Dua Puluh Empat - Ketakutan

17.3K 1.7K 365
                                    

Nadia masih diam di pelukan Adam. Ralat, tidak diam. Ia sibuk mengatur nafasnya.

Sementara Adam, ia sibuk mengusap pundak Nadia tuk sekedar menenangkannya.

"Nad, kamu kenapa?"

Nadia menggeleng, lalu memejamkan mata. "Aku mau nyamperin Viva dulu."

"Kamu baru aja ketakutan dan peluk aku. Dan begitu aku tanya kenapa, kamu malah nggak jawab?"

Memasang ekspresi sedih, takut, dan marah sekaligus, Nadia mengepalkan tangan dan mendorong bahu Adam pelan. "Kenapa? Kamu tanya aku kenapa?"

"Iya, Nad. Ka--"

"Tanya aja sama mantan kamu yang sakit jiwa itu!" desis Nadia tajam, lalu melepaskan diri dari Adam, dan berlari secepat kilat.

Bukan Adam namanya kalau tidak mengejar. Jika Nadia secepat kilat, maka Adam sepuluh kali cepatnya kilat. Buktinya, Adam bisa mengikuti Nadia, hingga Nadia tiba di resto sushi tadi dan duduk di samping sahabatnya.

Adam tak langsung menghampiri. Akalnya cerdik hingga ia memutuskan tuk sembunyi, dan melihat percakapan antara dua manusia itu.

Viva yang bertanya tentang kondisi Nadia, dan Nadia yang meledakkan tangisnya, disusul oleh Viva yang kembali menenangkannya dengan pelukan.

"Gak perlu khawatir, Nad. Semua pasti baik-baik aja."

"Tapi gue berasa diteror, Vaaa! Gue salah apa cobaaaa???" Nadia terlihat sangat ketakutan. Nyaris seperti orang depresi, bahkan.

"Lo boleh tidur di rumah gue kalau lo masih takut."

Nadia menggeleng. "Sayangnya rumah lo terlalu jauh dari kantor gue, Va."

"Tapi kan lo aman, Nad.."

Adam tersenyum kecut. Ia mendengar semua cerita Nadia. Tentang teror kecil demi teror kecil yang membuat Nadia ketakutan, hingga hipotesis terkuat menuju pada Tiara sebagai tersangka.

"Lo pikir positif aja deh.. Itu cuma teror kecil. Anggep aja itu anak kampung yang iseng?"

"Nggak bisa lah, Va! Memang, teror ini kecil. Tapi itu justru jadi peringatan buat gue, supaya gue hati-hati, karena bisa aja teror yang lebih besar udah menanti."

"Ssst! Ya udah, kalau gitu, gimana kalau gue aja yang nginep kos lo biar lo aman? Kerjaan gue sih fleksibel. Gue kan punya banyak pegawai di salon."

"Lo yakin, Va?"

"Iya. Seenggaknya biar lo ada temennya."

Dari jauh, Adam mengerutkan keningnya.

Siapa pelaku di balik semua itu?

"Lo yakin pelakunya Tiara?"

"Nggak tau.. Tapi ya siapa lagi, kan? Sebelumnya, dia juga udah ancam gue gitu. Menurut gue, fix Tiara, sih. Menurut lo gimana?"

Viva mengernyitkan kening. "Gue gak kenal Tiara. Cuma tau-tau aja karena dia kakak kelas kita. Tapi firasat gue bilang, kok Tiara nggak mungkin senekat itu, ya?"

"Kenapa gak mungkin?"

"Tiara cantik, pintar, dan terlihat baik. Oke, mungkin dia cemburu. Tapi gue rasa, dia nggak akan melangkah kayak gini, Nad."

Di balik tembok, Adam tersenyum kecut. Beberapa pertanyaan hadir di benakanya, dan tiada satupun yang menurut Adam bisa menyeret Tiara sebagai pelaku. Dengan kata lain, Adam setuju, kalau bukan Tiara pelakunya.

Tapi, siapa lagi?

"Gue nyesel kenal Adam," kata Nadia.

Deg.

Nadia's Journey (Diantara Dua Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang