Aku frustasi mencari cara agar bisa bicara dengannya. Dia selalu dan selalu pergi menghindariku. Ternyata tak dianggap itu begitu menyakitkan.
Rasanya begitu sakit tiap kali dia mengacuhkanku. Apa ini yang dia rasakan saat aku mengacuhkannya dulu?
" Bersiaplah "
" Mau kemana? "
" Kita akan ke rumahnya malam ini "
" Ha? "
" Hayaku "
Meski cukup terkejut dengan itu namun aku tetap pergi mengikuti Nii-san.
Dan disinilah aku, kediaman Hyuuga.
" Moshiwake arimasen "
Tou-san, Kaa-san, Nii-san menunduk di depan keluarga Hyuuga. Begitu juga aku.
" Sudahlah, jangan begitu " ucap kepala keluarga.
" Aku sungguh menyesal atas apa yang terjadi pada Hinata "
" Tidak apa-apa, lagi pula Hinata yang memutuskan untuk kembali kesini "
Ditengah obrolan itu, kulihat dia baru datang. Melihat kami sesaat lalu naik ke lantai atas.
Puluhan tanda tanya bergelayut di kepalaku sekarang.
" Konbawa Ojii-sama.. Obaa-sama.. " ucapnya.
Seingatku terakhir kali dia memanggil orangtua ku Okaa-sama dan Otou-sama. Apa dia benar-benar sudah ingin mengakhiri semua.
Kami duduk berhadapan tapi dia tak melihatku meski sesaat. Dia selalu membuang muka, menampakkan keramahannya hanya pada orang tuaku juga Nii-san.
Aku benar-benar tak dianggap ada disini.
" Kedatangan kami kesini adalah untuk meminta maaf padamu Hinata "
" Iie.. Ojii-sama tak perlu melakukan itu, akulah yang seharusnya berterima kasih karna diijinkan tinggal bersama kalian "
" Tidak masalah. Juga, kami berencana ingin melanjutkan pernikahan ini "
" Kotowaru " ucapnya tersenyum.
Deg
Onyx ku membulat mendengarnya. Dia menolak?
" Hinata " seru Hiashi-san.
" Gomennasai Otou-sama, aku tidak bisa. Shitsurei shimasu "
Dan dia pergi meninggalkan kami disini. Mataku terus mengekor padanya. Aku tak bisa terima ini.
Aku bangkit dan mengejarnya keluar ruangan.
" Matte "
Dia berhenti, tak melihatku. Hanya memberi punggungnya padaku.
" Aku ingin bicara "
" Bukankah sudah ku katakan- "
" Sebentar.. hanya ingin memastikan sesuatu "
Dia membawaku ke sebuah taman di belakang rumahnya.
" Sebulan sejak kepergianmu, rumahku mendadak sunyi. Tak ada yang menemani Kaa-san ngobrol, tak ada yang berlarian sambil memanggil namaku "
" ... "
" Awalnya kupikir itulah yang kuinginkan, tapi entah kenapa rasanya begitu aneh "
" ... "
Dia terus membuang muka, hanya memberi pungungnya. Aku tak berharap lebih, setidaknya dia mau mendengarkan apa yang ingin kukatakan. Itu sudah cukup bagiku.
YOU ARE READING
SasuHina - Jodohku itu kamu
FanfictionHal yang ingin kupastikan adalah perasaanku sendiri padanya. Dan saat akhirnya aku sadar akan perasaanku padanya, akupun mengerti yang dia rasakan padaku selama ini. Bahwa perasaannya padaku sangat besar dan tulus.