[13] Missing

9.6K 814 31
                                    

ESOK harinya, Abian kembali menunggu di depan SMA Cakrawala, mengawasi para murid sekolah itu berbondong-bondong keluar dari gedung mengingat sudah jam pulang sekolah. Hanya butuh beberapa menit untuk menemukan sosok gadis itu muncul. Ia segera turun dari motornya dan berlari menyeberang jalan.

“Adel!”

Merasa terpanggil, Adel yang sedari tadi menunduk langsung mendongak, menemukan sosok lelaki bertopi itu mendekat.

“Abian? Ke sini lagi?” Adel menyambutnya dengan senyum merekah.

Abian mulai menggaruk belakang kepalanya seolah salah tingkah. “Gue lupa nanya kemarin sama lo. Kira-kira Abiandra diskorsing berapa lama, ya?”

“Empat minggu.” Adel menjawab disertai bibir melengkung ke bawah. Dia sudah menendang-nendang aspal seperti anak kecil.

Tanpa diketahui, Abian menyungging senyum untuknya.

“Terus, lo udah jenguk dia?”

Adel menggeleng pelan. “Gue nggak tau rumahnya. Temen-temen sekelas juga nggak ada yang tau. Minta alamat ke wali kelas malah nggak dikasih,” adunya pelan.

Oh, jadi Abiandra satu kelas sama Adel, ya, gumam Abian dalam hati. Mengangguk-angguk pelan.

“Mau gue anter ke rumahnya?”

Sontak saja mata Adel yang sempat redup mendadak melebar menatap Abian, lelaki yang baru saja mengajukan sebuah tawaran. “Lo tau rumah Andra?”

“Gue 'kan stalker. Jadi tau-tau aja,” balasnya ringan disertai kedikan bahu.

“Gue mau! Gue mau ke rumah Andra!” Adel hampir berjingkrak antusias ketika tiba-tiba teringat sesuatu, mengubah ekspresinya kembali merengut. “Tapi kudu naik motor gede lo, ya?”

Abian tergelak mendengar pertanyaan tak terduga dari Adel. Mengingatkannya kembali pada kejadian kemarin di mana ia mengajak Adel ke kafe dekat sini dengan menaiki motor besarnya dan harus mendengar gerutuan si gadis yang terdengar polos sekali.

“Ish! Jok belakangnya kok tinggi banget, sih? Nggak bisa diturunin, apa?”

Untungnya Abian bisa menahan diri untuk tidak menyemburkan tawa gelinya dan beralih membantu gadis itu untuk naik ke boncengannya.

“Yah, kalau lo pengen gue ninggalin tuh motor di sini tanpa ada yang jaga, kayaknya gue bakal terpaksa nganterin lo pake angkot, deh.”

Pernyataan Abian berhasil membuat Adel meringis tidak enak. Dia bukanlah gadis yang setega itu, bukan?

****

Hari ini Bhima mendapat jam malam untuk bekerja. Makanya ia bisa bermalas-malasan di ruang tengah sembari menonton TV sebelum kemudian diganggu oleh bunyi ketukan pintu utama rumahnya. Meski rasanya enggan beranjak, Bhima terpaksa menyeret kaki-kakinya ke ruang tamu sambil menggaruk-garukkan kepala yang tiba-tiba saja terasa gatal, lalu mendengus kasar ketika ketukan itu terdengar lagi.

“Yaa, sebentar,” serunya tak seberapa. “Siapa, sih? Sok banget mau bertamu,” gerutunya pelan sambil memutar kunci. Begitu berhasil terbuka, sontak saja Bhima melotot kaget.

Two People - Nerd and InnocentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang