chapter 11 (Stop it)

543 39 9
                                    

Please Votenya dong. Kan cuman sentuh tanda bintang aja.
Apa aku endingin cepat aja kali ya. Yaudah bentar lagi ending deh. Biar kaya Drakor engga lebih dari 12 Eps.
Thanks for reading 😉
------------------------------------------------------

Bambam dan Mark baru saja sampai di rumah Nikhun alias juga rumah Bambam, seorang pria tak kalah manis dari Bambam membukakan pintu setelah beberapa kali Bambam menekan Bell rumah

"Astaga Bambam, apa yang terjadi?" Pekik Baekhyun yang sangat khawatir dengan keadaan Bambam
"Okh, Mark. Mari masuk dulu" lanjutnya memapah Bambam

Mark duduk di salah satu sofa disana
"Bam, Baekki sebaiknya kau bawa Bambam kekamarnya" pekik Nikhun yang baru turun dari tangga

Mark tersenyum pada Nikhun tetapi nampaknya tak diterima begitu saja oleh Nikhun.
Nikhun duduk di sofa sebelah Mark
"Aku lihat kalian sering bersama sekarang" pekik Nikhun menatap pekat Mark
"Eum, iya Hyung. Kami teman satu sekolah" ujar Mark
"Teman?" Pekik Nikhun
Mark mengangguk dan tersenyum manis
"Apa kau yakin tak memiliki hubungan spesial dengan adikku?" Tanya Nikhun
"Eum, sekedar teman dekat Hyung. Bambam sering membantuku dan sebaliknya Hyung" ungkap Mark
"Benarkah? Kalau begitu bisakah kau membantuku juga?" Pekik Nikhun
"Mungkin jika aku bisa hyung" ujar Mark
"Jauhi Bambam!" Ujar Nikhun yang membuat Mark terkejut

"Aku tidak memandangmu sebagai seseorang yang buruk Mark, tetapi ada suatu hal yang mungkin seharusnya kau jauhi" pekik Nikhun
"Hal? Hal apa hyung" ujar Mark
"Kau tercipta sebagai seseorang yang sangat sempurna di mata para gadis Mark, sangat tidak pantas jika kau sedekat itu dengan Bambam. Oh iya, aku dengar Bambam membolos hanya untuk menemui di rumah sakit, dan pada saat pesta pernikahaan ku Bambam menangis mengunci diri di kamar. Kau tahu apa yang ia tangisi?" Ungkap Nikhun
"Aku bukan orang yang pantas Bambam tangisi hyung" pekik Mark menunduk
"Tapi dia menangisi dirinya sendiri yang bersikap aneh padamu. Karena laranganku. Pasti kau sudah mendengarnya dari Bambam" pekik Nikhun

"Mark, aku tahu kau anak seorang pengusaha sukses. Tetapi nampaknya kultur kita tak pantas untuk bisa menjadi saudara" ujar Nikhun
"Apa itu peraturan keluarga Bhuwakul?" Pekik Mark
"Bukan tapi itu peraturanku sebagai anak tertua" pekik Nikhun
"Kalau begitu kau berarti egois hyung" cletuk Baekhyun tiba-tiba

"Baekhyun"
"Kau sudah gila! Melarang adikmu seperti itu?! Bahkan terang-terangan kau berkata pada seseorang yang berarti bagi Bambam. Apa kau pernah memikirkan perasaan Bambam?!" Pekik Baekhyun
"Baekki. Justru aku tak mau Bambam sepertiku. Aku ingin dia normal!" Bentak Nikhun dan meninggalkan Baekhyun beserta Mark yang masih terpaku.

Mark menghampiri Baekhyun yang terduduk lemas di lantai sekarang
"Hyung, tidak apa. Sebaiknya aku memang menjauhi Bambam" pekik Mark
"Mark, jujurlah pada hatimu sendiri" pekik Baekhyun mengusap air matanya
"Aku akan mengurus Nikhun hyung. Jaga Bambam untukku Mark" lanjutnya
"Aku tidak mau menghancurkan rumah tanggamu hyung. Biar aku coba untuk ini" pekik Mark kemudian berpamit pulang

***

"Nampaknya kau sangat tidak bahagia mengenalku Bam, rasa sakit pasti bertubi-tubi menerjang perasaanmu. Menjawab untuk menjadi seseorang yang mau menerimaku setelah banyak kesalahan yang aku lakukan padamu pasti sangat berat. Tetapi kenapa kau melakukan itu untukku? Untuk aku yang melanggar sendiri janjiku! Janji akan melakukan yang terbaik untuk mu. Bahkan terakhir aku janji tidak akanmenyakitimu. Nampaknya, aku akan mengakitimu lagi Bam" batin Mark mengendarai mobil Jinyoung dan air mata terus mengalir dipipinya

"Harusnya aku tidak memohon tadi Bam. Dan harusnya kau tak menjawab iya!" Teriak Mark frustasi
"Mencintaimu itu sakit Bam, tapi aku tahu mencintaiku itu lebih sakit untukmu Bam" lanjutnya.

