"Cut!" Seru sutradara mengakhiri rekaman untuk hari ini.
"Terima kasih. Kalian sudah bekerja keras." Ucap Yoochun sambil membungkukan badannya.
Hari ini Yoochun menyelesaikan rekaman dramanya dengan baik. Ia dapat menaikan semangatnya di lokasi rekaman. Ia sangat menikmati hari sibuknya. Setidaknya ia tidak kesepian karena banyak orang yang mengelilinginya dan membuatnya tersenyum senang.
"Ini." Han jimin memberikan segelas kopi hangat pada Yoochun. Ia duduk di sebelah Yoochun
"Gomawo." Yoochun meneguk kopi itu.
"Kita masih memiliki waktu satu bulan untuk bersama. Tetaplah bekerja keras."
"Ne. Gomawo ,nuna!"
Han jimin meneguk kopinya. Ia memandang Yoochun. "Kau kecewa karena aku menjadi lawan mainmu? Kenapa aku selalu melihatmu sedih?" Tanyanya.
"Sedih? Benarkah?" Ia menatap Han Jimin dengan wajah sedihnya. " Seperti ini."
Han jimin tertawa renyah dan memukul Yoochun.
"Aku sedang melatih adegan ini. Sangat sulit." Ia menunjuk naskah yang ada di tangannya. " Aku senang bekerja sama dengan Nuna. Aku begitu merasakan bagaimana Nuna selalu menjagaku. Terima kasih. Karena Nuna juga, aku menginginkan seorang saudara perempuan. Seperti Kim So Hyun mungkin? Dia sangat lucu."
"Aku berharap dia datang ke lokasi lagi. Aku merindukan anak itu."
"Nado." Yoochun meneguk kopi itu hingga habis. "Nuna, aku akan pergi minum. Kau mau ikut?"
Han jimin menggeleng. " Aku butuh istirahat." Ia tersenyum .
Yoochun mengangguk. Ia berdiri lalu memeluk wanita itu. Han jimin memiliki kepribadian yang hangat. Ia dapat mengubah suasana dirinya menjadi lebih baik. Ia sangat menyukai wanita itu. Hanya sebagai seorang kakak yang peduli padanya. Sebatas itu.
******
#Cafe
Yoochun berjalan pelan menyusuri café itu. Ia melihat sekeliling café. Banyak orang minum itu tapi ia tak menemui orang yang ia cari. Gadis itu benar-benar sudah tidak kemari. Ia menghela nafasnya lega. Setidaknya hidupnya benar-benar tenang. Harinya terus ditulis dalam lembar baru yang kosong. Ia berharap tak akan ada lagi noda yang membekas.
"kau sudah datang?" Tanya jaejoong.
Yoochun duduk dan mengacung satu jarinya untuk memesan sebotol soju. "Mianne. AKu baru menyelesaikan rekaman jam segini."
"Ah Gwaencana. Aku tau kau pasti sibuk. Terima kasih sudah meluangkan waktumu."
"Ehm. Apa yang ingin kau katakan?"
"Aku tak yakin ini penting bagimu. Aku hanya ingin mengatakannya setelah memendamnya begitu lama. Terasa sangat menyesakkan di dadaku"
"Katakanlah hyung. Aku akan mendengarkannya." Yoochun meneguk Soju.
"Kau berjanji tidak akan berbicara sebelum aku selesai mengatakannya?"
"Baiklah. Katakanlah."
"Tanggal 10 September. Kau masih ingat bukan itu hari apa?" Tanya Jaejoong.
Yoochun mengganguk.
"Aku pergi ke rumah Soomi. Aku ingin mengantarkan sebuah kue padanya sebagai hadiah anniversary kalian. Tapi aku melihatnya pergi bersama beberapa orang pria. Ia ditarik oleh pria-pria itu ke dalam sebuah mobil. Aku tak mengenali pria-pria itu. Tapi mereka menutup mulut Soomi. Aku berpikir untuk menghubungimu. Tapi sial, baterai handphoneku lemah. Aku memutuskan untuk mengikuti mereka. Mereka membawa ke sebuah tempat yang asing di daerah Seodaemun-gu. Dia dibawa masuk ke dalam sebuah gedung . Aku tidak dapat masuk dalam gedung itu karena keamanan yang terlalu ketat. Tak lama mereka kembali keluar. Saat itu aku mendengar bagaimana Soomi berteriak kesakitan. Soomi meronta untuk melepaskannya. Namun seorang pria dengan tubuh tegap mengeluarkan pisau dan mengarahkan pada Soomi. Aku melihat bagaimana wajah Soomi begitu ketakutan dan ia meneteskan air matanya. Saat itu aku bergerak menyelamatkannya. Aku berhasil membawanya kembali ke rumahnya. Ia mengobati luka pada lenganku akibat goresan pisau itu. Hingga akhirnya aku mengungkapkan perasaanku . Bahwa aku mencintainya. Lalu aku begitu saja menciumnya. Dan saat itu kau datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
JYJ STORies
FanfictionTiga album JYJ pertama yang diringkas dalam cerita ringkas.. ®All right reserved - 2014