanya Ed. Dia terserang
virus zavrase yang membuatnya
menjadi ..." Lelaki itu menghela napas pendek.
      "Ya seperti yang orang-orang katakan 'zombie'." Balasnya,
     "Buat apa mereka merawat
orang yang sudah mati" Tanyaku sambil mengernyitkan dahi terhadapnya.
      "Em..., mereka bilang penyakit ini tidak mematikan, melainkan bisa membuat yang terinfeksi menjadi gila akan memakan daging manusia."
      "Penyakit ini dapat di sembuhkan tapi resikonya, si penderita itu akan kehilangan ingatannya saat sembuh." Jelasnya padaku.
    Mendengar ceritanya bulu kuduk ku langsung berdiri, bagaimana bisa mereka membiarkan orang terinfeksi masuk ke sini? Menyeramkan sekali, aku berharap dia tidak tiba-tiba menyerang kami. Dalam hatiku bergumam.
      Kami diberi waktu satu setengah jam mengerjakan soal-soal ini. Dan satu setengah jam pun berlalu, setelah mengumpul kertas jawabanku, Ben menghampiriku dan berkata ingin bicara.
      "Kau sudah selesai kan? Aku ingin istirahat. Berikan kuncinya." Ben memulai dengan ketus.
Kenapa dia harus bersikap dingin sih? Dia bisa minta dengan baik-baik kan. Dasar menyebalkan.
      "Hey, kau tau tidak? Aku juga ingin beristirahat aku merasa letih setelah semua yang terjadi. Kau jangan membuatku malah marah,"
      "Aku tetap akan memegang kuncinya, kita kesana bersama." Ujarku jengkel.
Ben memang tak pernah peduli dengan orang lain terutama padaku. Dengan sifat dinginnya itu membuatku merasa eneg ,dasar menyebalkan.

      Hari ini adalah hari ke-2 kami berada di kota kecil yang bahkan aku tidak tahu persis dimana lokasinya.
Kami disuruh memasuki bangunan yang tampak luarnya semua terbuat dari kayu, termasuk jendela yang terbuat dari kayu dan dapat membuka dan menutup layaknya jendela.
Luas bangunan ini kira-kira setara dengan kabin yang waktu itu kami hampiri, di bagian depan terdapat pintu berbentuk persegi panjang seperti pintu pada umumnya.
Melewati pintu itu, terdapat bangku dan meja layaknya kelas pada umumnya, serta dinding kosong yang terbuat dari kayu.
      "Ruangan yang membosankan sekali, dinding kosong meja dan kursi yang berventuk panjang. Aku seasa berada di kantib sekolah. Seharusnya ruangan ini diberi cat warna agar terlihat elegan. Apa yang dipikirkan orang-orang ini? Membuat ruangan ini dengan polos." Aku bergumam.
Tak lama setelah kami memasuki dan duduk secara berkelompok di ruangan membosankan itu, terdengar suara pintu yang perlahan dibuka. Seorang wanita yang mengenakan pakaian putih panjang, rok hitam panjang batas mata kaki, dan memakai kacamata kuno terlihat berdiri didepan kami.
      "Pertama, perkenalkan namaku adalah Vey. Aku disini ditugaskan untuk memberi tahu kalian tentang tes kalian yang kedua yaitu tes berburu."
      "Baiklah peserta, tes berburu dilaksanakan di hutan lepas. Kalian juga akan diberi senjata berupa pisau dan panah. Peraturanya mudah,yaitu kalian harus membawakan tiga unggas, lima hewan air, serta buah-buahan sebagai penilaian. Bulan ini hanya diadakan dua tes saja dan hasil nya akan kami umumkan di hari ke-3 " Ujar wanita itu sambil berjalan meninggalkan ruangan kayu itu.

      Setelah penerangan yang panjang oleh Vey, kami langsung menuju hutan sambil membawa senjata yabg telah diberikan untuk menjalankan tes ke-2 di sana.
      Aku hanya melakukan apa yang menurutku mudah, aku hanya membawa satu burung dan lima ikan, serta beberapa buah pisang dan apel. Sedangkan Ben, ia hanya membawa dua ekor angsa, satu ekor burung, buah apel dan berry.
Setelah lelah berburu aku memutuskan untuk istirahat dibawah pohon, sambil memikirkan hasil tesku. Aku tak tahu apa nanti hasilnya, aku hanya bisa berharap..

A GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang