A GAME : PART 2.2 - The Last Game

134 10 4
                                    

       Masih di sini, di hutan yang gelap ini. Aku sungguh merindukan keluarga ku, mereka pasti mencari ku.

      Kami berjalan tanpa arah, dan di tambah gelapnya hutan ini. Kami semakin menjauh dari kota zombie yang teragis itu. Kematian terus menghampiri ku, aku tak tahan dengan semua ini. Kami berhenti di sini, di bawah pohon yang tua ini, beristirahat menunggu matahari menyinari hutan ini, mataku perlahan lahan menutup dengan sendirinya.

✴✴✴

       Mata ku mulai terbuka, melihat silaunya matahari. Terlihat Ben sedang bersandar di pohon sambil menancap-nancp kan pisau nya ke tanah. Raisya berdiri di hadapan ku, 

       "Mari kita lanjutkan perjalanan ini, kita akan membobol pintu itu!" ujar raisa,

       "Pintu???" serentak mereka dengan wajah bingungnya,

       "Sudah ikuti saja aku!" balas Rahel,

tiba-tiba ada seorang pria memakai kaos dan jeans yang berjalan melayang layang  menuju kami. Aku rasa aku mencurigai dirinya,

       "Tolong aku!" uajar pria itu dengan suara seraknya, lalu ia terjatuh dan tidak ada gerakan sedikitpun darinya seperti orang mati. Rae mendekati pria itu dan berkata 

      "Apakah kau baik - baik saja?". Terliaht di pundaknya seperti gigitan yang terjadi kepada rahel kemarin,

      "oh tidak" ujar ku sambil menggelengkan kepalaku,

      Aku ingin teriak tetapi ....., tiba-tiba pria itu terbangun dan langsung menggigit Rae di bagian leher. Aku langsung memejamkan mataku dan tidak ingin melihat kematian orang lagi, tapi kenyataanya Rae di serang.

      "Sebaiknya kita segera pergi sebelum mereka memakan kita" ujar ben.

      Kami berlari sekencang yang kami bisa, lagi lagi aku menangis dengan penuh amarah. Hari semakin siang, entah jam berapa sekarang karena aku meninggalkan jam tangan ku di kamar ku di kota. Raisa memimpin jalan menuju pintu itu, mungkin hanya kami yang tersisa, ya kami ber-empat.

      Kami semakin dekat dengan pintu itu, terlihat awan gelap menutupi sinar matahari, anginkencang meniup tubuhku seakan akan aku terbang di langit. Tak lama hujan turun mengguyuri seluruh tubuh kami. Betapa segarnya, sudah berapa lama aku tak mandi ?.

      "Kita sudah sampai" ujar Rahel. Kami suadh berada di tempat tujuan, aku sungguh tak sabar melihat isi dari pintu itu,

      "wow! ternyata ada pintu semacam ini di hutan menyeramkan ini"ujar scot dengan terkejut sambil memukul salah satu bagian pintu ini dengan keras. Tiba-tiba terbuka sebuah pintu kecil yang berisi tombol-tombol, entah tombol apa itu.

      Ben mendekati tobol itu dengan rasa penasaranya ia langsung menancapkan pisaunya ke tobol- tombol itu, alhasil keluar suar *krek* seperti suara kunci pintu yang terbuka. Rahel memegang gagang pintu itu, dan mendorongnya ke bawah. Ternyata pintu besi itu terbuka,

      "hei, ini terbuka" ujar Raisya sambil membuka pintu itu. 

       Terliaht ruangan yang sangat gelap tanpa cahaya sedikitpun. Tiba-tiba ada apel yang menggelinding dari dalam ke luar, kami saling menatap. Raisya membalik badanya menuju arah ku, terlihat di belakangnya ada seorang wanita berlumur darah, dan ternyata ia membawa kapak, kapak yang di pakai untuk menebang pohon

      "Raisya!!!!!!!"teriak ku sekencang mungkin,

       Sangat tak ku sangka Risya dikapak oleh wanita itu,  darahnya menyemprot ke wajah ku, aku langsung menangis dan ketakutan melihat raisya terbunuh. Wanita gila itu mendekati Scot dengan mengeret kapaknya, Scot berjalan mundur dan terjatuh karena tersandung akar pohon, badanya gemetaran dan mencoba menjauhi wanita itu. Ben langsung berlari menuju wanita itu tetapi Ben terlambat, Scot telah terbunuh.

       "oh tidak ...., tidak" ujar ben, iamengeluarkan air matanya.

        Wanita gila itu berbalik ke arah Ben,lalu mereka bertarung dengan darah. Ben hanya bermodalkan pisau, aku sungguh tak kuat melihatnya. Tak lama ben terbunuh dengan cara di kapak di bagian kepalanya darahnya mengalr kemana mana. Tangis ku semakin kencang dan aku rasa aku ingin mati. Wanita itu perlahan lahan bergerak ke arahku, tubuhku yang lemah ini langsung terjatuh, entah apa yang membuat tubuhku tidak bisa bergerak,

       "Tolong jangan bunuh aku!!!" mohonku kepada wanita itu.

      Dia hanya tertawa dan semakin mendekat, kapak berlumurkan darah itu dia angkat,

        "selamat tinggal" ujar wanita itu,

        Ia langsung mengarahkan kapak itu ke padaku dan langsung membunuhku.

       Gelap hanya gelap yang aku lihat. Mata ku terbuka tiba tiba aku sudah ada di dalam mobilnya Ben. Aku kaget melihat tubuhku baik-baik saja. Aku langsung menoleh ke kanan, dan yang aku lihat ben sedang memegang setirnya dengan ekspresi kaget, ia langsung menoleh ke arah ku,

       "gue mimpi ya?" ujar ben,

       Aku menggelengkan kepalaku dan melihat kebelakang. Ternyata Roy dan Ani masih hidup, dengan ekspresi bingung mereka.

      "Jam berapa sekarang?" tanya Ani,

     Aku langsung melihat jam tangan ku dan ternyata sekarng adalahjam, tanggal, bulan, dan tahun  dimana kami melihat festival itu. Jadi kami sebenarnya tidak pergi kemana-mana. 

     Kami membatalkana berjalanan kami ke rumah giru seni kami, kami memutuskan untuk pulang.

      Hidup ku kembali normal, entah kemana orang orang yang aku temui di dalam permainan itu. Sekarang yang terpenting adalah menjalani hidup yang sesungguhnya aku merindukan keluarga dan teman teman ku. Ternyata benar yang dikatakan perempuan hologram itu. Itu semua permainan ......, hanyalah permainan.

A GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang