2

54 5 0
                                    

Hari ini sepertinya akan hujan, terlihat pagi hari saja awan sudah mulai mendung. setengah tujuh serasa masih jam lima pagi. Tentu saja hal seperti itu membuat lia suudzon dengan waktu dan megira masih terlalu pagi untuk mandi sehingga sekarang ia tergesa-gesa untuk ke sekolah.

Sambil sesekali menguap ia memasuki kelas dan melihat pemandangan tak mengenakkan. semuanya sedang sibuk berkutat dengan tugas. Lia berdecak sebal, ia lalu menuju bangkunya dan menaruh tasnya. 

"PR apa lagi sih CY anjir ah tiap hari PR," Gerutu Lia sambil melirik CY aka Cyntya -teman sebangkunya-yang sedang sibuk menulis dengan tergesa-gesa.

CY melirik lia sambil geleng-geleng kepala, Lia mengerjakan PR adalah hal yang mustahil baginya selama ia menjadi teman sebangkunya.

"Gue kan kemarin dah bilang sama lo, Sastra inggris banyak PR," Lia menaikkan alisnya lalu dengan ogah-ogahan ia mengeluarkan bukunya dan menarik buku sumber contekan CY saat ini.

Bel masuk sudah berbunyi, itu menandakan kecepatan menulisnya harus dipercepat karena bu ani ini sangat patas aka suara bel langsung tancap gas ke kelas.

Wajah Cyntya sudah tak sepanik lagi karena ia telah menyelesaikannya beserta terjemahannya sekalian. 

Setelah sekian menit, Lia akhirnya selesai menyalin PR. ia lalu melempar pulpennya asal ke mejanya. ia lalu bertopang dagu, pikirannya berkelana tentang mantannya. apakah mantannya sekarang sudah memiliki someone. mengingat itu ia jadi kesal sendiri, kenapa akhir-akhir ini ia kembali kepikiran mantannya setelah sekian lama lupa.

"Eh Lia, Bu Ani kok belum dateng, tumben banget biasanya Patas belum bel aja udah standby," oceh cyntya menyadarkan pikirannya yang tadi sedang berkelut sediri.

"Alhamdulillah lah, jamkos kali. lagian lagi males gue," Cyntya yang mendengaritu terkikik geli, sejak kapan seorang Lia tidak malas.

Tiba-tiba suara kursi diseret ke sebelahnya membuat lia menoleh, ternyata salma. 

"Untuk melupakan seseorang, lo harus cari pengganti seseorang itu dihati lo," Oceh salma tiba-tiba yang membuat lia mengernyit aneh.

"Pa dapaaaa!! Pika Padamuuu, notice dong," Setelah ocehannya yang tidak jelas, salma berteriak dengan kencang. Ifah si gadis berisi yang suka membuli lia pun kini juga ikut menyeret kursinya ke bangku lia sehingga seperti konferensi meja kotak.

Dava yang merasa terpanggil hanya mengalihkan mata sebentar dari gamenya lalu ia kembali asik nge-game.

Lia yang melihat itu langsung gelagapan sendiri.

'Gimana kalo dia nganggep beneran, duh salma mulutnya gabisa dikntrol jing; umpat lia dalam hati.

"Serius lo," Tanggap  Hadi, si bungsu yang paling bongsor dikelas . Salma mengangguk meyakinkan.

"Eh apaan, enggak, ngaco lo semua," 

"Alah lo kemarin bilang ke gue kalo dapa ternyata ganteng, ngaku aja lah," Ifah tambah mengompori. 

'Fitnah apalagi ini,' batin lia miris. 

"Wos pa, ternyata lo ada yang suka, HAHAHAHA," Hadi tertawa puas sambil menepuk-nepuk bahu teman sebangkunya itu. 

Sebenarnya hadi hanya hiperbolis. Dava tidak sejelek itu sampai-sampai tidak ada yang mau. Lumayanlah. Dengan proporsi badan cowok 17 tahun pada umumnya.

Lia menggeleng berusaha menghilangkan penilaiannya tentang dava yang barusan melintas diotaknya.

"Ya Allah jadi yang kemarin beneran pik? Gue kira lo becanda!" Ucap Belinda yang ikut nimbrung. 

"Alhamdulillah deh tetangga gue bentar lagi taken," Windi yang sedari tadi asik dengan gamenya di hp pun juga ikut nimbrung.

"Gue bilang enggak ya enggak, jangan ngaco deh," Elak lia sambil setengah ketawa karena melihat raut menggoda teman-temannya. 

"Kalo beneran enggak gausah salting dong," 

Yah pada akhirnya menyangkal seperti apapun, lia akan benar-benar kalah dengan teman-temannya yang hobi fitnah ini.

¤¤¤¤¤¤¤

"Ma gue gamau tau ya, wajahnya dapa kalo ke gue gaenak banget, pasti dia ngiranya beneran, lo sih mulut lo ngawur lama-lama," Omel lia pada salma yang sedang instagram dan nampak bodoamat dengan aduan lia.

"Yaudah bilang dong kalo temen-temen cuma becanda, lagian dapa baper amat gitu doang kok dianggep beneran," Ucap Salma santai. Lia mengerucutkan bibir sebal.

"Bilangnya gimana, masa langsung, kalo langsung pasti mulut lo kumat lagi," Salma yang mendengar jawaban itu memutar bolamatanya malas.

"Lo punya kan WA, tinggal WA aja ribet," 

"Tapi gue gapunya nomernya,"

Sudahlah Salma sudah kesal berbicara dengan Lia. 

"Anjing ya lo lama-lama. kan ada grup kelas bege, tinggal cara yayng namanya DAVA NURCAHYO terus save gitu aja ribet amat," 

Lia mencebik kesal, lalu ia melakukan apa yang salma intruksikan. 

"Udah nih, terus gue ngechatnya gimana?"

"Ya kaya taadi yang gue bilang dodol,"

"Gak ah, lo aja yang nulis gue gak bisa,"

Nurlia

pa, gue lia. 

maaf ya tadi, omongan temen-temen jangan lo anggep serius, mereka becanda doang.

sent

"Gitu doang ribet," Gumam Salma sambil menyerahkan ponsel lia ke empunya. Lia dengan cepat mengarsipkannya karena terlalu malu.

"Kalo gak dibal--"

Ting!

Lia buru-buru membuka ponselnya.

Dava

Oke, santuy aja

Lia akhirnya dapat menghela nafas lega.

"Tuhkan, lonya aja yang terlalu berfikir negatif," Ucap salma 

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang