[22] Abiandra and Abiansyah

7.3K 719 44
                                    

PINTU rumah menjeblak terbuka yang seketika mengejutkan Abhimata. Si sulung yang tengah asyik menonton televisi di ruang tengah langsung meloncat turun dari sofa empuk satu-satunya itu dan nyaris berteriak kala melihat adiknya melewatinya begitu saja.

“Heh, nyante aja kali kalau mau masuk! Mau bikin jantung gue copot, apa?!” Bhima menyembur kekesalannya sambil mengikuti langkah-langkah cepat Andra yang membuatnya semakin kesal aja. “Sepatu lo belom dilepas anjir! Lantainya baru gue pel tadi! Woy, denger nggak sih lo? Budek apa?!”

Bhima segera mengurung niatnya yang ingin menampar kepala Andra begitu melihat sendiri apa yang dilakukan adiknya di kamar sebelum kembali keluar dari sana. Seperti ada yang menyentak jantungnya sekali lagi saat melihat dengan jelas bagaimana raut wajah Andra yang baru saja memasukkan tongkat baseball ke dalam tasnya untuk kemudian dibawa.

“Ndra, ada apa?” suara Bhima melunak. Kaki-kakinya berusaha menyeimbangi langkah terlampau cepat adiknya yang kini sudah menaiki motor besarnya. “Lo mau ke mana lagi? Ini udah malem, weh!”

Bhima kalut seketika. Melihat wajah Andra yang sudah mengeras dengan sorot mata terlalu menunjukkan bahwa adiknya itu sedang dirundung amarah, dia langsung mencengkeram bahunya.

“Andra, lo kenapa? Ngomong sama gue, jangan diem aja!” Bhima tak mampu mengontrol suara meningginya melihat Andra menyalakan mesin motor dengan kencang. “Lo nggak bisa kayak gini! Gue emang nggak tau apa yang lagi terjadi tapi lo musti inget kalau lo nggak bakal ngulangin hal beginian lagi!”

Andra menepis kasar tangan Bhima. Mata di balik helmnya menghunus tepat ke mata sang kakak.

“Gue emang harus ngulangin ini lagi, Kak,” begitu dalam bagai menunjukkan bagaimana Andra sudah dikuasai jiwa kelamnya. Melajukan motornya bak hembusan angin yang nyaris tak disadari Abhimata.

“Lo nggak boleh ngulangin lagi, Andra!! Berhenti, bego!!” percuma Bhima mengejar. Wujud adiknya menghilang hanya dalam hitungan detik. Dia mengumpat sambil berbalik ke rumahnya untuk mengambil kunci mobil lalu mengunci pintu tanpa memeriksa apapun lagi.

Lihat betapa paniknya Abhimata saat ini. Membawa mobilnya keluar dari pekarangan rumah begitu saja hanya demi mengejar adiknya yang sudah tak terlihat. Firasatnya mengatakan hal buruk akan terjadi menimpa Andra. Bhima jelas tidak akan membiarkan adiknya begitu saja.

Andra yang membawa tongkat baseball merupakan sinyal peperangan akan terjadi. Adiknya akan kembali mempermainkan nyawanya sendiri!

Seharusnya Bhima sudah membuang jauh-jauh benda mematikan itu dari tangan Abiandra!

...

Lelaki itu melarikan motor besarnya dengan kecepatan jauh dari batas wajar. Menarik pedal gas secara gila-gilaan membelah keramaian jalanan kota secepat angin. Meliuk-liuk mendahului semua kendaraan hingga mendapat banyak deringan klakson hingga umpatan.

Dia bahkan nekat menyusup di antara kendaraan berbadan besar yang saling bertemu hingga menimbulkan decitan rem dan umpatan sekali lagi yang tak digubris sama sekali.

Andra sudah menulikan telinga juga mata seolah mengenakan lensa kuda, dia hanya menggantung satu tujuan di dalam kepalanya yang sudah dipenuhi bayang-bayang Adelina sedang bersama musuh terbesarnya. Jiwa yang selama ini dia perjuangkan untuk tenggelam tanpa jejak kini kembali begitu saja ke permukaan, menguasai sepenuhnya hingga tak ada lagi keteduhan yang sempat bersarang. Matanya menggelap dibutakan murka.

Abiandra Janitra kembali menjadi sosok seperti dulu.

TIIINN

Bhima berkali-kali membunyikan klakson mobilnya, memainkan setirnya diiringi injakan pedal gas tak terkira. Mulutnya terus berkomat-kamit menyuarakan umpatan melihat betapa padatnya jalanan kota di malam hari.

Two People - Nerd and InnocentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang