[29] Dangerous and Innocent (END)

17.2K 1.1K 155
                                    

BERTEMU kembali dengan awal pekan, aktivitas SMA Cakrawala kembali padat sebagaimana dengan sebelum-sebelumnya. Akhir semester ganjil mulai dekat setelah ujian pertengahan berakhir tepat di minggu sebelumnya. Di samping itu, ketenangan yang sempat terjalin dalam kurun waktu hitungan minggu kini terusik dengan kembalinya sang penguasa dari masa skorsingnya.

Dhanu Satya menghabiskan waktu enam minggu untuk pemulihan, lebih dari waktu skorsingnya. Kembalinya ia bersekolah sama saja memberikannya tahta untuk kembali berkuasa di SMA Cakrawala. Tidak ada perubahan berarti di dirinya. Masih menjadi sosok yang angkuh dan ditakuti para warga sekolah ini.

Seperti di waktu istirahat kali ini. Kedatangan Dhanu bersama antek-anteknya sudah cukup menimbulkan ketegangan di penjuru kantin. Mereka langsung menunduk tak berani memandangi lelaki berbadan besar itu menyisir sisi kantin dengan pongahnya. Dan sasarannya kali ini adalah seorang siswa yang duduk seorang diri di meja terpojok di kantin ini.

“Mau keluar sendiri atau gue yang keluarin lo?” merupakan kalimat yang biasa Dhanu lontarkan demi menakuti sasarannya. Tentu saja, hanya dengan begitu orang yang diintimidasinya pasti akan langsung berlari ketakutan.

Tapi melihat siswa itu hanya memandang datar dirinya lalu malah kembali menyantap makanannya, membuat Dhanu mencebik tidak senang. Dia sudah berpikir salah karena menggunakan sedikit keangkuhannya hingga siswa itu tidak terpengaruh.

“Kayaknya lo belum ngerti dan butuh gue kerasin dulu, ya,” kemudian ia menggebrak kencang meja di depannya. Mengejutkan para murid di sekitarnya hingga kini perhatian mereka tertuju kemari. “Kalau gue mau meja lo, berarti lo kudu minggir. Kalau enggak, lo bakal dapet ini dari gue.”

Di saat yang lain menatap ngeri kepalan tangan Dhanu, siswa itu tidak merasa terancam dan malah terus menyantap semangkuk bakso yang hampir habis.

“Nggak denger ya lo? Minggir, woy! Bos mau pake ini meja! Mau nyari perkara sama pentolan sekolah ya?!” seru salah satu anak buah Dhanu seraya menyentak bahu siswa itu dari belakang.

Barulah ia bereaksi. Meletakkan sendoknya, menggertak giginya lalu melempar tatapan tak sukanya karena merasa terganggu. “Buta ya lo? Gue lagi makan. Cari aja meja lain. Rempong banget kayak cewek.”

Sontak saja seisi kantin terkesiap. Mereka yang mendengar sendiri ucapan perlawanan siswa itu menahan napas karena kemudian gerombolan Dhanu terpancing.

“Ini murid baru kayaknya belum kenal siapa Dhanu, ya. Sikat aja, Bos!” satu anak buah yang lain memprovokasi. Tentunya Dhanu semakin menjadi mengambil tindakan.

“Oh, ini anak baru yang di kelas gue, ya? Pantesan gue nyium bau-bau kacung baru di kelas,” kelakar Dhanu mengundang tawa mencemooh teman-temannya. Tanpa basa-basi lagi Dhanu menarik seragam siswa itu dan memulai aksinya, “Jangan kira lo bakal tenang di sini setelah dengan beraninya lo ngelawan gue ya!”

Hentakan kasar keluar dari mulut siswa itu. Matanya berotasi seolah bosan mendengar ucapan Dhanu. “Lo baru aja bikin duit gue mubazir. Nafsu makan gue jadi ilang dengerin ocehan bocah lo barusan.”

Tepisan kasar Dhanu dapatkan. Sejenak ia terperangah merasakan adanya kekuatan tak main-main yang dikeluarkan si siswa baru. Pelototan pun segera ia berikan begitu siswa baru itu mengangkat dagu demi menatapnya tanpa peduli bahwa ia kalah tinggi.

“Atas dasar apa lo ngaku-ngaku pentolan sekolah ini? Emang ini sekolah punya bokap lo? Nenek moyang lo? Atau cuma karena otot gede lo itu?” tawa meremehkan ia tunjukkan. “Otot apaan? Baru dibantai sedikit aja langsung tumbang sampai nggak masuk berminggu-minggu.”

Dhanu langsung menyambar kerah seragam lelaki itu. Matanya berkilat marah. “Tau apa lo, anak baru? Lo tuh belum ada sehari di sekolah ini tapi kayaknya udah pengen ngerasain tonjokan gue, ya?”

Two People - Nerd and InnocentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang