"Buset lo bedakan ya?" Tanya Ifah pada Lia yang baru saja mendudukkan diri dibangkunya. Lia memutar bolamata malas. Demi tuhan ini baru jam setengah tujuh lebih empat menit dan si gadis berisi ini sudah mulai melakukan agresi militer.
"Plis deh fah, masih pagi ini," Ucap Lia kesal sambil menangkis tangan Ifah yang meraba-raba wajahnya.
"Iyakan lo bedakan? Tumben amat," Ucapnya menggoda. Lia menghela nafas. Ia hanya ingin bedakan saja biar tidak kumel seperti biasanya, hanya itu alasannya memakai bedak hari ini. Tapi Lia tau pembicaraan ini akan berujung kemana.
"Pasti lo dandan buat Dapa ya? Ngaku lo!"
"Apaan sih, Gak!" Ucap Lia ngegas. Ifah malah semakin gencar menggoodanya. Padahal bedak yang ia sapukan di wajahnya hanya tipis-tpis saja tidak setebal bedak yang dipakai anak-anak kelas sebelah sampai-sampai hampir seperti artis dangdut mau manggung.
"Udah deh sono lu, mentang men-" Ucapan Lia terpotong oleh Ucapan Ifah pada seseorang yang baru saja memasuki kelas.
"Woy Pa liat deh, Lia cantik gak? Dia dandan demi lo ini," Ucap Ifah yang semakin ngawur dan mengada-ada. Dava yang diajak bicara hanya sekilas menoleh pada Ifah lalu memilih berlalu mengabaikannya.
"Wah lo dilirik sama Dapa," Ucap Ifah sumringah. Lia jadi malu sendiri. dilirik darimananya, jelas-jelas si Dava tadi hanya melirik ke arah Ifah yang memang ngajak omong dia bukan ke Lia. sama sekali korneanya itu tak menyorot pada Lia.
Kalau kalian berfikir sosok Dava itu adalah sosok perfect yang irit bicara alias cool setengah mampus jawabannya adalah salah besar. Dava ini tidak perfect seperti tokoh novel yang seperti dewa, dia hanya seorang cowok dengan wajah standar berkulit putih yang jarang bicara. Bukan tanpa sebab dia jarang bicara, menurut cerita dari alumni-alumni 10 IPS 2 Dava memiliki suara yang cempreng dan bicaranya sedikit cepat sehingga terdengar aneh, tidak seperti suara cowok remaja pada umunya yang terdengar bass atau berat. Mungkin itu alasannya jarang bicara.
¤¤¤¤¤¤¤
Bel masuk berbunyi mengakhiri waktu istirahat, Lia dan teman-temannya kembali ke kelas setelah memberi beberapa jajan di kantin untuk ngemil waktu pelajaran.
"Waktunya sape nih?" Tanya Abas pada seluruh penghuni kelas 11 IPS 2. Memang kapan sih cowok-cowok dikelas ini hapal jam KBM. Pasti setiap ganti jam tanya mulu.
"Sosiologi," Jawab Mia, si juara kelas ini. Abas ber-o ria mendapat jawaban.
"Ada PR gak?" Tanyanya lagi. Windi yang merasa berisik karena ocehan abas menoleh garang ke arah Abas.
"Lo sekolah apa gak sih hah? Tanya mulu berisik lo!" Mendapat omelan dari sang macan kelas, Abas hanya mendumel sendiri di bangkunya. Abas memang terlalu banyak basa basi busuk.
"Assalamualaikum," Tiba-tiba suara cempreng mengalun. Semua langsung berlari ke tempat duduk masing-masing. Terlihat seorang wanita paruh baya berjilbab pink, ah tidak hanya jilbab semuanya serba pink masuk ke dalam kelas. Wanita paruh baya itu berjalan dengan anggun layaknya seperti berjalan di red carpet.
Semua penghuni kelas yang melihat itu memang awalnya sedikit merasa -maaf- cringe. Tapi wanita tersebut sudah mengajar dikelas ini berjalan 4 bulan sehingga mereka mulai terbiasa dengan hal itu.
"Oke anak-anak sekarang kita masuk ke bab Integrasi Sosial. Bisa dibaca di Buku Paket maupun LKS Bab 2," Ucapnya, kontan seluruh siswa mengikuti intruksi guru tersebut.
"Ibu mempunyai metode belajar baru biar kalian semakin paham dengan bab ini, jadi kalian cari contoh integrasi sosial, ibu mau sumbernya jelas bisa dari skripsi, makalah, koraan, buku ataupun pdf lain. Ibu tidak mau menerima jika contohnya kalian ambil dari web asal copas-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You
Teen FictionNamaku Lia. Aku mencintai dava tapi dava enggak. Gimana dong? Kalau katanya hadi "Udahlah, sekarang jamannya emansipasi wanita, cepet tembak," [Based on true story, cerita cinlok fenomenal di kelas ips 2, selamat membaca]