Perfume (Complete)

Fire

Ada satu hati yang dipatahkan dengan sengaja. Satu hati yang sangat disadari telah tersakiti oleh satu wanita. Ah, sungguh kisah-kisah hati yang hancur adalah satu dari sekian kisah yang sangat menyenangkan untuk diperbincangkan bahkan untuk dituliskan. Karena dalam hati yang hancurlah keturunan Adam dan Hawa menyelami kehidupan terdalam dan paling tersembunyi. Ada banyak rahasia hidup di sana.

Kevin mengepalkan tangannya dengan kuat, buku-buku jarinya mengetat berhiaskan tulang di balik kulit. Pandangannya tak luput dari tubuh wanita yang kini berlari menghentikan taksi yang lewat di pinggir jalan. Wanita anggun yang begitu mencintai tubuhnya itu juga tak peduli lagi dengan aspal jalanan yang mungkin melukai kaki telanjangnya. Sepatu pemberian Kevin yang hanya ada sejumlah jari tangan di dunia masih dikenakan wanita itu beberapa menit yang lalu, namun saat ini Kevin dapat melihat sepatu seharga satu mobil fortuner itu teronggok bagai sampah di jalanan. Wanita itu baru saja melemparkannya di sana karena benda itu menghalangi langkahnya.

"Angela!"

Berkali-kali Kevin telah menyerukan satu nama paling berharga baginya itu. Langkah pria itu menyusul Angela tertatih dengan tak melupakan sepatu kesayangan wanita pujaannya. Sayang ... saat Kevin baru saja akan mempercepat langkahnya, Angela sudah mendapatkan taksinya. Sial! Kevin memutar balik tubuhnya, menggapai parkiran secepat mungkin agar langkahnya tak tertingal jauh dari Angela.

Sekitar dua puluh menit kemudian, Kevin harus benar-benar merasakan dunianya terbalik. Angela-nya ada di sana, menyambut seorang pria yang sangat wanita itu cintai dari balik pintu. Hatinya remuk bersamaan pintu yang tertutup membawa sepasang manusia yang dimabuk cinta.

Brengsek!

Jika ada perkumpulan pria-pria bodoh yang membiarkan dirinya menunggu wanita yang ia cintai bersama-sama dengan pria lain, maka Kevin harus masuk dalam kumpulan itu.

Apa yang dilakukan pria itu di sana? Menunggui Angela yang mungkin saja bercinta dengan orang itu di dalam? Ah, sungguh Kevin adalah pria malang yang terlalu diperbudak oleh cinta.

Kevin menahan satu botol bir yang dibelinya di bar hotel itu beberapa saat yang lalu di ujung bibirnya. Isinya tinggal satu tenggak lalu kesadarannya juga sudah tersisa dalam persenan terakhir. Namun sakit itu masih di sana. Pria itu menangis.

Selama penantiannya yang begitu lama, jam sudah menunjukkan malam yang dalam hingga dirinya mulai terkantuk-kantuk. Pintu yang sedari tadi ditungguinya akhirnya terbuka. Seorang pria yang sudah sangat dikenalnya keluar dari sana, lalu masuk ke pintu di sebelahnya. Ah, jangan lupakan jika pria itu baru saja menikah tadi siang dan dia dengan brengseknya menemui wanita lain di malam pertamanya.

Kevin melangkahkan kakinya mendekati pintu di mana Angela berada. Ia masuk, mendekap tubuh tinggi yang bergetar. Kevin rasanya lebih baik merasakan sakit yang lebih sakit lagi dari keremukan hatinya sekarang dibanding melihat Angela menangis.

"Jangan menangis." Bisik Kevin dari belakang. Pria itu menancapkan dagunya di puncak kepala Angela. Mereka adalah dua manusia yang diberi kelebihan pada tinggi tubuh yang diidamkan kaum masing-masing. "kumohon, Angel, jangan menangis. Aku tak suka melihatnya." Kata Kevin lagi memejamkan matanya menahan perih yang semakin terasa.

"Persetan denganmu, aku tidak peduli kau suka atau tidak!" Angela meneriaki Kevin, melepaskan dekapan Kevin pada tubuhnya lalu melempari pria itu dengan benda apa saja yang ia temukan di sana. Tangisnya merebak di segenap sudut ruangan, meratapi hatinya yang baru saja dihancurkan. Kehilangan akan pria yang paling diinginkannya membuat wanita itu lupa pada apa dan siapa yang baru saja dimakinya.

Angela sejenak mematung di posisinya, tangan yang masih menggenggam vas bunga yang hendak dilemparkannya berhenti di udara lalu perlahan-lahan turun dan jatuh tepat di bawah kakinya. Serpihan keramik itu bahkan masih terasa ada yang melukai kakinya. Akan tetapi perih itu bukan lagi hal penting jika dibandingkan dengan kesadaran yang baru saja didapatkannya.