***

"Jean" panggil Jaebum setelah sampai di rumah Jean
"Eum?" Jean menengok
"Will you be my girlfriend?"
Jean memaku di posisinya, hatinya sangat tidak karuan. Sama sekali tidak bisa ia tata seperti seharusnya
"Ahh, aku tidak memaksamu untuk menyukaiku. Bahkan jika kau berkata tidak aku janji aku akan berusaha menerima itu. Dan aku tid.."

Cup

Kecupan singkat mendarat di bibir Jeabum yang belum menyelesaikan kalimatnya, lantas Jaebum mendongakan kepalanya menatap sang pemilik bibir itu
Jean tersenyum dan masuk kedalam rumah

"Apa itu artinya iya?" Pekik Jaebum
Kemudian ia berlari menuju Jean yang baru saja masuk kedalam rumah
"ManaMark hyung?" Tanya Jakson
"Eum, di belakang" pekik Jaebum yang melihat Jean tengah tidur di pangkuan Jinyoung
"Aku sudah disuruh pulang!" Ringik Jakson
"Hey, kau seperti anak kecil sekali." Pekik Jinyoung
"Pakai mobil Mark hyung saja, itu kincinya di Jaebum. Cepat pulang" usir Jean

"Tapi.."
"Sudah Nyoung hyung. Pulang sana" pekik Jean lagi
"Bagaimana dia mau pulang kalau kau masih tidur di pangkuannya!" Kesal Jaebum
Jean tersenyum dan mendekati Jaebum kemudian mendekatkan wajahnya pada Jaebum
"Apa ini cukup untuk membalasnya?" Tanya Jean
Hati Jaebum sangat ingin melompat ketenggorokannya
"Apa kalian akan berciuman?" Tanya Jakson diantara Jean dan Jaebum
"Jakson. Ayo pulang. Jaebum Hyung nampaknya masih harus disinikan?" Pekik Jinyoung
"Aku ikut" pekik Jaebum yang berhasil menetralkan perasaannya.

Jean tersenyum menang akan kegugupan Jaebum
"Jika suatu saat ada yang memintaku untuk berubah menjadi pria. Aku akan dengan cepat menjawab tidak. AKu tidak menyukai perempuan lagi sekarang. Tapi aku sungguh menyukaimu Im Jaebum. Aku akan membalas semua pengorbananmu padaku selama ini. Siap siap jantungan" batin Jean tersenyum tipis.

***

"Bam ikut aku" ajak Yugyeom ketika Bambam masih sibuk dengan bukunya di ruang perpustakaan
"Ada apa?" Pekik Bambam
Bruk
Tangan Yugyeom berada tepat di samping kepala Bambam
"Kau harus berkata jujur padaku!" Pekik Yugyeom
"Kau ini kenapa tiba-tiba seperti itu?" Pekik Bambam, terselip rasa takut di hati Bambam. Tetapi dia tahu Yugyeom sangat jauh berbeda dengan Bobby yang hari ini dikabarkan dikeluarkan dari sekolah

"Aiss, Bam..ini bukan aku sebenarnya. Tapi aku sangat penasaran denganmu. Hey kau ini.." kalimat Yugyeom terpotong ketika ia mendapati deheman tak jauh dari posisi mereka sekarang
"Apa kalian bisa tidak berisik?" Pekik orang itu

Tentu saja mereka sekarang masih di ruang perpustakaan
"Sebaiknya kita bicarakan nanti Gyeom. Lagi pula nanti aku juva tidak ada acara" pekik Bambam meninggalkan Yugyeom
"Astaga Bam, kenapa rasa penasaranku sampai sebesar ini padamu. Ahh Jakson Hyung" Yugyeom mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu disana.

Bambam kembali ketempat duduk dimana tadi ia meninggalkan buku yang belum rampung ia baca. Fikirannya sekarang sama sekali tidak fokus.
"Bagaimana kalau mereka tahu aku bukan laki-laki sedari dulunya. Atau bagaimana jika mereka menganggapku gila dengan pernyataanku. Tetapi apa mereka tahu tentang Jean juga? Jika mereka tidak tahu dan tahu tentangku. Mati aku, Bobby sudah..aiss aku tidak melakukan apapun" dialog Bambam menutupi sesuatu di badannya
"Hey apa aku benar gila? Kenapa aku tutupi bagian atas?" Gumam Bambam frustasi. Seorang gadis yang tengah duduk disamping Bambam memangdang Bambam dengan tatapan takut
"Maaf" ujar Bambam membungkuk

"Astaga aku bisa gila seperti ini. Tuhan hentikan ini. Astaga ini berat sekali rasanya. Lalu bagaimana dengan Mark? Kenapa aku jadi tiba-tiba merindukannya?" Gumam Bambam kemudian mengambil ponselnya
"Maaf bisa kau simpan ponselmu" pekik gadis di sampingnya lagi
"Baik, saya sungguh minta maaf" pekik Bambam

Bambam keluar perpustakaan dan menuju kekelasnya
"Apa kiranya Yugyeom akan benar bertanya seperti itu?"
"Sudah, aku jujur saja" pekiknya grustasi dan mempercepat langkahnya

-------------------------------------------------------------

Pendek dan membosankan bukan? Ada inti yang tidak bisa saya gabungkan di parti ini. Maaf
Thanks for Reading and Votingnya :*
Next>>>
Mencoba menyegarkan Part.
Gomawo ^^

I'm DiffirentWhere stories live. Discover now