[12] The Third Person

9.1K 808 18
                                    

SUDAH menginjak hari ketiga Adel tidak bertemu dengan Andra.

Adel berubah menjadi gadis penyendiri yang lebih banyak bertopang dagu di dalam kelas. Tidak ada siapapun yang dekat dengannya mengingat selama ini Adel lebih banyak bergelut di sekitar Andra. Menemui Dokter Selly pun hanya sesekali jika dia benar-benar sudah jenuh mendekam di dalam kelas.

Tidak ada satu pun dari teman-teman sekelasnya yang tahu Andra, apalagi tempat tinggalnya. Adel sudah mencoba untuk menanyakan alamat rumah lelaki itu pada wali kelas, namun Ibu Dinda justru menasihatinya.

Saya tau kalau kamu adalah teman dekat Andra, tapi mengertilah, Adel, Andra sedang dalam masa di mana dia harus merenungkan diri atas perbuatannya beberapa hari lalu. Dia bahkan hampir membahayakan kamu.”

Lalu Adel harus mendumal begitu keluar dari ruang guru. Sudah tidak terima mendengar Andra dikatakan seperti itu, dia juga tidak mendapatkan hasil apapun di dalam sana.

“Aaah, Adel mau ketemu Andraa!” Adel merengek sembari memeriksa ponselnya. Bibir bawahnya maju menciptakan lengkungan kesedihan melihat satu-satunya media yang masih bisa menghubungkannya dengan lelaki itu tampak sepi sekali.

Andra tidak lagi menghubungi Adel sehingga dia kembali memenuhinya dengan celotehan chat yang tidak akan pernah dibalas oleh Andra. Kali ini Adel harus meringis sedih melihat segala chat-nya hanya diberi tanda read. Andra hanya sebatas membaca, tidak lebih.

“Adel kangen Andra ... emang Andra nggak kangen Adel, ya?” gumamnya sedih sebelum kemudian melanjutkan perjalanannya keluar dari sekolah mengingat bel pulang sudah berdering bermenit-menit yang lalu.

Sejak mengenal seorang Abiandra, Adel merubah pusat perhatiannya pada lelaki itu. Seperti ada daya tarik bak magnet yang membuat Adel merelakan banyak hal termasuk kesehatannya sendiri hanya demi bisa mendekati Abiandra. Adel yang biasa hidup mengikuti garis yang ditentukan oleh kakaknya yang merupakan tulang punggung keluarga, perlahan-lahan melipir lalu keluar begitu saja. Melewati zona amannya demi mendekati sosok yang menarik perhatiannya dan berakhir seperti sekarang ini.

Adel sadar, semakin ia dekat dengan Andra, ia merasa bahwa zona aman miliknya semakin menjauh. Namun entah mengapa, Adel mampu merelakannya karena berpikir bahwa Andra adalah sosok yang bisa dia percaya. Meski ternyata, Andra juga seseorang yang memiliki kemisteriusan yang membuat Adel semakin ingin mengenalnya lebih jauh.

“Adelina!”

Sontak saja Adel mengangkat kepala, baru menyadari bahwa dirinya sudah keluar dari gerbang sekolah. Kepalanya bergerak-gerak mencari si pemilik suara yang sudah memanggil namanya. Lalu matanya menyipit begitu mendapati seseorang seperti tengah melambaikan tangan ke arahnya di seberang jalan.

“Siapa, ya?” Adel menggumam pelan.

Rasa-rasanya dia tidak mengenal lelaki bertopi yang tengah berdiri di dekat motor besar itu. Namun tak lama melangkah menyeberangi jalan hingga Adel melihat semakin jelas wajah yang sedikit terhalau itu.

“Abiansyah?”

Lelaki itu tersenyum setelah sampai di hadapannya. Tatapannya begitu ramah sampai-sampai Adel merasa tidak asing lagi.

Two People - Nerd and InnocentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang