A Game : Still in The Game #2

42 2 0
                                    


Seluruh dunia menjadi gelap, semua begitu membuatku bingung. Mengapa semuanya begitu aneh?, dunia yang awalnya begitu aku nikmati seketika beurabah kembali menjadi membingungkan. Listrik tidak berfungsi saat ini, dan handphone ku tidak ada sinyal, namun perangkat yang menggunakan batrai masih berfungsi. Aku menghidupkan senter dari handphone milik ku untuk menerangi tempat duduk kami.

"gue, mau keluar sebentar" ujar Roy,

"kami ikut!" seru ku,

Kami keluar dari cafe tersebut dengan tergesah gesah. Angin begitu kencang di luar, dan udara terasa sangat dingin. Namun saat kami keluar ada yang aneh. Semua orang menghilang.

"kemana semua orang?" tanya Ani

"aku merasa ada yang janggal" ujar Ben dengan menatap Ufo tersebut.

Tiba tiba muncul cahaya berwarna biru muada dari bawah ufo , dan ternyata cahay tersebut merupakan hologram wanita yang waktu itu. Sungguh penuh dengan tanda tanya. Apa benar kami sudah selesai dengan permainan itu?.

"anjir dia lagi" ujar Ani dengan kesal

"Hallo Para pemain, selamat atas keberhasilan kalian kemarin. Mari kita lanjutkan ke level berikutnya besok, sebelum memulai permainan kalian sudah di siapkan kamar untuk menginap di sini, di ufo ini"

"ah, you are the fucking hologram" teriak Roy dengan emosi marahnya,

Mereka begitu kecewa, begitupun diriku. Tiba tiba tubuh ku terasa enteng,

"hei ngapa tubuh gue terbang nih?!" uajr Ben dengan nada bingungnya,

Tubuh kami terbang menuju ufo tersebut dengan sendirinya. Lagi lagi mereka membuat kami bingung. Aku sungguh berharap semua ini hanyalah sebuah mimpi.

*di ufo

Kami tiba di dalam ufo, entah milik siapa ufo ini, yang terlihat hanyalah dinding putih, dan beberapa pintu.

"Selamat datang para penumpang, silahkan masuk ke kamar nomor 10. Jika ingin menayakan sesuatu silakan kalian tanyakan kepada monitor yang terletak di ruang utama kamar kalin. Trimakasi" terdengar suara wanita dari pengeras suara,

"kamar nomor 10....," ujar Ben,

"itu, di sana!" ujar Ani dengan menunjukan kamar tersebut,

Kami berjalan menuju kamar tersebut dengan wajah kecewa kami. Ben mendorong pintu kamar dengan keras namu tidak dapat dibuka,

"masukan sidik jari anda!" ujar Ani sambil membaca tulisan yang terdapat di samping pintu.

Ani memasukan jari jempolnya ke tempat pendeteksi sidik jari, alhasil pintu terbuka secara otomatis. Kami memasuki tempat tersebut, terlihat sofa yang panjang, TV yang terletak di depan sofa, monitor pembantu di sebelah pintu masuk, dua ruang tidur dan satu kamar mandi. Ini memang terlihat begitu memuaskan dengan vasilitas yang mereka berikan sebelum permainan dimulai. Meski begitu ini tidak ada apa apanya jika di bandingkan dengan mengeluarkan kami dari permainan ini dan kembali ke hidup seperti semula.

A GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang