Part 14

568 71 8
                                    

Jungkook mengacungkan pistolnya kepada seseorang. Begitupula dengan orang itu. Keduanya terpaku tanpa suara.

"Kupikir kau bisa ku percaya" kekecewaan mendalam membuat Jungkook meneteskan air matanya sambil menatap tajam Eunha yang berdiri di depannya terpaku. Keduanya saling mengacungkan pistol masing-masing siap membidik satu sama lain.

"Aku tidak pernah memintamu percaya padaku." Eunha membuka suara. Tatapannya begitu dingin seperti orang yang tidak lagi memiliki perasaan. "Aku sudah memperingatkanmu agar kita tidak terlalu dekat." Lanjutnya.

Perlahan eunha merendahkan pistolnya. "Bunuh aku sekarang sebelum aku membunuhmu" eunha kembali membuka suara. Suaranya tenang. Seakan dia memang siap untuk itu.

Jungkook menggeleng keras atas permintaan orang yang sempat mengisi hatinya itu. Meski pistol tetap terarah kepada eunha, tapi dia tak sanggup menarik pelatuknya.

Bukannya malah menembakkan pelurunya kepada eunha, jungkook berlari menuju eunha dan memeluknya. Ketika eunha sudah di pelukannya, tiba-tiba eunha menghilang.
--
"EUNHAAAAA" teriak jungkook terbangun dari tidurnya. Keringat dingin mengucur deras dari tubuhnya. Nafasnya tersengal-sengal.

Dia berlari menuju kamar sinb, tempat sahabat yang baru diketahuinya setelah sekian lama tidak bertemu itu tidur. Tapi, sesampainya di depan pintu, langkahnya terhenti. Dulu Sinb sekamar dengan eunha. Itu berarti semua barang-barang eunha masih di dalam. Dia takut dia menjadi semakin tak tenang ketika melihat barang-barang eunha di dalam. Jungkook akhirnya hanya menghela nafas dan berjalan lemas kembali ke kamar.

Jam menunjukkan pukul 3 pagi. Jungkook duduk termenung di kamarnya. Dia mulai memegang bibirnya. Bibir yang sempat menyentuh bibir eunha meski hanya sesaat. "Jika aku tahu itu ciuman terakhirku untukmu, aku akan menciummu lebih lama" gumam jungkook pada dirinya sendiri.

Esok hari dia harus benar-benar bisa melupakan eunha dan kembali kepada pekerjaannya dan menjaga eunbi yang ternyata adalah sinb itu. Dia memegang kalung yang ia kenakan. "Kau akan kembali kepada pemilikmu sebentar lagi" gumamnya lagi.

Jungkook kembali mencoba merebahkan diri ke tempat tidurnya dan mencoba untuk tidur.

***
Jimin tidak bisa nyenyak tidurnya. Dia terus memikirkan apa yang harus ia lakukan esok hari. Apa yang perlu ia cari terlebih dahulu untuk membongkar misteri ayah eunha yang juga eunbi ini. Dengan kondisi eunha seperti ini, akan sulit jika harus terlalu mengandalkan eunha. Eunha cukup lelah dengan pelariannya dari markas dan ayah jahatnya. Jimin tak mau membebani eunha dengan pikiran-pikiran berlebihan lainnya.

Jimin berharap bisa bertemu kakeknya dimimpinya. Dia terus-terusan menggumamkan nama kakeknya sambil memejamkan mata. Tapi sesuatu menghentikannya.

Seseorang melemparinya dengan kerikil kecil, tiap kali dia menggumam. Saat dia mencari siapa pelemparnya, ternyata itu yoongi. Dia merasa terganggu dengan gumaman jimin. "Maaf" gumam jimin sambil meringis dan kembali tidur. "Besok aku harus menemui kakek" pikir jimin.

Kondisi kakek jimin tidak terlalu baik. Sedangkan, orang yang ingin membunuh kakek jimin tidaklah sedikit. Hal ini membuat kakek jimin harus terus bersembunyi dari dunia luar. Terakhir kali, kakek jimin dikabarkan meninggal, hanya untuk menghilangkan jejaknya dari musuh-musuhnya.

Jimin tahu benar bahwa dia tidak boleh menemui kakeknya. Tapi untuk saat ini, dia merasa tidak punya pilihan lain. Satu-satunya jalan untuk keluar dari masalah ini adalah mengetahui informasi lebih banyak lagi. Setidaknya dia sekarang bersama eunbi. Mungkin itu akan menyenangkan kakeknya, pikir jimin.

[editing] Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang