[Chef] Side to Side

167 21 33
                                    

Tilte : Side to Side

Author : overflakkie

Cast : Park Jimin, Kim Taehyung, etc.

Genre : Yaoi; Slash; Incest

Rating : M (For mature language)

Disclaimer : BANGTANSONYEONDAN is belong to BIGHITEnt. And this story is mine. Thankyou. A VMIN's ff Spesial for my one and only @Rices_friedtofu. (Inspired by sehununyu's fanfiction 'Just Like Kissing Your Little Brother. But this ff has been deleted from ffn I'm sad T-T i want to read it again T-T)

Warning : Typo(s), Mature content, OOC, etc.

.

.

ENJOY

.

.

Taehyung masih menutup matanya rapat kala mendengar tombol pengaman pintu apartemennya ditekan dan suara gaduh sepatu pantofel mahal yang menginjak-injak lantai.

"Usahakan ketuk pintu dulu sebelum masuk rumah orang." Taehyung menggumam di antara bantalnya, masih menutup matanya nyaman saat ada orang memasuki rumahnya tanpa permisi.

"Peduli setan." Kata orang yang memasuki apartemen Taehyung tanpa kata dan ketukan. Dirinya melenggang menuju dapur dan terdengar suara kucuran air mengenai gelas kaca.

Taehyung bangun dari tidur tenangnya di sabtu pagi yang tentram dan jauh dari rentetan jadwal mentoring tugas akhirnya. Ini adalah hari pertamanya libur setelah satu bulan penuh berkutat dengan model rancangan dan dosen bimbingan segila orang mabuk kolong jembatan.

"Ini kedua kalinya selama enam bulan terakhir kau datang ke sini." Taehyung membuka pintu kulkasnya untuk mengambil sekotak susu dan berdiri memandangi pria yang sekarang duduk di kursi barnya. "What's up bastard?"

"Aku berharap mendapat sapaan yang lebih sopan, sialan."

"Oke, oke kuulangi." Taehyung meneguk susunya sekali kemudian menaruh kotaknya di atas meja dapur. "Apa kabar, Hyung?"

"Hmm, lebih baik. Tapi tak cocok diucap oleh mulutmu."

"Baiklah Jimin ada apa?"

Jimin tersenyum menaruh gelas yang sedari tadi ia genggam, wajahnya menoleh untuk melihat sisi lain dari rumah Taehyung kemudian menatap empunya rumah yang wajahnya sudah semasam lemon. "Well, rumahmu tidak banyak berubah."

"Cepat katakan apa yang kau inginkan bajingan kau mengusik sabtu pagiku yang damai," Taehyung membuang kotak susunya yang sudah habis. "dan kini terusik oleh kedatanganmu."

"Aku mengerti kau begitu membenciku tapi ..." Jimin menggigit bibir bawahnya, telapak tangannya saling digosokkan di pagi musim gugur yang anginnya mulai menghembus tulang-tulang rusuk tipis dengan tak pelan. "Mau membantuku dengan suatu proyek besar? Aku yakin kau tertarik karena bayarannya—"

"Apa aku semiskin itu dimatamu?" Taehyung menatap Jimin tajam, jarinya sedikit bergetar saat menggegam ujung meja bar dan kukunya memutih, matanya merah seberkas api.

"Ya, cukup miskin untuk meminta uang dari ayahku untuk pesta lima puluh botol alkohol di bar." Jimin hanya tak suka saat Taehyung membahas segala segi kekurangan ekonominya, mengatakan bahwa Ia tak ingin dibeli dengan uang dan ia tak ingin menjadi saudaranya karena uang.

"Dengar," Taehyung berjalan dan menarik kerah kemeja rapi Jimin dan mengangkatnya untuk membuat mata Jimin sejajar dengan pandangannya. "Aku tak peduli dia ayahmu atau bukan, yang terpenting adalah sampai detik ini aku masih tak sudi dia menikahi ibuku."

[OCTOBER] Regular MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang