Perjodohan Kilat

30.7K 1.7K 292
                                    

Adam terdiam, hening seketika, dan masih berusaha menenangkan dirinya yang shock akibat kedatangan Nadia.

Mampus, batinnya. Jadi, yang Nyokap bilang tamu kehormatan itu... Nadia?!

Awalnya, suara Revan--ayah Adam--dan Vito yang saling berebut kopi--berhubung Ayah tidak boleh terlalu banyak mengonsumsi kopi, karena takut darah tingginya kambuh--masih terdengar.

"Pa, gak usah ngopi dulu.. Kan kemaren Papa baru sembuh," kata Vito, adik--yang kata Adam cupu--kesayangannya.

"Sampai kapan Papa gak boleh ngopi, Vit?" Revan mulai ngambek.

"Kalau bisa selamanya, Pa. Biar sehat. Papa gak mau kambuh-kambuh terus, kan?"

"Tapi sekali aja, masa Papa kudu minum air putih mulu. Sekalian aja Papa gak boleh makan daging terus Papa mau membiara di puncak gunung. Jadi biksu!" balas Revan.

Adam menahan tawa. Sial, pengen ketawa, tapi kan gue lagi tatap-tatapan horor sama Nadia. Ngerusak suasana banget. Mau sok serem sama sok berani, eh malah jatohnya lawak.

"Papa kalau jadi biksu udah telat. Kan biksu gak boleh punya anak isteri!" Yaelah, Vito masih aja semangat ngelawan Bokap, batin Adam.

"Kata siapa? Dasar sok tau! Temennya temennya temennya Papa ada kok, udah punya anak tapi jadi biksu!"

Adam memutar bola matanya. Penting banget nggak, sih, obrolannya?

Temennya temennya temennya... Kalo gitu mah lama-lama nyambung ke Calvin Harris juga bisa! Gue temennya A, si A punya temen di luar negeri, si doi pernah ngobrol sama Taylor. Gak logis emang kadang si Bokap, kata Adam, tentunya di dalam batin.

Nina sudah tertawa duluan. "Pa, udahlah, gak usah debat. Tinggal nurut gak usah minum kopi apa susahnya sih? Pakai ngancem-ngancem jadi biksu segala!"

Revan memajukan bibirnya, ngambek. Lalu Nina mengusap pipi Revan dengan sayang. Sudah tua, masih saja romantis. Menyenangkan, bukan?

Lalu mereka terdiam lagi, sebelum akhirnya Nina melirik kearah Adam dan Nadia secara bergiliran. "Kalian kenapa lihat-lihatan gitu?" tanya Nina.

"Udah saling kenal ya?" Revan nimbrung.

"Atau udah pernah kencan bareng?" Sekarang, Vito ikut-ikutan.

Duh.

Adam menarik nafas, lalu menghembuskannya cepat. "Nadia kan adek kelas aku di SMA. Ya jelas kenal."

Revan mengangguk-angguk. Vito membentuk mulutnya menjadi huruf O. Sementara Nina, mulai mengeluarkan evil smirk-nya.

Firasat gue ga enak tiap kali lihat senyuman setan penuh rencana dari bibir Nyokap, batin Adam.

Dulu, kala SMA, Adam ingat betul, ia pernah mewarnai rambutnya dengan warna kuning. Lalu Nina menyunggingkan senyum iblis seperti yang barusaja ia lakukan. Kemudian, Nina memberi vitamin untuk Adam, katanya sih, vitamin ikan. Alhasil, Adam tertidur pulas. Dan ketika bangun, Adam mendapati rambutnya habis, alias botak. Vitamin tersebut adalah obat tidur. Dan Nina melakukan aksinya--memotong rambut Adam--ketika Adam mendengkur keras.

"Yakin cuma adek kelas?" Nina mulai melakukan investigasi.

"Iya."

Nadia diam saja. Sialan.

"Yakin gak pernah kencan?"

"Enggak," kata Adam otomatis.

"Atau malah udah bobo bareng, kalian?"

Nadia's Journey (Diantara Dua Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang