Sembilan - Superhero Darah

25.3K 1.4K 76
                                    

Adam dan Nadia sama sekali tidak menikmati perjalanan di Tunjungan Plaza. Pertama, saking luasnya tempat itu, kaki mereka seakan mau copot. Kedua, Adam masih asing dengan orang-orang berbahasa super unik! Lalu yang ketiga, tragedi darah yang terjadi pada Nadia, membuat Adam makin gerah dan ingin pulang saja. Kenapa? Karena Adam melihat, Nadia meringis, menahan sakit. Sungguh kasihan.

"Sakit ya?"

Nadia menggigit bibirnya, kemudian mengangguk.

Seketika, Adam rindu Nadia yang brutal seperti beberapa menit lalu dan seperti Nadua biasanya.

"Mau pulang aja?"

Nadia menggeleng. "Kita baru sampai. Lo juga belum lihat-lihat, kan?"

"Masih lengkapan di Jakarta. Kapan-kapan kan kita bisa ke sini lagi. Lo tuh yang butuh istirahat. Ayo pulang?"

Akhirnya Nadiapun mau. Dia berdiri, namun Adam cepat-cepat menahannya. "Apa?"

"Pakai jaket gue, diiket di pinggang lo biar darah lo gak kelihatan siapa-siapa."

"Ih, nanti jaket lo bau darah, Adam."

Adam tersenyum. "Nggak masalah, yang penting lo aman." 

Duaaaaarrr!!! Adam berasa jadi superman, penyelamat Nadia di kala genting.  

Nadia hening, menatap Adam. Begitupun Adam yang sok cool menatap Nadia. Serius, seharusnya adegan ini diberi backsong ala-ala galau, pasti jadi sinetron yang ratingnya tinggi.

Akhirnya, cowok yang biasa ditindas Nadia, bisa berguna juga kali ini.

"Makasih," kata Nadia.

Adam hanya mengangkat alis, tanpa menjawab. Keren, kan?

"Makasih," kata Nadia lagi.

Lagi-lagi, Adam hanya mengangkat bahu.

"MAKASIH, LO PUNYA KUPING GAK SIH?!" teriak Nadia. 

Adam kaget, sampai mundur. Untung belakang Adam tiang, coba kalau belakang Adam eskalator, mungkin Adam sudah almarhum gara-gara jatuh kejengkang.

"Iya, sama-sama," balas Adam sebal.

"Lah lo budeg, sih! Gue bilang makasih berulang kali malah reaksinya gitu doang!"

Mampus. Singa marah, lagi. "Kan biar ala-ala anak cool gitu, Nad! Gue denger, kok."

"Cie, pengen banget keliatan keren di depan gue, ya?" ledeknya, lalu mencubit pipi Adam.

Giliran Adam mengangkat tangannya...

"Nggak usah bales cubit gue, awas aja lo!" kata dia.

Adam menelan ludah. "Pede banget! Gue mau ngerapiin rambut gue kali!"

"Oh, kirain. Misalnya lo mau cubit gue, pastiin dulu tangan lo higienis!"

"Dih. Lah lo cubit gue emang tangan lo higienis?" balas Adam, tak kalah sengit.

"Gue bersih, ya."

"Yakin? Tadi kan lo tepuk-tepuk rok lo yang ada darahnya! Hi, bisa jerawatan gue," ucap Adam. 

Nadia diam,  kalah, skakmat.

Tapi, singa tetaplah singa. Nadia kini menepukkan tangannya lagi ke belakang roknya, kemudian mencubit pipi Adam, lagi.

"NADIAAAA BAU DARAAAH!" teriak Adam, kesal.

"HAHAHAHAHAHHA!"

Sementara Nadia ngakak, akhirnya Adam berinisiatif melakukan sesuatu. 

Nadia's Journey (Diantara Dua Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang